Senin, 11 April 2016

Anti-Kristus

 SPIRIT ANTIKRISTUS
Sebuah Tinjauan Filosofis, Praktis & Theologis
Disusun Oleh: Ev. Made N. Supriadi, S. Th

            Pada tulisan ini akan membahas mengenai pengertian spirit antikristus, selanjutnya manifestasi spirit antikristus dalam sejarah gereja, karakteristik spirit antikristus, dampak spirit antikristus, problematika upaya proteksi terhadapa spirit antikristus dan upaya proteksi terhadap spirit antikristus.

Pengertian Spirit Antikristus
           
Istilah spirit merupakan kata benda yang memiliki arti semangat, roh, jiwa dan suka. Istilah antikristus pertama kali muncul dalam surat-surat Yohanes, yaitu 1 Yohanes 2: 18, 22; 4: 3; 2 Yoh. 7.[1] Kata anti menandakan perlawanan, menentang Kristus.[2] Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Louis Berkhof yang menekankan kata anti adalah melawan.[3] Berhubungan dengan pengertian antikristus, R. C. Sproul menambahkan:
”Istilah anti digunakan untuk menjelaskan bahwa pribadi atau benda itu sebagai sosok yang menggantikan atau mengambil tempat atau melawan. Antikristus bukan hanya sosok yang hanya melawan Kristus, tetapi berusaha untuk menggantikan Kristus dengan dirinya sendiri. Antikristus, adalah kristus yang palsu, yang berusaha untuk menipu orang berpikir bahwa dia adalah Kristus sejati.”[4]
   
            Selanjutnya Alice Smith menambahkan, bahwa antikristus termasuk dalam daftar kelompok roh-roh jahat.[5] Pemahaman yang sama oleh Pondsius dan Susana Takaliuang  menyatakan bahwa roh antikristus adalah roh setan yang terang-terangan melawan Kristus dan menyesatkan.[6] Jadi spirit antikristus adalah semangat atau roh yang memberi pengaruh kepada pribadi untuk melawan Kristus dan menyesatkan orang-orang percaya serta mencoba menggantikan posisi Kristus.

Manifestasi Spirit Antikristus
Manifestasi spirit antikristus adalah perwujudan bentuk yang tidak kelihatan dari roh antikristus. Manifestasi khusus dari spirit antikristus disertai dengan kuasa dan pengaruh yang luar biasa pada akhir zaman.[7] Manifesatsi spirit antikristus akan ditinjau dari segi historis, yaitu melihat sejarah tokoh-tokoh dan aliran yang menentang Kristus, mulai dari zaman  Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, zaman gereja mula-mula (abad ke II - IV M), zaman pertengahan gereja (abad ke V – XV M),  zaman reformasi (abad ke XVI M), zaman pasca reformasi (abad XVII – XVIII M), zaman modern (XIX-XX M) dan zaman postmodern.

Zaman Perjanjian Lama

Spirit antikristus telah bekerja sejak mulainya kehidupan manusia. Ki Dong Kim menyatakan malaikat-malaikat yang dilemparkan ke bumi bersama-sama iblis di dalam Wahyu 12: 9 yaitu roh-roh antikristus.[8] Jadi roh antikristus berbeda status dengan iblis tetapi memiliki sifat dan karakter yang sama yaitu anti terhadap Kristus.
Dalam Kitab Kejadian pasal tiga, iblis telah memanifestasikan dirinya dalam wujud ular untuk menggoda Hawa dan memutarbalikkan firman Tuhan. Berkenaan dengan manifestasi spirit antikristus Louis Berkhof menyatakan: ”Dalam sebagian besar nabi Perjanjian Lama kita melihat adanya prinsip ketidakbenaran bekerja di antara bangsa-bangsa jahat yang menunjukkan diri mereka kejam kepada Israel dan oleh karenanya dihukum oleh Tuhan”.[9] Jadi dalam Perjanjian Lama spirit antikristus disimbolkan dengan penentangan terhadap bangsa Israel sebagai umat Allah. Penentangan spirit antikristus dinyatakan dalam bentuk rohani dan juga dalam hal politis.

Zaman Perjanjian Baru

            Manifestasi spirit antikristus tetap hadir dalam zaman Perjanjian Baru. Selanjutnya R. C. Sproul menambahkan:
”Yohanes berbicara tentang banyak antikristus (1 Yoh. 2: 18) dan tentang semangat dari antikristus yang telah ada di dalam dunia (1 Yoh. 4: 3). Kita dapat menyimpulkan dari hal ini bahwa di antara periode para rasul dan kembalinya Kristus akan ada banyak manifestasi dari antikristus, paling tidak di dalam semangat dan kuasanya”.[10]

            Untuk dapat mengidentifikasi manifestasi spirit antikristus, maka penting untuk mengetahui keadaan jemaat pada zaman PB. Menyangkut hal tersebut Pdt. Jan S. Aritonang menuliskan:
 ”Dalam waktu yang relatif singkat (sejak tahun 60, kira-kira 30 tahun sejak kemunculannya), gereja Kristen sudah mulai menunjukkan tanda-tanda yang mengarah pada ortodoksi, sehingga pada zaman PB (abad I) di lingkungan Kristen sudah ada beberapa aliran yang dianggap sebagai bidat, misalnya: Simonianisme (pengikut Simon tukang sihir; Kis. 8: 9-24), Nikolaitan (pengikut Nikolaus; Why. 2: 1-7, 12-17), dan berbagai pengajar atau nabi palsu yang kadang-kadang disebut sebagai antikristus (1 Yoh. 2: 18-27, 4: 1-7, dan lain-lain). Karena itu, di dalam PB kita berulang kali menemukan istilah ’nabi palsu’ (Mat. 7: 15, 24: 11; Luk. 6: 26; Kis. 13: 6; 2 Ptr. 2: 1, 1 Yoh. 4: 1, 4; Why. 16: 13, dan lain-lain), ’mesias palsu’ (Mat. 24: 24), ’guru-guru palsu’ (2 Ptr. 2: 1-22), ’penyesat’ (Mat. 27: 63; 2 Yoh. 1: 7), dan lain-lain. Bahkan di dalam kitab-kitab Injil terdapat juga nats tertentu yang memperlihatkan atau memberi kesan bahwa Tuhan Yesus juga sudah menengarai adanya pengajar palsu/sesat itu (Mis. Mat. 7:b 15-2). Aliran Saduki (salah satu aliran di lingkungan Yahudi), juga dicap Tuhan Yesus sebagai penganut ajaran sesat (Mat. 22: 29 dan lain-lain)”.[11]

Jadi manifestasi spirit antikristus dalam konteks PB lebih banyak hadir dalam internal jemaat mula-mula dalam bentuk sihir, nabi palsu, mesias palsu, guru-guru palsu dan aliran-aliran sesat (golongan Saduki dan Farisi).

Zaman Gereja Mula-Mula
Di dalam zaman gereja mula-mula yaitu pada masa Bapa-bapa gereja spirit antikristus telah dimanifestasikan dalam bentuk pribadi atau lembaga.[12] Berhubungan dengan hal tersebut W.R.F Browning menuliskan ”Dari segi historis banyak tokoh-tokoh yang diidentifikasikan sebagai antikristus, namun dibalik dimensi historis, antikristus adalah lambang pemberontakan melawan Kristus yang terus berlangsung hingga penghakiman terakhir.”[13]
Mengenai keadaan gereja pada zaman gereja mula-mula Jan S. Aritonang menuliskan:
”Pada abad kedua dan seterusnya jumlah aliran/ kelompok yang dianggap oleh gereja Kristen sebagai bidat (haeresis; heretics) semakin banyak, antara lain Gnostikisme (dengan berbagai variannya), Marcionisme, kaum Ebionit, Montanisme, Arianisme, Pelagianisme”.[14]

Manifestasi spirit antikristus pada zaman gereja mula-mula lebih kepada pembentukan banyak aliran-aliran dengan pengajarannya. Kelompok-kelompok yang menentang ajaran yang ortodoks hadir lebih banyak dalam internal gereja. Kelompok-kelompok yang muncul tersebut lebih banyak menyerang inti iman Kristen mengenai finalitas Yesus Kristus.
Kelompok-kelompok tersebut ialah Sabelianisme (Modalisme),[15] Doketisme,[16] Appolirianisme,[17] Gnostikisme,[18]  Ebionisme,[19] Nazarenes,[20] Arianisme,[21] Nestorianisme,[22] Eutikhianisme,[23] Marcionisme,[24] Montanisme,[25] dan Pelagianisme.[26] Jadi spirit antikristus memanifestasikan seranganya dalam bentuk pengajaran dalam seorang pribadi dan para pengikutnya.

Zaman Pertengahan Gereja
            Pada Zaman Pertengahan gereja manifestasi spirit antikristus dinyatakan dalam dua kekuatan anti orang Kristen. Pertama, kekuatan pemerintahan, politik, atau kuasa dunia. Kedua, agama sesat, nubuatan palsu, dan ilmu pengetahuan palsu.[27] Gereja Katolik Roma mengalami kemerosotan dalam pengajaran doktrinal, etika moral dan sosial.[28] Mengenai manifestasi spirit antikristus Louis Berkhof menyatakan: Yohanes jelas menganggap antikristus itu kaisar Nero (Why. 13:18), sebab huruf-huruf dalam aksara Ibrani untuk Kaisar Nero menunjuk angka 666 (Why. 13:18). Sejak jaman Reformasi banyak orang, termasuk para sarjana Reformed memandang Paus di Roma, atau Paus tertentu sebagai antikristus.”[29]

Hal senada juga diungkapkan oleh Jan S. Aritonang yang menyatakan bahwa ”Gereja Katolik Roma yang dulunya menentang bidat justru menjadi sangat korup dalam hal ajaran maupun praktik.”[30] Jadi pada masa pertengahan gereja spirit antikristus dapat diidentifikasi dalam Kepausan di Roma. Namun, meskipun di dalam Kepausan di Roma memiliki elemen-elemen spirit antikristus tidak berarti semua orang di dalam kepausan tersebut sebagai antikristus.

Zaman Reformasi

            Zaman reformasi yang dimaksud ialah zaman reformasi gereja pada abad ke  XVI M oleh Martin Luther. Manifestasi spirit antikristus dapat dimengerti dari peristiwa historis gereja pada zaman reformasi. Menyangkut hal tersebut Jan S. Aritonang menuliskan: ”…gerakan reformasi menghasilkan gereja baru dan mendapat dukungan banyak pihak (termasuk penguasa negara tertentu). Di lain pihak ada sejumlah gerakan reformasi radikal, misalnya kaum Anabaptis, yang oleh para  reformator (Luther, Calvin & Zwingli) dianggap sebagai bidat.”[31] Mengenai gerakan Anabaptis pada zaman reformasi R. Soedarmo menuliskan:
”Anabaptis artinya membaptis ulang. Suatu aliran dalam gereja abad 16 di Jerman yang menekankan bahwa semua anggota gereja harus suci. Karena itu aliran Anabaptis hanya mengakui baptisan orang dewasa yang sudah dapat mengatakan pengakuan kepercayaannya. Terang batiniah ditekankan hingga Alkitab diremehkan. Timbulnya Anabaptisme lebih kurang bersamaan waktu dengan reformasi Protestan dan bersama-sama menentang Gereja Katolik waktu itu. Tapi Anabaptis merasa bahwa reformasi Protestan kurang radikal dan malahan menerima bantuan pemerintah duniawi. Anabaptis menolak kerja sama dengan pemerintah, menolak sumpah dan menjadi tentara”.[32]

Jadi kelompok Anabaptis telah membuat pengajaran yang menekankan perasaan batin, legalisme dan penekanan yang keliru dalam doktrin. Sehingga dapat diindikasikan bahwa pengajaran Anabaptis yang menyimpang merupakan manifesatsi dari spirit antikristus pada waktu itu.

Zaman Pasca Reformasi

Pada pasca reformasi banyak tekanan yang dihadapi gereja-gereja reformasi, namun tekanan tersebut berlanjut pasca reformasi. Spirit antikristus selalu hadir dalam setiap sejarah gereja. Untuk mengetahui manifestasi spirit antikristus maka perlu meninjau keadaan pada zaman pasca reformasi (abad ke-XVII dan XVIII). Mengenai hal tersebut Jan S. Aritonang menuliskan:
”….berbagai gerakan/aliran/ kelompok agama di dalam ataupun di luar gereja-gereja resmi itu, yang mengajukan kritik terhadap kekakuan atau kemapanan gereja, tetapi oleh mereka dicap sebagai bidat, misalnya: Jansenisme, Quietisme, Quakerisme, Latitudinarisme, Swedenborgnisme, dan sebagainya bahkan Pietisme (di kalangan Lutheran dan Calvinis di daratan Eropa) maupun Revivalisme (termasuk Metodisme) di Inggris, yang oleh pengamat tertentu dipandang sebagai gerekan Reformasi kedua, oleh pemimpin gereja resmi sempat juga dipandang mengandung unsur-unsur kebidatan”.[33]

Jadi pasca reformasi banyak muncul aliran bidat yang menentang gereja-gereja reformasi. Manifestasi spirit antikristus terlihat dari sikap mencurigai antar aliran gereja  dan penentangan ajaran yang benar diantaranya oleh Quietisme[35] dan Quakerisme.[36]

Zaman Modern

Perkembangan zaman dalam berbagai bidang dapat menjadi alat bagi spirit antikristus untuk menyerang umat Tuhan. Spirit antikristus tetap hadir dan telah dimanifestasikan dalam segala aspek dan bidang kehidupan manusia, Peter Wongso menyatakan:
”Jikalau kita meneliti pemberitaan Kitab Wahyu, melihat adanya serangan setan terhadap jemaat, alat yang dipakai setan untuk menyerang orang-orang kudus, baik itu dari sudut agama, politik, maupun sistem ekonomi, semuanya sangat terbatas sifatnya dan tidak sempurna pula; yang tidak mungkin tuntas menlenyapkan jemaat dan orang-orang kudus yang sudah tertebus oleh darah Kristus”[37]

Untuk mengidentifikasi spirit antikristus pada zaman modern, berikut gambaran mengenai keadaan gereja pada abad ke-19 dan 20:
            ”Abad ke-19 dan 20 merupakan perkembangan berbagai gerakan/aliran/kelompok keagamaan di lingkungan Kristen, terutama di Barat. Pada abad ke-19 muncul antara lain kaum Mormon/OSZA, Adventis, Bala Keselamatan, Christian Science, Saksi Yehuwa dan kaum Liberal/Modernis. Sedangkan pada abad ke-20 muncul antara lain kaum Pentakostal (termasuk Pentakosta Baru/Kharismatik), Injili/Evangelikal (model Amerika), Scientology, gerakan Zaman Baru (New Age Movement), Gerakan Akhir Zaman, Children of God/Family of Love, Satanisme/Gereja Setan dan berbagai kelompok lain yang lazim dikategorikan sebagai New Religious Movements/NRM. Kaum Pentakostal dan Eavgelikal oleh banyak kalangan justru dipandang sebagai pelopor Reformasi gelombang ketiga, sedangkan lima yang disebutkan terkahir sudah jauh dari ortodoksi Kristen, kendati dalam hal tertentu aliran ini masih mengaku Kristen”[38]

Menyangkut dengan gambaran historis sejarah gereja Erich Unarto menyatakan: ”Contoh ajaran-ajaran sesat atau yang disebut juga sebagai bidat ialah Children of God (Gereja Cinta Kasih), Christian Science (Gereja Kesatu Kristus, Ahli Ilmu Pengetahuan), Jehova Witness (Saksi-Saksi Yehovah), theologia modern, Mormon dan lain-lain”.[39] Jadi manifesatsi spirit antikristus pada zaman modern lebih kompleks, yaitu dalam bentuk pengajaran, politik, ekonomi, teknologi dan seni. Spirit antikristus menghadirkan kepalsuan dengan memakai label Kristen, tetapi sesungguhnya bukan Kristen.  

Zaman Postmodern

Zaman Postmodern adalah suatu diskontinuitas atau kontinuitas dari yang zaman modern.[40] Pada masa kini berkembang filsafat postmodernisme, Stanley J. Grenz menjelaskan, bahwa: ”yang lebih radikal adalah penolakan postmodernisme terhadap usaha menemukan kebenaran yang universal. Etos postmodern lahir dari keyakinan tidak adanya totalitas utuh yang dapat kita sebut realitas”.[41] Sehubungan dengan itu Ramly B. Lumintang juga menuliskan kandungan dari filsafat postmodernisme seperti humanisme, perspektifisme, subjektifisme, relatifisme, hedonism, konsumerisme dan sektarianisme.[42]
Untuk memahami manifestasi spirit antikristus pada zaman postmodern, penting untuk memperhatikan asal spirit antikristus. Berhubungan dengan hal tersebut Yunus Ciptawilangga menyatakan bahwa ”…antikristus yang terakhir itu harus orang Kristen.”[43] Mengenai pandangan keadaan zaman ini Warren W. Wiersbe menyatakan bahwa pekerjaan setan masa kini telah menghadirkan orang Kristen palsu, injil palsu, penginjil palsu, kebenaran palsu, jemaat palsu dan doktrin palsu.[44] Jadi kepalsuan adalah kata kunci dari manifestasi spirit antikristus. Kepalsuan di dalam gereja sulit untuk diidentifikasi, sehingga pada masa kini ancaman spirit antikristus semakin kompleks dalam segala bidang dan juga semakin lembut menyerang gereja.   


Karakteristik Spirit Antikristus

Karakteristik spirit antikristus menjelaskan ciri-ciri khusus dari roh antikristus.  Dari pengertian spirit antikristus dan juga manifestasi spirit antikristus, ada tiga karakteristik, yaitu: menentang Yesus Kristus, menggantikan Yesus Kristus dan menyesatkan pengikut Kristus.

Menentang Yesus Kristus

Karakteristik spirit antikristus ialah melawan dan meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah.[45] Mengenai hal itu Alice Smith menuliskan penentangan spirit antikristus, yaitu: ”bertindak melawan mukjizat Allah, bertindak melawan firman Allah, melawan Kristus dan pengajaran-Nya, melawan orang Kristen, menentang Alkitab, menentang darah Yesus dan menentang kedudukan Kristus”.[46] Penentangan keilahian Yesus telah hadir pada awal sejarah Gereja yang terdapat di dalam ”Injil” Barnabas yang menyatakan bahwa Yesus mengakui bukan Tuhan, hanya sekedar hamba yang papa.[47]
Penentangan terhadap Yesus Kristus sama saja dengan penentangan terhadap pengikut-Nya. Hal tersebut dituliskan oleh Yunus Ciptawilangga bahwa: ”Ia (antikristus) diperkenankan untuk berperang melawan orang-orang kudus dan untuk mengalahkan mereka. Ia diberi kuasa atas setiap suku, umat, bahasa, dan bangsa (menguasai dunia)”.[48] Penentangan terhadap Yesus Kristus dapat dilakukan dalam bentuk yang frontal dan lembut. Secara frontal yaitu dengan wujud kekerasan fisik seperti penganiayaan, pembunuhan, pengerusakan, penghancuran, pembakaran dan sebagainya. Secara lembut spirit antikristus menentang dalam bentuk doktrin-doktrin yang menyesatkan.[49] Jadi spirit antikristus memiliki karakteristik yang dimanifesatasikan dengan sikap yang selalu menentang Yesus Kristus dan jemaat-Nya baik itu secara frontal maupun dengan cara yang halus.   

Menggantikan Yesus Kristus

            Dalam Matius 24: 5, Tuhan Yesus menyatakan: ”Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata; Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang”. Istilah menggantikan memiliki arti menukar dengan yang lain, memberi ganti, menempati jabatan orang lain.[50] Keinginan iblis untuk menjadi sama dengan Yang Maha Tinggi (Yes. 14: 12-14) tak pernah terpadamkan.[51] Senada dengan hal tersebut Alice Smith menuliskan bahwa spirit antikristus akan mencoba mengambil kedudukan Kristus.[52] Mengenai hal tersebut Welly Pandesolang menyatakan:
”Karena menganggap dirinya (antikristus) sebagai manusia yang memiliki kedaulatan dan kekuasaan tertinggi diseluruh bumi sebab berhasil menguasai militer dan persenjataan tempur yang mutakhir serta memiliki uang dan seluruh harta kekayaan alam, dengan angkuh antikristus mengukuhkan dirinya sebagai Allah yang wajib disembah oleh seluruh manusia yang diam di bumi”.[53]

Mengenai karakteristik spirit antikristus yang menggantikan Yesus Kristus dari fokus penyembahan, Mc Candlish Philips menambahkan:
”Ia (iblis) tidak peduli akan apa yang menjadi obyek atau harapan tujuan manusia yang sekunder yang diberi loyalitas utama selama hal itu bukan Allah, sumber kehidupan dan kebenaran. Terus menerus ia berusaha untuk mengalihkan perhatian manusia dari Allah kepada sesuatu yang lain mungkin kepada uang, harta, ketenaran, kekuasaan, kesenangan, keluarga, keberhasilan, ilmu pengetahuan, kesenian, seorang tokoh agama yang dipuja, seorang saleh yang sudah meninggal, seorang pemimpin, ilah palsu, suatu sistem politik atau hal-hal lainnya”.[54]

Jadi karakteristik spirit antikristus akan membuat manusia menggantikan penyembahan kepada Yesus Kristus dengan hal-hal yang memusatkan pada manusia dan ilah dunia.

Menyesatkan Pengikut Kristus
            Istilah menyesatkan artinya sebuah tindakan menjadikan sesat, membingungkan dan membawa ke jalan yang salah.[55] Pengertian tersebut senada dengan yang dijelaskan oleh Stephen Ku, bahwa Spirit antikristus membuat seseorang melakukan kesesatan bukan karena ia tidak tahu hal yang benar, namun karena ia telah dikelabui oleh spirit antikristus seolah-olah melakukan kebenaran.[56] Spirit antikristus adalah hamba iblis yang bekerja untuk membuat manusia menjadi antikristus.[57] Mengenai karateristik spirit antikristus yang menyesatkan pengikut Kristus Stephen Ku menuliskan: ”Di balik pekerjaan para antikristus ada roh antikristus, yang oleh Yohanes disebut sebagai roh yang menyesatkan (1Yoh. 4: 6). Roh yang menyesatkan, yang berasal dari iblis, berusaha untuk menyesatkan dunia dan menuntun manusia menjauh dari Kristus”.[58] Jadi iblis juga memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menyesatkan orang percaya. Stephen Tong juga menyatakan: ”Suara setan mengakibatkan kita selalu tidak puas kepada Allah, lalu mengakibatkan kita mengutuk Allah atau bersungut-sungut kepada Allah. Bila suatu desakan muncul di dalam hati kita untuk mencela Tuhan, itu pasti dorongan dari suara setan”.[59]
           
Pada masa kini banyak beredar buku-buku dan seminar motivator yang selalu menekankan untuk percaya pada diri sendiri, tawaran-tawaran obat untuk memanjakan diri sendiri yang menjadikan kesombongan pribadi.[60] Jadi spirit antikristus terus  menyesatkan umat Tuhan, dengan cara mendorong manusia untuk mencela Tuhan. Penyesatan spirit antikristus bagi orang percaya merupakan karakteristik yang terus dihadirkan pada masa kini dan dikemas dalam bentuk yang lebih halus.

Dampak Spirit Antikristus
              `
              Karakteristik spirit antikristus adalah menentang Yesus Kristus, menggantikan Yesus Kristus dan menyesatkan pengikut Yesus Kristus. Karakteristik tersebut memberikan dampak bagi setiap orang percaya, adapun dampak dari karakteristik spirit antikristus yaitu terhadap teologi, moral orang percaya dan kehidupan sosial orang percaya.

Terhadap Teologi

              Teologi adalah rumusan pengajaran yang sistematis tentang Allah dan Karya-Nya. Spirit antikristus memberikan dampak dalam teologi, yaitu melakukan penyesatan doktrinal dan penolakan terhadap finalitas Yesus Kristus.

Penyesatan Doktrinal

            Spirit antikristus memberikan pengaruh tidak serta merta membuang doktrin gereja tetapi memanipulasi doktrin gereja. Hal tersebut ditegaskan oleh Stephen Tong: ”Suara setan adalah suara yang mengacaukan pengertian akan kebenaran”.[61] Spirit antikristus menyerang iman Kristen dengan memakai para teolog.[62] Dalam sejarah gereja salah satu penentangan terhadap finalitas Yesus sebagai Kristus hadir dalam kelompokgan pluralisme.  Salah satu tokoh pluralisme Paul F. Knitter menyatakan bahwa: ”Umat Kristen bisa terus menegaskan dan memberitakan kepada dunia tentang Yesus sebagai benar-benar ilahi dan juruselamat, namun mereka tidak perlu bersikeras bahwa dia satu-satunya ilahi dan juruselamat.”[63] Jadi spirit antikristus menyesatkan pemahaman doktrinal iman Kristen.
Penolakan Terhadap Finalitas Yesus Kristus

              Penolakan terhadap finalitas Yesus Kristus, yaitu menolak pribadi Yesus Kristus seratus persen Allah dan seratus persen manusia serta menolak Yesus Kristus satu-satunya juruselamat. Spirit antikristus membuat orang menyatakan bahwa Allah tidak berinkarnasi[64] Pengajaran Gnostik dari ”Injil” Tomas, menyangkal kemanusiaan Yesus yang berasal dari orang Yahudi.[65] Dampak spirit antikristus akan membawa orang-orang percaya untuk menolak Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan. Lebih tegas Stephen Ku menyatakan: ”Roh yang menyesatkan sepakat bahwa percaya kepada Yesus adalah yang baik, asal anda tidak memberitakan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan menuju Tuhan”.[66] Pada masa kini penyangkalan tersebut ditemukan dari pernyataan konsili Vatikan II:
”Yang harus dilakukan oleh petobat dalam sakramen tobat dua hal: pengakuan dan penitrasi (denda). Tetapi hendaknya ia juga menyatakan tobatnya dengan laku-tapa dan matiraga sukrela. Dalam hal ini ia dapat dibantu oleh indulgensi, yakni penghapusan dari hukuman-hukuman sementara karena jasa-jasa anggota Gereja yang lain, khususnya para santo dan santa, bahkan juga karena karya Tuhan Yesus sendiri”.[67] 

            Pernyataan tersebut menyatakan bahwa pengampunan dosa tidak sepenuhnya karya Penebusan Kristus. Hal senada juga ditegaskan oleh A. Eddy Kristiyanto: ”… Maria mempunyai peranan esensial dalam karya penyelamatan”.[68] Jadi spirit antikristus sangat jelas memberikan pengaruh dalam konsep soteriologi karena tidak mengakui Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
Terhadap Etika Moral Orang Percaya

              Etika moral orang percaya didasarkan pada etika Yesus Kristus. Spirit antikristus memberikan pengaruh moral dalam pribadi dan persekutuan orang percaya masa kini. Secara prinsip etika moral orang percaya mengarah prinsip hedonisme dan berpusat pada hal-hal duniawi.

Gaya Hidup Hedonisme
             
            Hedonisme adalah aliran etika yang mempertahankan bahwa tujuan segala tindak-tanduk manusia adalah kesenangan.[69] Untuk mengerti bagaimana bentuk hedonisme masa kini, Ramly B. Lumintang menuliskan:
”Kesenangan yang dimaksud adalah kesenangan yang berkaitan dengan kepuasan hidup melalui: materi (harta), jabatan (kedudukan), pemuasan keinginan duniawi, dan pemenuhan kebutuhan psikologis. Di samping kesenangan sebagai tujuan hidup, kesenangan juga harus diraih, dicapai dan dinikmati sekarang ini. Untuk itu, semua penghalang kesenangan manusia harus disingkirkan termasuk moral, etika bahkan agama sekalipun. Kalau moral dan etika masih diperlukan, maka moral dan etika tersebut harus tanpa Allah”.[70]

            Berhubungan dengan gaya hidup hedonisme Stephen Ku menyatakan hadirnya gaya hidup hedonisme dalam gereja:
”Orang-orang yang mengikuti roh yang menyesatkan memiliki sebentuk kesalehan, tetapi mereka tidak mempunyai niat untuk mendengarkan atau menaati firman Tuhan. Dari pada menerima doktrin yang benar dengan rendah hati, mereka lebih memilih mendengarkan apa yang mereka sukai”[71]
             
            Selain dari aspek rohani dampak filsafat hedonisme dari spirit antikristus juga mempengaruhi kehidupan moral manusia.[72] Gaya hidup hedonisme juga menyimpangkan pemakaian teknologi. Penyimpangan seks dengan memakai teknologi pada masa kini disebut cybersex.[73] Jadi pada masa kini spirit antikristus menjebak kehidupan moral dan rohani orang percaya.

Berpusat Pada Hal-Hal Duniawi
            Dalam 1 Yohanes 4: 5 menyatakan bahwa spirit antikristus berbicara mengenai hal-hal duniawi. Dalam 1 Yohanes 2: 16 menyatakan bahwa keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup merupakan hal-hal yang berpusat pada dunia. Iblis merupakan penguasa dunia yang memberikan kekuatan kepada para guru palsu dan nabi palsu (Yoh. 12: 31). Dunia merupakan sumber pemberitaan para penyesat.[74] Pada masa kini banyak produk dan seminar yang berpusat pada manusia. Salah satu pesan umum yang terdapat dalam banyak produk atau seminar  adalah ”percaya pada diri sendiri” namun menyingkirkan peran Allah.[75]
            Spirit antikristus mempengaruhi manusia untuk memusatkan hidupnya pada dunia. Hal tersebut terjadi pada pengikut gerakan Zaman Baru yang membuat upacara untuk merayakan hari bumi.[76] Dalam konteks ibadah, spirit antikristus memanipulasi orientasi ibadah yaitu: melihat keindahan tempat, jamuan dan kepiawaian para pembicara.[77] Jadi dampak spirit antikristus membuat orang percaya termanipulasi oleh kepalsuan, orang percaya tetap bisa hadir dalam persekutuan gereja namun orientasi persekutuan bukan untuk memuliakan Allah, melainkan berorientasi pada dunia.

Terhadap Kehidupan Sosial Orang Percaya

            Spirit antikristus pada masa kini memberi pengaruh dalam kehidupan sosial orang percaya. Kehidupan yang bersosialisasi atas dasar kasih telah berubah menjadi gaya hidup yang megisolasikan diri. Spirit antikristus memberikan pengaruh besar dalam kehidupan sosial orang percaya yaitu dengan menyusupkan paham eksklusifisme dan individualisme.  

Eksklusifisme

            Ekslusifisme merupakan gaya hidup yang melibatkan kelompok sendiri.[78] Spirit antikristus membuat manusia berpusat pada diri sendiri dan kelompok terdekatnya saja. Dalam konteks misi, ekslusifisme ini menyebabkan ketiadaan pelayanan misi dalam gereja. Menyangkut hal tersebut Stevri I. Lumintang menyatakan bahwa ”golongan liberal dan pluralis menolak peran gereja dalam gerakan misi bagi sesama yang beragama non-Kristen.”[79]
            Tuhan Yesus menyatakan amanat agung, untuk melaksanakan pemberitaan Injil dan Pemuridan. Dalam melaksanakan amanat agung spirit antikristus tidak tinggal diam untuk menghalangi pemberitaan Injil. Meyangkut ancaman spirit antikristus di dalam gereja terhadap Pekabaran Injil, Michael Horton menyatakan:
”Banyak hal yang mengalihkan kita dari Kristus pada masa kini sebenarnya adalah hal-hal yang baik. Untuk membuat kita menyeleweng, yang perlu dilakukan iblis hanyalah memunculkan beberapa tren rohani, peperangan moral dan politis, dan operasi-operasi yang relevan lainnya ke dalam jangkauan visi kita. Memfokuskan percakapan kepada diri kita, keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, perasaan-perasaan, pengalaman-pengalaman, aktivitas, dan aspirasi-aspirasi kita, membuat kita menjadi bersemangat”.[80]

Jadi spirit antikristus memakai hal-hal yang dianggap baik dalam program gereja untuk meninabobokkan pelayanan sosial gereja dan membentuk gereja menjadi eksklusif. Keekslusifan merupakan pengaruh besar yang akan menghacurkan keesaan gereja.  

Individualisme

            Manusia hidup mengasihi Allah dan sesama. Spirit antikristus membuat manusia menerapkan prinsip hidup individualisme. Individualisme merupakan prinsip hidup yang hanya memikirkan diri sendiri dan menutup diri pada kelompok sosial. Warren W. Wiersbe menyatakan dampak dari kasih yang dingin akibat pengaruh spirit antikristus munculnya sifat yang sulit mengampuni sesama.[81] Sehingga pada masa kini banyak gereja-gereja yang didirikan dengan latar belakang luka batin dalam hati jemaat, gereja menjadi kosong karena kekecewaan hati, pemilahan anggota gereja antara kaya dan miskin, pemimpin dan bawahan, saling mencuri domba, gereja kekurangan tenaga pelayan dan gereja saling menghakimi antar denominasi.

Problematika Upaya Proteksi Terhadap Spirit Antikristus
            Setelah mengerti deskripsi mengenai definisi, historisitas perkembangan spirit antikristus, karakteristik dan dampak dari spirit antikristus, selanjutnya akan menjelaskan problematika upaya proteksi terhadap spirit antikristus, yaitu: menerapkan prinsip yang tidak alkitabiah, kepasifan orang percaya dalam melakukan proteksi dan tidak mengerti sistem yang digunakan.

Prinsip Yang Tidak Alkitabiah
            Problematika dalam upaya proteksi terhadap spirit antikristus oleh karena prinsip yang digunakan tidak alkitabiah.[82] Penerapan prinsip yang tidak alkitabiah dapat disebabakan oleh karena orang percaya tidak memahami kebenaran firman Tuhan, salah memahami prinsip Alkitab dan oleh karena terjebak oleh spirit antikristus.

Tidak Memahami Firman Tuhan
            Tidak memahami firman membuahkan prinsip yang tidak alkitabiah dalam upaya proteksi terhadap spirit antikristus. Banyak faktor yang membuat manusia tidak memahami firman Tuhan, faktor internal bisa disebabkan oleh pribadi manusia, karena malas, tidak mengoptimalkan peranan rasio, belum mengalami kelahiran baru. Faktor eksternal disebabkan oleh oknum dari luar, seperti intervensi kuasa gelap, tidak ada pengajar firman Tuhan dan sebagainya. Tidak memahami firman Tuhan sama saja tidak memiliki pelindung rohani dalam menghadapi serangan spirit antikristus.  

Salah Memahami Firman Tuhan
            Selain tidak memahami firman Tuhan, prinsip yang tidak alkitabiah dalam upaya proteksi disebabkan juga oleh kesalahan dalam memahami firman Tuhan. Salah memahami artinya pernah belajar firman Tuhan, tahu ajaran Kristen dan suka membaca Alkitab tetapi salah dalam memahami firman Tuhan.[83] Kesalahan dalam memahami firman Tuhan baru akan terlihat ketika apa yang dipahami telah diterapkan. Kesalahan dalam memahami firman Tuhan bisa karena kelalaian manusia, belum lahir baru dan intervensi kuasa gelap. Spirit antikristus juga dapat memanipulasi kebenaran doktrin, sehingga kesalahan dalam memahami firman Tuhan, dapat menyebabkan prinsip yang digunakan tidak sesuai dengan standar Alkitab.

Manipulasi Spirit Antikristus
            Spirit antikristus memikiki karakteristik menyesatkan para pengikut Kristus. Manipulasi spirit antikristus dengan cara yang tidak frontal. Manipulasi spirit antikristus dengan memakai apa yang dipahami dan dibiasakan oleh orang percaya.[84] Manipulasi spirit antikristus memberikan pengaruh dalam upaya proteksi. Karena prinsip yang telah dimanipulasi oleh spirit antikristus akan membuahkan sistem yang salah.

Kepasifan Orang Percaya

            Kepasifan orang percaya merupakan keadaan dimana orang percaya tidak berperan dalam menupayakan sesuatu. Kepasifan orang percaya dalam upaya proteksi dapat membuat orang percaya mengabaikan fenomena yang terjadi, tidak mau belajar firman Tuhan dan mengindikasikan belum mengalami kelahiran baru.

Mengabaikan Fenomena yang Terjadi

            Kepasifan orang percaya dapat menyebabkan manusia mengabaikan fenomena yang sedang terjadi disekitarnya. Sikap mengabaikan fenomena yang terjadi seolah-olah dapat menjadi solusi untuk tenang, namun sikap mengabaikan justru bisa menjadi ancaman bagi orang percaya. Sikap mengabaikan fenomena tidak hanya oleh karena karakter manusia yang malas untuk berusaha, namun bisa juga karena adanya intervensi dari spirit antikristus.[85] Sikap mengabaikan fenomena ini akan membuat prinsip dan sistem yang benar dalam upaya proteksi menjadi tidak efektif. Akibat sikap mengabaikan, fenomena yang terjadi terus berkembang dan semakin besar, maka semakin berat upaya untuk memproteksi. Sehingga sikap yang mengabaikan fenomena ini merupakan sikap yang salah dan tidak alkitabiah.

Menolak Belajar Firman Tuhan

            Kepasifan orang percaya akan menyebabkan manusia menolak belajar firman Tuhan. Karena spirit antikristus dapat mengintervensi kehendak manusia untuk malas belajar. Sehingga kondisi ini menjadi celah bagi spirit antikristus untuk memanipulasi orang percaya. Sikap yang menolak untuk belajar firman Tuhan ini akan membuat manusia memiliki kekurangan dalam pemahamn moral, sosial dan doktrinal. Sehingga sikap yang menolak untuk belajar firman Tuhan ini membawa manusia tidak memahami prinsip dan sistem yang benar.[86] Sikap yang menolak untuk belajar firman Tuhan akan merugikan orang percaya yang peka memperhatikan fenomena yang terjadi tetapi karena menolak belajar firman Tuhan, memberi dampak manusia tidak memiliki dasar untuk mengatasi dan menjawab fenomena yang sedang terjadi. Oleh karena itu sikap kepasifan orang percaya yang ditunjukkan dengan menolak belajar firman Tuhan, merupakan masalah mendasar dalam upaya proteksi terhadap spirit antikristus.
Belum Mengalami Kelahiran Baru

            Kepasifan orang percaya dalam upaya proteksi dapat membuat orang percaya mengabaikan fenomena dan menolak belajar firman Tuhan. Kondisi tersebut dapat saja diintervensi oleh spirit antikristus,[87] namun bisa juga disebabkan orang percaya belum mengalami kelahiran baru. Orang yang belum mengalami kelahiran baru cenderung egosentris.[88] Orang percaya yang belum lahir baru dapat membuat sistem dan prinsip yang benar menjadi tidak efektif.

Kesalahan Sistem Proteksi
            Dalam menerapkan sistem proteksi, manusia terkadang salah menggunakan sistem. Kesalahan dalam menerapkan sistem proteksi dapat disebabkan oleh rumusan sistem yang salah, pemahaman sistem yang salah dan penerapan sistem yang salah.
           
Rumusan Sistem yang Salah
            Dalam kondisi pikiran yang rusak total, maka manusia di dunia tidak ada yang dapat membuat rumusan-rumusan dengan sempurna.[89] Rumusan-rumusan sistem yang dibuat manusia selalu memliki titik kelemahan dan bisa salah. Salah satu rumusan sistem yang salah dinyatakan oleh Eta Linnemann bahwa ”... teologi historis kritis atau teologi modern adalah bidat”.[90]  Meskipun manusia dapat membuat rumusan sistem yang benar namun seringkali intervensi spirit antikristus memanipulasi rumusan sistem yang sudah baik.  Sehingga manusia menjadi ragu dan menyatakan salah sistem yang baik.

Pemahaman Sistem yang Salah
            Kesalahan sistem proteksi, bukan hanya karena rumusan sistem yang salah, tetapi hal tersebut dapat disebabkan oleh pemahaman sistem yang salah. Rumusan sistem yang baik jika tidak dipahami secara komprehensif akan menghasilkan kesalahan dalam sistem proteksi.[91] Manusia membuat rumusan sistem proteksi dengan rasionya, namun hasil rumusan sistem dari rasio manusia seringkali diintervensi oleh spirit antikristus, sehingga pemahaman manusia sering dikacaukan dan diragukan.[92] Pemahaman sistem yang salah akan membentuk sistem proteksi yang salah, sistem proteksi yang salah,  membawa orang percaya terjebak dalam intervensi spirit antikristus.

Penerapan Pola yang Salah
            Sistem proteksi yang salah tidak saja didasarkan pada kesalahan dalam rumusan dan pemahaman. Manusia juga mengalami kerusakan total dalam kehendaknya (will), sehingga manusia cenderung melakukan kehendak yang berbeda dengan pemahamannya. Oleh karena itu, bisa saja rumusan dan pemahaman yang benar dapat diterapkan dengan salah, karena manusia tidak sempurna dalam melakukan standar yang ideal. Spirit antikristus juga dapat mengintervensi kehendak manusia, sehingga manusia memilih tidak taat pada pemahaman yang benar.[93] Sistem proteksi akan dikatakan benar atau salah, salah-satunya dinilai dengan melihat penerapannya.  

Rangkuman
            Spirit antikristus adalah roh atau semangat yang bekerja dalam diri manusia, yang menghadirkan karakteristik untuk menentang Yesus Kristus. Spirit antikristus ini menggantikan Yesus Kristus dan menyesatkan pengikut Yesus Kristus. Spirit antikristus telah hadir sejak awal mulainya kehidupan manusia hingga masa kini. Kehadiran spirit antikristus telah dimanifestasikan dalam berbagai ragam bentuk, yaitu: dalam bentuk pengajaran, pribadi, dan institusi. Manifestasi spirit antikristus memakai segala aspek kehidupan manusia sesuai dengan zamannya.
            Dampak spirit antikristus selalu terlihat dalam tiga aspek penting, yaitu doktrinal, moral dan sosial. Spirit antikristus tidak berubah pada prinsipnya, namun terus berubah dalam manifestasinya sesuai dengan zaman. Spirit antikristus terus bekerja untuk menyimpangkan iman orang-orang percaya dengan berbagai ragam kepalsuan. Oleh karena itu karakteristik dan dampak spirit antikristus membuat orang percaya memiliki problematika dalam upaya memproteksi imannya.
Upaya Proteksi Terhadap Spirit Antikristus

            Dalam upaya memproteksi orang percaya terhadap spirit antikristus dengan menerapkan prinsip ”ujilah roh” dalam 1 Yohanes 4: 1, yaitu: melihat fenomena, memeriksa fenomena, membedakan kebenaran dan kesalahan, memurnikan setiap kesalahan dengan kebenaran dan menerapkan kebenaran.

Melihat Fenomena Akibat Spirit Antikristus

            Dalam sebuah pelaksanaan pengujian, langkah awal untuk mengetahui masalah yang terjadi perlu melihat[1] fenomena. Fenomena adalah sesuatu yang dapat disaksikan atau dilihat dengan panca indra yang berhubungan dengan kenyataan yang ada, tanda-tanda, keajaiban dan fakta.[2] Prinsip ”ujilah roh” di gambarkan sebagai seorang penambang emas sebelum melakukan pekerjaannya ia harus melihat daerah yang menjadi tempat bekerja.[3] Dalam surat 1 Yohanes spirit antikristus diketahui oleh karena mengamati fenomena yang terjadi dalam persekutuan jemaat saat itu. Mengenai hal tersebut Pdt. Stevri I. Lumintang menyatakan:
”… theologia adalah dasar dari perbuatan apapun orang percaya. Itu sama artinya dengan pernyataan disertai contoh-contoh sebagai berikut: tindakan etis orang percaya didasarkan pada theologianya. Belajar adalah berdasarkan theologia. Bekerja adalah berdasarkan theologia. Menikah adalah berdasarkan thyeologia. Menikah adalah berdasarkan theologia. Mengandung anak adalah berdasarkan theologia. Tidak ada tindakan atau perbuatan yang pantas, tanpa dasar theologia.”[4]

            Jadi kehidupan praktis seseorang menrefleksikan theologia yang dipahaminya. Oleh karena itu, melihat gaya hidup merupakan langkah awal untuk melakukan analisa pemikiran filosofisnya. Maka jika dalam sebuah persekutuan memperlihatkan gaya hidup yang tidak sesuai dengan etika yang Tuhan Yesus ajarkan, hal tersebut dapat diindikasikan ada ancaman spirit antikristus.  

Memeriksa Fenomena

  Seorang penambang emas setelah melihat ada bijih emas di daerah yang dilihatnya, maka ia akan melakukan pemeriksaan terhadap daerah tersebut untuk mengetahui kuantitas emas sebelum menilai kualitas emas.[5] Fenomena menyimpang yang terlihat selanjutnya diperiksa. Memeriksa[6] fenomena yang dimaksud adalah penelitian dengan seksama untuk mendapatkan informasi dan data untuk menentukan keadaan. Cara pemeriksaan tersebut dilakukan dengan memeriksa aspek moral dan sosial dan aspek doktrinal.

Memeriksa Moralitas Persekutuan

            Moralitas adalah budi pekerti, sopan santun.[7] Jadi moralitas berhubungan erat dengan kehidupan praktis. Dalam 1 Yohanes 2: 6 menyatakan bahwa barangsiapa ada di dalam Kristus ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. Mengenai ayat tersebut James Montgomery Boice menyatakan:
”Panggilan itu adalah untuk berusaha meneladani Tuhan Yesus Kristus dalam tingkah laku kita. Hidup sebagaimana Kristus hidup adalah hidup bukan oleh aturan-aturan, tetapi oleh teladan. Hidup demikian adalah mengikut Dia, menjadi murid-Nya. Murid seperti ini bersifat pribadi, aktif dan menuntut pengorbanan.”[8]

            Spirit antikristus memberikan pengaruh untuk menerapkan etika moral yang ”hedonis” dan berpusat pada hal-hal duniawi.    Yohanes menekankan setiap orang percaya harus mengikuti teladan moral Tuhan Yesus. Mengetahui dan melakukan teladan moral yang benar akan mudah melakukan pemeriksaan sebagai upaya memproteksi orang percaya terhadap ancaman spirit antikristus dalam seorang pribadi atau persekutuan.
Memeriksa Kehidupan Sosial Persekutuan

            Pemeriksaan aspek moral dan aspek sosial merupakan pemeriksaan dari segi eksternal.[9] Dalam 1 Yohanes 2: 9-10 menyatakan: ”Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan”.
            Dalam kehidupan sosial spirit antikristus membuat manusia menjadi eksklusif dan individualis. Tuhan Yesus mengajarkan prinsip kasih kepada sesama. Senada dengan hal tersebut Francis Schaeffer menuliskan dampak kasih dalam persekutuan, yaitu memulihkan hubungan dengan sesama, mengampuni terlebih dahulu ketika orang lain masih bersalah, dan melakukan pengorbanan.[10] Jadi untuk memproteksi orang percaya dari pengaruh spirit antikristus dengan memeriksa aspek sosial. Pemeriksaan aspek sosial dengan memperbaiki prinsip hidup bersama dalam persekutuan, yaitu mendasarkan kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam persekutuan.

Memeriksa Pemahaman Doktrinal Persekutuan

Prinsip dasar iman Kristen mengakui Yesus Kristus seratus persen Allah dan manusia. Spirit antikristus sangat gencar memberikan pengajaran untuk menolak finalitas Kristus. Pada masa kini spirit antikristus membuat konsep yang lebih halus dan sangat menjebak orang percaya. Spirit antikristus membuat banyak orang yang hadir di gereja, tidak mendengarkan khotbah, tetapi mendengarkan kata-kata motivasi dari seorang motivator. Ajaran-ajaran yang disampaikan berpusat pada manusia (antroposentris) dan tidak berpusat pada pribadi Tuhan Yesus. Menanggapi keadaan tersebut Ramly B. Lumintang menyatakan keyakinan teologi Reformed yang Kristosentris: ”…kredo Reformed kembali menegaskan bahwa keselamatan hanya di dalam Yesus, final dan tidak ada yang lain. Inti berita Alkitab (PL dan PB) atau sentralitas pemberitaan-Nya, pelayanan-Nya, karya-Nya dan penebusan-Nya”[11] Jadi memiliki keyakinan yang benar mengenai finalitas Kristus dan karyanya akan sangat menolong orang percaya untuk memproteksi iman dari pengaruh kepalsuan doktrinal spirit antikristus.

Membedakan Kebenaran dan Kesalahan

Dalam memproteksi iman orang percaya terhadap dampak spirit antikristus dengan membedakan antara kebenaran dan kesalahan. Hal ini sama dengan proses penambangan emas, setelah pemeriksaan dilakukan pembedaan antara emas dengan logam lainya. Dalam melakukan pembedaan emas dari logam dan kotoran lainya yang melekat tidak dapat hanya menggunakan tangan, tetapi membutuhkan alat.[12] Tahapan ini juga diterapkan oleh Hans Maris seorang Profesor dogmatika di Theological University of the Christian Reformed Churches, Apeldoorn, Belanda, menyatakan: ”Yang penting ialah mengenali mana yang benar dan mana yang sesat. Dan intinya yang hakiki ialah Injil Yesus Kristus. Yang menjadi pokok ialah berita bahwa kita memiliki segala-galanya hanya di dalam Dia saja”.[13]
Pengaruh spirit antikristus sering sulit terdeteksi pada bagian internal. Spirit antikristus selalu mengaburkan kebenaran menjadi abu-abu. Sehingga untuk dapat melakukan pembedaan kebenaran dan kesalahan membutuhkan peranan Roh Kudus yang mengiluminasikan Alkitab firman Allah kepada orang percaya untuk memimpin pada kebenaran Kristus. Jadi tahap membedakan yang benar dan salah dalam memproteksi spirit antikristus perlu dilakukan, karena pada tahap ini memasuki tahap menentukan kebenaran doktrin dan etika.

Memurnikan Pengajaran

Spirit antikristus tidak membuang pemahaman tentang Yesus Kristus, namun memberikan pemahaman yang palsu tentang Yesus Kristus. Oleh karena itu dibutuhkan proses pemurnian. Hal tersebut sama dengan proses penambangan emas. Penambang akan memurnikan emas dengan cara menggosokkan emas pada sebuah batu hitam, yang disebut dengan batu ujian. Selanjutnya penambang emas tersebut akan melihat kadar emas dari logam yang diuji.[14] Oleh karena itu dalam prinsip ”ujilah roh” ada alat penguji untuk pemurnian pengajaran, yaitu Alkitab dan orang percaya.

Menjadikan Alkitab Sebagai Tolak Ukur

            Manifestasi spirit antikristus memakai segala aspek kehidupan manusia sesuai dengan zamannya dalam berbagai ragam bentuk, yaitu: dalam bentuk pengajaran, pribadi, dan institusi. Prinsip ”ujilah roh” adalah prinsip yang bersumber dari Alkitab.  Dalam 2 Timotius 3: 16 menyatakan Alkitab firman Allah.[15] Prinsip itu ditegaskan dalam pengakuan iman Westminster bab I:
”Hakim tertinggi, yang olehnya semua perselisihan pendapat, perihal agama mesti diputuskan, dan semua dekrit konsili-konsili, pendapat pengarang-pengarang kuno, ajaran manusia, dan ucapan-ucapan roh melalui orang-orang perseorangan harus diperiksa, dan yang keputusannya wajib kita terima dengan patuh, tidak lain adalah Roh Kudus, yang bersabda dalam Alkitab”[16] 
Jadi sangat jelas bahwa segala sumber pengajaran berpusat pada Alkitab. Menegaskan hal tersebut Pdt. Stevri Indra Lumintang menyatakan:
”Alkitab adalah Firman Tuhan, oleh karena semua tulisan Alkitab diinsipirasikan oleh Roh Kudus kepada penulisnya. Roh Kudus membimbing para penulis, menulis apa yang Tuhan firmankan. Karena itu, Alkitab tidak bersalah dalam naskah aslinya, sehingga Alkitab merupakan kebenaran Allah yang final atau mutlak.”[17]

            Jadi Alkitab ialah kebenaran Allah yang final dan mutlak, sehingga Alkitab sungguh-sungguh ampuh menjadi alat pengujian dalam berbagai aspek kehidupan manusia di segala zaman.

Menjadikan Orang Percaya Sebagai Alat Pemurnian

Pada tahap pemurnian penambang emas akan menggosokan emas pada sebuah batu hitam, yang disebut dengan batu ujian. Penambang emas tersebut akan melihat kadar emas dari logam yang diuji. Dalam upaya proteksi terhadap spirit antikristus, Roh Kudus tetap memakai orang percaya, Roh Kudus memberikan berbagai karunia khusus kepada orang-orang percaya di dalam tubuh Kristus.[18]
            Manifesatsi akhir spirit antikristus akan datang dari persekutuan gereja, di dalam pribadi yang berstatus Kristen. Berhubungan dengan spirit antikristus yang ada dalam gereja, Warren W. Wiersbe menyatakan bahwa pekerjaan setan masa kini telah menghadirkan orang Kristen palsu, injil palsu, penginjil palsu, kebenaran palsu, jemaat palsu dan doktrin palsu.[19] Jadi jika spirit antikristus memakai manusia untuk menyatakan serangannya, maka Roh Kudus juga memakai umat pilihan Allah untuk menyatakan kebenaran-Nya. Jadi para orang percaya terpanggil khusus untuk menjadi alat dalam upaya proteksi terhadap ancaman spirit antikristus.

Menerapkan Kebenaran

  Dalam 1 Yohanes 5: 6 menyatakan ”… dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran”. Penambang emas setelah memurnikan emas dari kotoran dan logam-logam yang lain, ia akan mengambil emas tersebut untuk digunakan dalam pembuatan perhiasan.[20] Oleh karena itu proses pemurnian tidak hanya sekedar membentuk formulasi kebenaran tetapi juga harus menerapkan kebenaran. Mengenai hal tersebut seorang teolog Reformed, Billy Kristanto menyatakan:
”…theology Reformed menyadari bahwa jika Allah memberikan pengenalan pribadi, kehendak dan prinsip-Nya kepada gereja-Nya, itu bukan hanya untuk kepentingan pribadi (reflektif) atau bertheologi itu sendiri (korektif), tetapi juga suatu tujuan yang responsive atau transformatif, membangun wawasan dunia Kristen. Gerakan Reformed terpanggil untuk mendemostrasikan kekuatan theologinya dalam menentang dan mengubah arus perkembangan kebudayaan yang semakin lama memisahkan manusia dari kebenaran Alkitab”.[21]

Spirit antikristus menyerang berbagai aspek kehidupan manusia dengan mengajarkan kepalsuan. Untuk menghadapi kepalsuan, dengan menerapkan kebenaran yang mencakup penerapan kebenaran pemahaman Kristologi dan kehidupan moral dengan sosial yang bersentral pada Alkitab. Kebenaran dapat diterapkan oleh karena Roh Kudus yang bekerja menyatakan kebenaran melalui orang-orang pilihan-Nya.

Menerapkan Etika Kristen Dalam Kehidupan Moral

              Prinsip ”ujilah roh” dalam 1 Yohanes 4: 1 yaitu menerapkan prinsip etika yang alkitabiah. Spirit antikristus membuat manusia menolak etika yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Spirit antikristus mengajarkan etika yang bersifat amoral. Namun, pada masa kini spirit antikristus juga berusaha menjebak orang percaya dengan kepalsuan, yaitu menerapkan etika yang seolah-olah alkitabiah, tetapi disertai pemahaman legalisme,[22] situasionisme[23] dan intuisionisme[24]. Mengenai hal tersebut W. Andrew Hoffecker menyatakan:
”Legalisme, situasionisme dan intuisionisme tidak menghasilkan ketaatan alkitabiah karena masing-masing hanya menyajikan satu aspek dari etika Alkitab yang holistis. Masing-masing memutlakkan suatu unsur tunggal dengan mengorbankan unsur-unsur lain yang sama sahnya menurut wawasan dunia alkitabiah. Namun, kita harus menemukan suatu cara mengkombinasikan unsur-unsur sah dari tiap-tiap perspektif menjadi suatu pandangan menyatu yang masuk akal. Dengan mempercayakan kesatuan kebenaran, orang-orang Kristen berusaha untuk memberikan suatu perspektif etis yang seimbang yang di dalamnya segala unsur menerima penekanan yang setara sesuai dengan Alkitab”[25]

            Jadi penerapan etika yang tepat adalah dengan prinsip keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud ialah memahami standar normatif, memahami bagaimana menafsirkan standar normatif tersebut dalam sebuah situasi tanpa mengurangi maknanya dan menerima serta menaati norma-norma Allah sebagai yang mengikat bagi dirinya sendiri.[26] Maka untuk mengetahui hadirnya spirit antikritus dalam seorang pribadi atau sebuah kelompok ialah dengan melihat prinsip etisnya, kemudian untuk memproteksi orang percaya dari spirit antikristus dengan cara menerapkan prinsip etika yang alkitabiah.

Menerapkan Kasih Dalam Kehidupan Sosial
            Dalam proses pengujian terhadap spirit antikristus dalam seorang pribadi atau kelompok sangat perlu diterapkan prinsip kasih sebagai landasan. Mengenai pentingnya kasih dalam proses pengujian R. C. Sproul menyatakan:
”Alkitab mengajarkan kasih dengan istilah yang lebih aktif. Konsep kasih lebih berfungsi sebagai kata kerja dari pada kata benda. Kasih merupakan suatu tugas, yaitu suatu tindakan yang harus kita nyatakan. Allah memerintahkan kita untuk mengasihi sesama kita, mengasihi pasangan hidup kita, dan bahkan mengasihi musuh kita. Di satu sisi kita harus menyatakan perasaan kasih kita dan afeksi kita pada musuh; dan di sisi lain kita juga harus bertindak dalam kasih kepada mereka”.[27]
             
            Jadi kasih menjadi motif utama dalam proses pengujian. Kasih bersumber dari kebenaran Alkitab firman Allah. Kasih tersebut bukanlah kasih yang tersembunyi, tetapi berani menyatakan kesalahan dan memberikan kebenaran yang seharusnya. Secara praktis kasih itu menuntut keaktifan, maka orang percaya juga harus aktif dalam menyatakan yang benar. Pengujian tanpa melibatkan kasih akan mengarah pada penghakiman. Jadi ketika diketahui bahwa adanya spirit antikristus dalam pribadi atau sebuah persekutuan, dengan kasih bukan hanya berani menyatakan kesalahan, namun membawa dan membimbing pribadi atau persekutuan yang tersesat ke dalam kebenaran.

Menerapkan Pengakuan Iman Pada Yesus Kristus

            Prinsip dasar iman Kristen yaitu percaya bahwa Yesus Kristus seratus persen Allah dan manusia dan Yesus Kristus satu-satunya Juruselamat. Prinsip finalitas tersebut  ditegaskan dalam konsili Chalcedon pada tahun 451 M, yang menyatakan:
”… Kita mengaku dengan suara bulat bahwa Anak yang tunggal. Tuhan kita Yesus Kristus, adalah Allah sempurna dan manusia sempurna, benar-benar Allah dan benar-benar manusia. Ia sehakikat (homoousios) dengan sang Bapa sebagai Allah, dan juga sehakikat (homoousios) dengan kita sebagai manusia.”[28]

            Spirit antikristus membuat manusia tidak mempercayai dan meragukan finalitas pribadi Yesus Kristus. Pada masa kini dalam konteks Indonesia, hadirnya golongan Pluralisme yang menolak finalitas Kristus. Untuk menjawab keberatan terhadap paham Pluralisme yang menolak finalitas Yesus Kristus, Pdt. Stevri I. Lumintang memberikan tanggapan terhadap dua tokoh Pluralis yang menolak finalitas Yesus Kristus, yaitu C.S. Song dan Ioanes Rakhmat:
”Sebenarnya, kaum Pluralis seperti Song dan Rakhmatlah yang menyembah yang sesungguhnya bukan Yesus, Karena tidak mengakui Ke-Allahan Yesus. Sikap seperti ini, merupakan sikap anti-Kristus, dan sikap setan-setan, karena ingin menjadi Allah bagi Yesus dengan meniadakan ke-Allahan Yesus”[29]

            Jadi penolakan terhadap finalitas pribadi Yesus Kristus sama saja dengan menolak karya Yesus sebagai juruselamat satu-satunya; penolakan tersebut jelas sikap yang anti terhadap Kristus. Untuk orang-orang yang menolak pribadi dan karya Yesus Kristus Yohanes Calvin menyatakan:
”Inilah tempatnya untuk menegur mereka yang tidak memiliki apa-apa dari Kristus selain dari nama dan tanda-Nya, tetapi yang juga ingin dinamakan orang Kristen. Bukan alang kepalang mereka membanggakan diri tanpa malu dalam nama-Nya yang kudus. Sebab, yang bergaul dengan Kristus hanyalah mereka yang telah menerima pengetahuan yang benar mengenai Dia dari firman Injil”.[30]
           
  Jadi untuk memproteksi orang percaya terhadap spirit antikristus pada masa kini, ialah dengan menanamkan pengajaran yang benar tentang pribadi dan karya Yesus Kristus. Dengan pemahaman yang benar tentang iman Kristen, maka orang percaya dapat memproteksi iman mereka dari penyesatan spirit antikristus dan dapat mengidentifikasi seorang pribadi atau kelompok yang terjebak oleh spirit antikristus berdasarkan pemahaman yang diyakini pribadi atau kelompok tersebut tentang finalitas pribadi dan karya Yesus Kristus.

Rangkuman

            Prinsip ”ujilah roh” dalam 1 Yohanes 4: 1 adalah kebenaran yang alkitabiah untuk memproteksi spirit antikristus. Dari prinsip ”ujilah roh” dalam 1 Yohanes 4: 1 telah memberikan rumusan sistem pengujian terhadap manifestasi dan dampak dari spirit antikristus. Sistem pengujian prinsip ”ujilah roh” dalam 1 Yohanes 4: 1 merupakan sebuah prinsip yang sangat mampu memproteksi orang percaya terhadap dampak spirit antikristus dalam banyak aspek. Korelasi antara prinsip ”ujilah roh” dalam 1 Yohanes 4: 1 dan upaya proteksi bagi orang percaya, mencakup aspek moral, sosial dan doktrinal. Sehingga prinsip ”ujilah roh” dalam 1 Yohanes 4: 1, sangat mampu untuk mengidentifikasi manifestasi spirit antikristus dan mematahkan ancaman spirit antikristus sebagai upaya memproteksi orang percaya dari ancaman spirit antikristus tersebut.



[1] Kata melihat artinya menggunakan mata untuk mengetahui sesuatu, memperhatikan, memandang, membuktikan, menilik, meramalkan, menengok, menjenguk dan menonton. Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Tim Media Press), 497
[2] Ibid., 260
[3] J.I Packer, Merril C. Tenney dan William White, Ensiklopedi…, 410
[4] Stevri I. Lumintang, Keunikan Theologia…, 33-34
[5] Ibid., 410
[6] Kata memeriksa artinya melihat dengan seksama dan teliti untuk mengetahui keadaannya (baik atau tidak, salah atau benar), menyelidiki untuk mengetahui sesuatu, mempelajari, mencari pengetahuan. Mengusut perkara, mengorek keterangan dari saksi-saksi yang mengetahui suatu peristiwa, mengontrol dan mengawasi. Tim Prima Pena, Kamus…, 603
[7] Ibid., 538
[8] James Montgomery Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, (Surabaya: Momentum, 2011), 500
[9] Kata eksternal berasal dari kata eksterm yang artinya berkenaan dengan hal-hal di luar, datang dari luart, berasal dari luar. Tim Prima Pena, Kamus Besar…, 243  
[10] James Montgomery Boice, Dasar-Dasar…, 503-504
[11] Ramly B. Lumintang, Bahaya Postmodernismen, (Batu: Departemen Literatur PPII, 2010), 442  
[12] J.I Packer, Merril C. Tenney dan William White, Ensiklopedi Fakta…, 410
[13] Hans Haris, Gereja Karismatik dan Gereka Kita, (Surabaya: Momentum, 2009), 133
[14] J.I Packer, Merril C. Tenney dan William White, Ensiklopedi Fakta…, 410
[15] 2 Timotius 3: 16 ”Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”. (TB)
[16] Van Den End, Enam Belas Dasar Dokumen Calvinisme, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 98
[17] Stevri I. Lumintang, Theologia dan Missiologia Reformed, (Batu: Depertemen Literatur PPII, 2006), 55
[18] Millard J. Erickson, Teologi Kristen Jilid III, (Malang: Gandum Mas, 2006), 54
[19] Warren W. Wiersbe, Strategi Setan, (Yogyakarta: ANDI, 1993), 24-25
[20] J.D. Douglass, Ensiklopedi…, 443
[21] Billy Kristanto, Aspek-Aspek Dalam Pemikiran John Calvin, (Surabaya: Momentum, 2012), 35
[22] Legalisme hal mementingkan penerapan hukum secara harfiah. Henk Ten Napel, Kamus Teologi, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2011),  193
[23] Situasionisme adalah penerapan etika secara kontekstual yang mengutamakan cara berpikir etis yang memperhitungkan konteks situasi dan kondisi. G. Sudarmanto, Menjadi Pelayan…, 230
[24] Intuisionisme yaitu penerapan etika berdasarkan pengalaman dan perasaan pribadi tanpa merujuk pada hukum-hukum Alkitab. W. Andrew Hoffecker, Membangun Wawasan Dunia Kristen Volume II, (Surabaya: Momentum, 2008), 414  
[25] W. Andrew Hoffecker, Membangun Wawasan…, 415
[26] Ibid., 416
[27] R. C. Sproul, Dasar-Dasar Iman Kristen, (Malang: Literatur SAAT, 2009), 323
[28] Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2010), 51
[29] Stevri I. Lumintang, Theologia Abu-Abu, (Malang: Gandum Mas, 2010), 528
[30] Yohanes Calvin, Institutio, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 149




[1] 1Yohanes 2:18 Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir”.  1Yohanes 2:22 Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak”. 1Yohanes 4:3 ”dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”. 2Yohanes 1:7 ”Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus”. (TB)
[2] J. D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, (Jakarta: YKBK, 2008), 56
[3] Louis Berkhof, Teologi Sistematika Doktrin Akhir Jaman, (Surabaya: Momentum, 2010), 80
[4] R. C. Sproul, Kebenaran-Kebenaran dasar Iman Kristen, (Malang; Literatur SAAT, 2007), 363
[5] Alice Smith, Membebaskan Tawanan Setan, (Minneapolis: Bethany House, 2007), 125
[6] Pondsius Takaliuang dan Susana, Antara Kuasa Gelap Dan Kuasa Terang, (Batu: YPPII, 2000), 59
[7] Sproul, Kebenaran-Kebenaran..., 364
[8] Ki Dong Kim, Siapakah Roh-Roh Penyesat Itu?, (Jakarta: Berea Indonesia, 2003), 47
[9] Berkhof, Teologi Sistematika..., 80
[10]  Sproul, Kebenaran-Kebenaran…, 364
[11] Jan S. Aritonang, Belajar Memahami Sejarah Di Tengah Realitas, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 192
[12] Sinclair B. Ferguson, David f. Wright, dan J.I. Packer, New Dictionary of Theology Jilid I, (Malang: Literatur SAAT, 2008), 45
[13] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 25
[14] Aritonang, Belajar Memahami…, 192
[15] Sabelianisme menggangap Allah jumlahnya memang satu, tetapi ia menyatakan diri dengan tiga cara yang berbeda, yaitu sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Trivena Ambarsari, Doktrin Kristus, (Surabaya: Momentum, 2009), 12  
[16] Doketisme menegaskan bahwa Yesus hanya kelihatannya saja seperti manusia. Sebenarnya Ia tetap adalah Allah. Ia hanya memakai jubah manusia, dan tidak memiliki natur manusia sedikit pun. Ibid., 12
[17] Appolinarianisme mengajarkan bahwa ketika firman menjadi manusia, Yesus yang adalah Roh yang mengambil tubuh manusia dan menempatinya selama di dunia ini. Ibid., 13
[18] Kristologi Gnostikisme mengajarkan Allah adalah mahasuci sehingga Ia tidak mungkin menciptakan dunia yang jahat dan bergaul dengan manusia yang jahat. Keilahian itu memiliki jenjang atau tingkatan, demikian pula makhluk lainya. Sehingga bagi kaum Gnostik, Yesus adalah sosok yang berada di atas manusia, namun berada di bawah Allah. Ibid., 13
[19] Ebionisme mengajarkan Yesus hanyalah manusia biasa, yang kemudian dipilih Allah untuk menjadi Mesias, karena Ia melakukan Taurat setepat-tepatnya. Ibid., 13
[20] Menurut kaum Nazarenes, Yesus bukan Allah Anak sebagai bagian dari Trinitas. Menurut kaum Nazarenes, sebagai Anak Allah, Yesus memang mati, bangkit, dan naik ke surga. Yesus dapat melakukan itu karena Allah Bapa membangkitkan Yesus. Harold Lolowang, Yesus Nazaret Vs Yesus Makam Talpiot (Yogyakarta: ANDI, 2008), 85
[21] Arianisme mengajarkan bahwa Yesus adalah makhluk ketiga, karena Ia bukan Allah, dan juga bukan manusia. Ia memiliki awal, Ia adalah ciptaan yang sulung. Ambarsari, Doktrin Kristus…, 13
[22] Nestorianisme mengajarkan tidak adanya persatuan antara natur keilahian dan kemanusiaan dalam Kristus. Yesus memiliki dua natur dan dua pribadi, Yesus hanya menjadi rumah kudus bagi Anak Allah. Ibid., 13-14
[23] Eutychianisme mengajarkan bahwa Yesus hanya mempunyai satu natur, yaitu natur keilahian, karena natur kemanusiaan-Nya sudah ditelan habis oleh natur keilahian-Nya. Ibid., 14
[24] Marcionisme menekankan pengajaran menolak PL karena Allah PL yang berdasarkan hukum tidak dapat diperdamaikan dengan Allah PB yang kasih. Henk ten Napel, Kamus Teologi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 203
[25] Montanisme suatu gerakan dari abad ke 2 M, gurunya bernama Montanus, ajarannya: 1) dunia akan segera berakhir. 2) semua yang percaya harus meninggalkan dunia dan pergi ke suatu tempat yang bernama Papuza. 3) askese yang keras: puasa, tidak kawin, berani mati. R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2011), 57
[26] Pelagianisme hadir pada abad ke 4, tokohnya Pelagius, ajarannya adalah manusia dilahirkan tanpa dosa warisan, tanpa kencondongan untuk berbuat jahat dan manusia memiliki kemampuan dalam diri mereka untuk mengikuti teladan Kristus. M. E. Manton, Kamus Istilah Teologi, (Malang: Gandum Mas, 1995), 113
[27] Berkhof, Teologi Sistematika…, 80
[28] ”Selama akhir abad kelima, doktrin-doktrin dan praktik-praktik yang tidak alkitabiah telah berakar secara mendalam di dalam Gereja, yakni: doa-doa untuk orang mati; kepercayaan akan puragtorium (tempat api penyucian di mana jiwa-jiwa dimurnikan setelah kematian dan sebelum mereka dapat memasuki surga); empat puluh hari masa Lenten (masa puasa empat puluh hari dari Rabu Abu sampai hari Paskah); pandangan bahwa perjamuan kudus Tuhan adalah suatu kurban, dan bahwa orang-orang yang melaksanakannya haruslah para imam; pemisahan yang tajam di antara anggota-anggota Gereja yang menjadi klerus (pejabat Gereja) dan kaum awam (anggota-anggota Gereja biasa); venerasi (pemujaan) terhadap para martir dan orang-orang suci, dan lebih daripada semuanya itu, ada pemujaan terhadap Maria; penyalaan obor atau lilin untuk menghormati mereka; pemujaan terhadap relikwi-relikwi (barang peninggalan) para martir dan orang-orang suci; menganggap kekuatan magis dari relikwi-relikwi ini; gambar-gambar; patung-patung, dan mezbah-mezbah di dalam Gereja; jubah-jubah yang indah bagi para klerus; upacara agama yang semakin luas dan semakin megah; khotbah yang semakin sedikit; penziarahaan ke tempat-tempat kudus; monatisisme (kehidupan membiara); keduniawian/materialistis; penganiayaan terhadap orang kafir dan bidat”. B.K. Kuiper, The Church in History, (Malang: Gandum Mas, 2010), 50
[29] Berkhof, Teologi Sistematika..., 82
[30] Aritonang, Belajar Memahami…, 193
[31] Ibid., 193
[32] Soedarmo, Kamus Istilah…, 8
[33] Aritonang, Belajar Memahami…, 193
[34] Jansenisme mengajarkan sistem ajaran yang menenkankan determinisme moral. Napel, Kamus Teologi…, 181
[35] Quitisme mengajarkan sikap yang mengutamakan ketenangan dan melupakan keaktifan. Hidup dekat dengan Allah adalah hidup yang tenang. Dunia dan goda-godaannya, peristiwa-peristiwanya yang membingungkan, menyedihkan atau menimbulkan kegembiran, tidak boleh mengganggu ketenangan hidup. Hal yang menyedihkan tidak menjadi menangis, hal yang menggembirakan tidak menimbulkan gelak ketawa. Quietisme sering terdapat dalam mistisisme yang mengganggap dunia rendah atau bahkan sumber kejahatan. Soedarmo, Kamus Istilah…, 78
[36] Quakerisme merupakan salah-satu aliran Kristen yang menekankan cahaya batin dan menolak sakramen dan pendeta-pendeta yang ditahbiskan serta melawan perang. Napel, Kamus Teologi,…, 260
[37] Peter Wongso, Eksposisi Doktrin Alkitab Kitab Wahyu, (Malang: SAAT, 1996), 621
[38] Aritonang, Belajar Memahami…, 194
[39] Erich Unarto, Menyingkap Tabir Praktek-Praktek Kuasa Kegelapan, (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil ”Kawanan Kecil”, 2004), 114
[40] Awalan post dalam postmodernitas mempunyai arti. Pertama, putus hubungan dari modernitas. Kedua sesudah atau kelanjutan dari modernitas. H. W. B. Sumakul, Postmodernitas, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2012), 7
[41] Stanley J. Grenz, A Primer On Postmodernism, (Yogyakarta: ANDI Offset, 2009), 266
[42]Ramly B. Lumintang, Bahaya Postmodernisme & Peranan Kredo Reformed, (Batu: Departemen Literatur PPII, 2010), 365
[43] Joppie Rattu, Sridadi Atiyanto dan Yunus Ciptawilangga, Benarkah Chip Sebagai penggenap 666?,  (Bandung: Kalam Hidup, 2013),  25
[44] Warren W. Wiersbe, Strategi Setan, (Yogyakarta: ANDI, 1993), 24-25
[45] Douglas, Ensiklopedi Alkitab..., 56
[46] Smith, Membebaskan Tawanan…, 137-138
[47]  Bambang Noorsena, Telaah Kristis Terhadap Injil Barnabas Asal-usul, Historisitas dan Isinya, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2009), 53-54
[48] Joppie Rattu, Sridadi Atiyanto dan Yunus Ciptawilangga, Benarkah Chip…., 25
[49] Paulus Daun, Bidat Kristen Dari Masa Ke Masa, (Manado: Yayasan Daun Family, 2011), 3-4
[50] Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gita Media Press, 2011), 274
[51] Surya Kusuma, Okultisme Antara Budaya VS Iman Kristen, (Yogyakarta: ANDI, 2010), 12
[52] Smith, Membebaskan Tawanan…, 138
[53] Welly Pandesolang, Eskatologi Biblika, (Yogayakarta: ANDI Offset, 2004), 144-145
[54] Mc Candlish Philips, Dunia Roh, (Bandung: Kalam Hidup, 1979), 77
[55] Pena, Kamus Besar…, 705
[56] Stephen Ku, Roh Kebenaran Atau Roh Penyesat” Warta Sejati, vol. 51, No. 3, April 2006,  (Jakarta: Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati, 2006), 13
[57] Ki Dong Kim, Siapakah Roh-Roh Penyesat Itu?, (Berea Indonesia, 2003), 47
[58] Ku, Roh Kebenaran…, 13
[59] Stephen Tong, Roh Kudus, Suara Hati Nurani dan Setan, (Surabaya: Momentum, 2011), 107
[60] Ku, Roh Kebenaran…, 13
[61] Tong, Roh Kudus…, 100
[62] Paul Enns, The Moody Handbook Jilid II, (Malang: Literatur SAAT, 2010), 221
[63] Paul F. Knitter, Satu Bumi Banyak Agama, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2003), 51
[64] Istilah inkarnasi dari bahasa Latin, ”in” artinya di dalam, dan ”caro” artinya daging. Napel, Kamus Teologi…, 172
[65] Ibid., 65
[66] Ku, Roh Kebenaran…, 15
[67]­­­­­­­­­­­­­­­­ ___________, Iman Katolik, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996), 434
[68] A. Eddy Kristiyanto, Maria Dalam Gereja, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1987), 43  
[69] Napel, Kamus Teologi…,158
[70] Lumintang, Bahaya Postmodernisme…, 157
[71] Ku, Roh Kebenaran…, 16-17
[72] Jarot Wijanarko menuliskan penyimpangan seks akibat terikat oleh ”roh” membuat orang melakukan seks yang menyimpang (kebejatan seksual) seperti sodomi atau anal seks (dengan dubur), seks sesama laki-laki (homo), seks sesama wanita (lesbi), seks dengan binatang, incest (seks dengan anak atau orang tua), dan penganiayaan sebelum melakukan hubungan seks. Jarot Wijanarko, Selingkuh dan Sex,  (Jakarta: Suara Pemulihan, 2007), 43
[73] Cybersex adalah segala bentuk aktifitas sexual (dalam alam maya) yang menguasai / mengontrol pikiran manusia dengan menggunakan teknologi komputerisasi (internet). Gunaryo Sudarmanto, Menjadi Pelayan Kristus Yang Baik, (Batu: Departemen Literatur YPPII, 2009), 30
[74] Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison, The Wycliffe Bible Commentary, (Malang: Gandum Mas, 2010), 1056
[75] Ku, Roh Kebenaran…, 16
[76] Nigel Scotland, Buku Wajib Cara Menangkal Sekte dan Agama Baru, (Yogyakarta: ANDI, 2013), 225
[77] Ku, Roh Kebenaran…, 17
[78] Napel, Kamus Teologi…, 132
[79] Stevri I. Lumintang, Misiologia Kontemporer, (Batu: Depertemen Literatur YPPI, 2009), 49
[80] Horton, Kekristenan Tanpa…, 2  
[81] Wiersbe, Strategi Setan…, 150
[82] Warren W. dan David W., 10 Kekuatan Pelayanan yang Alkitabiah, (Yogyakarta: ANDI, 2011) , 8
[83] John, M Frame, Apologetika bagi Kemuliaan Allah, (Surabaya: Momentum, 2000), 26
[84] Sudarmanto,  Menjadi Pelayan…, 26
[85] Smith, Membebaskan Tawanan…, 137
[86] Ibid., 137
[87] Yulius Donald, Menghancurkan Roh Izebel, (Yogyakarta: ANDI, 2004), 79
[88] Smith, Membebaskan Tawanan…, 60
[89] Stephen Tong, Iman, Rasio dan Kebenaran, (Surabaya: Momentum, 2011), 37-38
[90] Eta Linnemann, Teologi Kontemporer, (Batu: Institut Injil Indonesia, 1991), 11
[91] John Stott, Berpikir dan Beriman, (Jakarta: PERKANTAS, 1997), 7
[92] Smith, Membebaskan Tawanan…, 62-62
[93] Smith, Membebaskan Tawanan…, 666