Sebuah Tinjauan Filosofis, Praktis & Theologis
Disusun Oleh: Ev. Made N. Supriadi, S. Th
Pada tulisan ini akan membahas mengenai pengertian
spirit antikristus, selanjutnya manifestasi spirit antikristus dalam sejarah
gereja, karakteristik spirit antikristus, dampak spirit antikristus, problematika upaya proteksi terhadapa spirit
antikristus dan upaya proteksi terhadap spirit antikristus.
Pengertian
Spirit Antikristus
Istilah spirit merupakan kata benda yang memiliki arti
semangat, roh, jiwa dan suka. Istilah antikristus pertama kali muncul dalam
surat-surat Yohanes, yaitu 1 Yohanes 2: 18, 22; 4: 3; 2 Yoh. 7.[1] Kata anti menandakan perlawanan,
menentang Kristus.[2] Pendapat yang sama juga
dikemukakan oleh Louis Berkhof yang menekankan kata anti adalah melawan.[3] Berhubungan dengan pengertian antikristus, R. C.
Sproul menambahkan:
”Istilah anti digunakan untuk menjelaskan bahwa
pribadi atau benda itu sebagai sosok yang menggantikan atau mengambil tempat
atau melawan. Antikristus bukan hanya sosok yang hanya melawan Kristus, tetapi
berusaha untuk menggantikan Kristus dengan dirinya sendiri. Antikristus, adalah
kristus yang palsu, yang berusaha untuk menipu orang berpikir bahwa dia adalah
Kristus sejati.”[4]
Selanjutnya Alice
Smith menambahkan, bahwa antikristus
termasuk dalam daftar kelompok roh-roh jahat.[5]
Pemahaman yang sama oleh Pondsius
dan Susana Takaliuang menyatakan bahwa roh antikristus adalah roh
setan yang terang-terangan melawan Kristus dan menyesatkan.[6] Jadi spirit antikristus adalah semangat atau roh yang memberi pengaruh kepada pribadi untuk melawan Kristus dan
menyesatkan orang-orang percaya serta mencoba menggantikan posisi Kristus.
Manifestasi Spirit Antikristus
Manifestasi spirit antikristus adalah perwujudan
bentuk yang tidak kelihatan dari roh antikristus. Manifestasi khusus dari spirit antikristus disertai dengan kuasa dan pengaruh yang
luar biasa pada akhir zaman.[7] Manifesatsi spirit
antikristus akan ditinjau dari segi historis, yaitu melihat sejarah tokoh-tokoh
dan aliran yang menentang Kristus, mulai dari zaman Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, zaman gereja
mula-mula (abad ke II - IV M), zaman pertengahan gereja (abad ke V – XV
M), zaman reformasi (abad ke XVI M),
zaman pasca reformasi (abad XVII – XVIII M), zaman modern (XIX-XX M) dan zaman postmodern.
Zaman Perjanjian Lama
Spirit
antikristus telah bekerja sejak mulainya kehidupan manusia. Ki Dong Kim
menyatakan malaikat-malaikat yang dilemparkan ke bumi bersama-sama iblis di
dalam Wahyu 12: 9 yaitu roh-roh antikristus.[8]
Jadi roh antikristus berbeda status dengan iblis tetapi memiliki sifat dan
karakter yang sama yaitu anti terhadap Kristus.
Dalam Kitab
Kejadian pasal tiga, iblis telah memanifestasikan dirinya dalam wujud ular
untuk menggoda Hawa dan memutarbalikkan firman Tuhan. Berkenaan dengan manifestasi spirit antikristus Louis
Berkhof menyatakan: ”Dalam sebagian besar nabi Perjanjian Lama kita melihat
adanya prinsip ketidakbenaran bekerja di antara bangsa-bangsa jahat yang
menunjukkan diri mereka kejam kepada Israel dan oleh karenanya dihukum oleh
Tuhan”.[9]
Jadi dalam Perjanjian Lama spirit antikristus disimbolkan dengan penentangan
terhadap bangsa Israel sebagai umat Allah. Penentangan spirit antikristus
dinyatakan dalam bentuk rohani dan juga dalam hal politis.
Zaman Perjanjian Baru
Manifestasi spirit antikristus tetap hadir dalam zaman
Perjanjian Baru. Selanjutnya R.
C. Sproul menambahkan:
”Yohanes berbicara tentang banyak antikristus (1 Yoh.
2: 18) dan tentang semangat dari antikristus yang telah ada di dalam dunia (1
Yoh. 4: 3). Kita dapat menyimpulkan dari hal ini bahwa di antara periode para
rasul dan kembalinya Kristus akan ada banyak manifestasi dari antikristus,
paling tidak di dalam semangat dan kuasanya”.[10]
Untuk dapat mengidentifikasi
manifestasi spirit antikristus, maka penting untuk mengetahui keadaan jemaat
pada zaman PB. Menyangkut hal tersebut Pdt. Jan S. Aritonang menuliskan:
”Dalam waktu yang relatif singkat (sejak tahun
60, kira-kira 30 tahun sejak kemunculannya), gereja Kristen sudah mulai
menunjukkan tanda-tanda yang mengarah pada ortodoksi, sehingga pada zaman PB
(abad I) di lingkungan Kristen sudah ada beberapa aliran yang dianggap sebagai
bidat, misalnya: Simonianisme (pengikut Simon tukang sihir; Kis. 8: 9-24),
Nikolaitan (pengikut Nikolaus; Why. 2: 1-7, 12-17), dan berbagai pengajar atau
nabi palsu yang kadang-kadang disebut sebagai antikristus (1 Yoh. 2: 18-27, 4:
1-7, dan lain-lain). Karena itu, di dalam PB kita berulang kali menemukan
istilah ’nabi palsu’ (Mat. 7: 15, 24: 11; Luk. 6: 26; Kis. 13: 6; 2 Ptr. 2: 1,
1 Yoh. 4: 1, 4; Why. 16: 13, dan lain-lain), ’mesias palsu’ (Mat. 24: 24),
’guru-guru palsu’ (2 Ptr. 2: 1-22), ’penyesat’ (Mat. 27: 63; 2 Yoh. 1: 7), dan lain-lain.
Bahkan di dalam kitab-kitab Injil terdapat juga nats tertentu yang
memperlihatkan atau memberi kesan bahwa Tuhan Yesus juga sudah menengarai
adanya pengajar palsu/sesat itu (Mis. Mat. 7:b 15-2). Aliran Saduki (salah satu
aliran di lingkungan Yahudi), juga dicap Tuhan Yesus sebagai penganut ajaran
sesat (Mat. 22: 29 dan lain-lain)”.[11]
Jadi manifestasi
spirit antikristus dalam konteks PB lebih banyak hadir dalam internal jemaat
mula-mula dalam bentuk sihir, nabi palsu, mesias palsu, guru-guru palsu dan
aliran-aliran sesat (golongan Saduki dan Farisi).
Zaman Gereja Mula-Mula
Di dalam zaman gereja mula-mula yaitu pada masa
Bapa-bapa gereja spirit antikristus
telah dimanifestasikan dalam bentuk pribadi atau lembaga.[12] Berhubungan dengan hal
tersebut W.R.F Browning menuliskan ”Dari segi historis banyak
tokoh-tokoh yang diidentifikasikan sebagai antikristus, namun dibalik dimensi
historis, antikristus
adalah lambang pemberontakan melawan Kristus yang terus berlangsung hingga
penghakiman terakhir.”[13]
Mengenai
keadaan gereja pada zaman gereja mula-mula Jan S. Aritonang menuliskan:
”Pada abad kedua dan seterusnya jumlah aliran/
kelompok yang dianggap oleh gereja Kristen sebagai bidat (haeresis; heretics)
semakin banyak, antara lain Gnostikisme (dengan berbagai variannya),
Marcionisme, kaum Ebionit, Montanisme, Arianisme, Pelagianisme”.[14]
Manifestasi
spirit antikristus pada zaman gereja mula-mula lebih kepada pembentukan banyak
aliran-aliran dengan pengajarannya. Kelompok-kelompok yang menentang ajaran
yang ortodoks hadir lebih banyak dalam internal gereja. Kelompok-kelompok yang
muncul tersebut lebih banyak menyerang inti iman Kristen mengenai finalitas
Yesus Kristus.
Kelompok-kelompok
tersebut ialah Sabelianisme (Modalisme),[15] Doketisme,[16]
Appolirianisme,[17] Gnostikisme,[18] Ebionisme,[19]
Nazarenes,[20] Arianisme,[21]
Nestorianisme,[22] Eutikhianisme,[23]
Marcionisme,[24] Montanisme,[25]
dan Pelagianisme.[26]
Jadi spirit antikristus memanifestasikan seranganya dalam bentuk pengajaran
dalam seorang pribadi dan para pengikutnya.
Zaman Pertengahan Gereja
Pada Zaman Pertengahan gereja manifestasi spirit antikristus dinyatakan
dalam dua kekuatan anti orang Kristen. Pertama, kekuatan
pemerintahan, politik, atau kuasa dunia. Kedua, agama sesat, nubuatan palsu, dan
ilmu pengetahuan palsu.[27] Gereja
Katolik Roma mengalami kemerosotan dalam pengajaran doktrinal, etika moral dan
sosial.[28] Mengenai manifestasi spirit
antikristus Louis Berkhof menyatakan: ”… Yohanes jelas
menganggap antikristus itu kaisar Nero (Why. 13:18), sebab huruf-huruf dalam
aksara Ibrani untuk Kaisar Nero menunjuk angka 666 (Why. 13:18). Sejak jaman
Reformasi banyak orang, termasuk para sarjana Reformed memandang Paus di Roma,
atau Paus tertentu sebagai antikristus.”[29]
Hal senada juga diungkapkan oleh Jan S. Aritonang yang
menyatakan bahwa ”Gereja Katolik Roma yang dulunya menentang bidat justru
menjadi sangat korup dalam hal ajaran maupun praktik.”[30]
Jadi pada masa pertengahan gereja spirit antikristus dapat diidentifikasi dalam
Kepausan di Roma. Namun, meskipun di dalam Kepausan di Roma memiliki
elemen-elemen spirit antikristus tidak berarti semua orang di dalam kepausan
tersebut sebagai antikristus.
Zaman Reformasi
Zaman reformasi yang dimaksud ialah zaman reformasi gereja pada abad
ke XVI M oleh Martin Luther. Manifestasi
spirit antikristus dapat dimengerti dari peristiwa historis gereja pada zaman
reformasi. Menyangkut hal tersebut Jan S. Aritonang menuliskan: ”…gerakan
reformasi menghasilkan gereja baru dan mendapat dukungan banyak pihak (termasuk
penguasa negara tertentu). Di lain pihak ada sejumlah gerakan reformasi
radikal, misalnya kaum Anabaptis, yang oleh para reformator (Luther, Calvin & Zwingli)
dianggap sebagai bidat.”[31] Mengenai
gerakan Anabaptis pada zaman reformasi R. Soedarmo menuliskan:
”Anabaptis artinya membaptis
ulang. Suatu aliran dalam gereja abad 16 di Jerman yang menekankan bahwa semua
anggota gereja harus suci. Karena itu aliran Anabaptis hanya mengakui baptisan
orang dewasa yang sudah dapat mengatakan pengakuan kepercayaannya. Terang
batiniah ditekankan hingga Alkitab diremehkan. Timbulnya Anabaptisme lebih
kurang bersamaan waktu dengan reformasi Protestan dan bersama-sama menentang
Gereja Katolik waktu itu. Tapi Anabaptis merasa bahwa reformasi Protestan
kurang radikal dan malahan menerima bantuan pemerintah duniawi. Anabaptis
menolak kerja sama dengan pemerintah, menolak sumpah dan menjadi tentara”.[32]
Jadi kelompok
Anabaptis telah membuat pengajaran yang menekankan perasaan batin, legalisme
dan penekanan yang keliru dalam doktrin. Sehingga dapat diindikasikan bahwa
pengajaran Anabaptis yang menyimpang merupakan manifesatsi dari spirit
antikristus pada waktu itu.
Zaman Pasca Reformasi
Pada pasca reformasi banyak tekanan yang dihadapi
gereja-gereja reformasi, namun tekanan tersebut berlanjut pasca reformasi.
Spirit antikristus selalu hadir dalam setiap sejarah gereja. Untuk mengetahui
manifestasi spirit antikristus maka perlu meninjau keadaan pada zaman pasca
reformasi (abad ke-XVII dan XVIII). Mengenai hal tersebut Jan S. Aritonang
menuliskan:
”….berbagai gerakan/aliran/
kelompok agama di dalam ataupun di luar gereja-gereja resmi itu, yang
mengajukan kritik terhadap kekakuan atau kemapanan gereja, tetapi oleh mereka
dicap sebagai bidat, misalnya: Jansenisme, Quietisme, Quakerisme,
Latitudinarisme, Swedenborgnisme, dan sebagainya bahkan Pietisme (di kalangan
Lutheran dan Calvinis di daratan Eropa) maupun Revivalisme (termasuk Metodisme)
di Inggris, yang oleh pengamat tertentu dipandang sebagai gerekan Reformasi
kedua, oleh pemimpin gereja resmi sempat juga dipandang mengandung unsur-unsur
kebidatan”.[33]
Jadi pasca reformasi
banyak muncul aliran bidat yang menentang gereja-gereja reformasi. Manifestasi
spirit antikristus terlihat dari sikap mencurigai antar aliran gereja dan penentangan ajaran yang benar diantaranya oleh Quietisme[35] dan Quakerisme.[36]
Zaman Modern
Perkembangan
zaman dalam berbagai bidang dapat menjadi alat bagi spirit antikristus untuk
menyerang umat Tuhan. Spirit antikristus tetap hadir dan telah dimanifestasikan
dalam segala aspek dan bidang kehidupan manusia, Peter Wongso menyatakan:
”Jikalau kita meneliti pemberitaan Kitab Wahyu,
melihat adanya serangan setan terhadap jemaat, alat yang dipakai setan untuk
menyerang orang-orang kudus, baik itu dari sudut agama, politik, maupun sistem
ekonomi, semuanya sangat terbatas sifatnya dan tidak sempurna pula; yang tidak
mungkin tuntas menlenyapkan jemaat dan orang-orang kudus yang sudah tertebus
oleh darah Kristus”[37]
Untuk
mengidentifikasi spirit antikristus pada zaman modern, berikut gambaran
mengenai keadaan gereja pada abad ke-19 dan 20:
”Abad
ke-19 dan 20 merupakan perkembangan berbagai gerakan/aliran/kelompok keagamaan
di lingkungan Kristen, terutama di Barat. Pada abad ke-19 muncul antara lain
kaum Mormon/OSZA, Adventis, Bala Keselamatan, Christian Science, Saksi Yehuwa
dan kaum Liberal/Modernis. Sedangkan pada abad ke-20 muncul antara lain kaum
Pentakostal (termasuk Pentakosta Baru/Kharismatik), Injili/Evangelikal (model
Amerika), Scientology, gerakan Zaman Baru (New Age Movement), Gerakan Akhir
Zaman, Children of God/Family of Love, Satanisme/Gereja Setan dan berbagai
kelompok lain yang lazim dikategorikan sebagai New Religious Movements/NRM.
Kaum Pentakostal dan Eavgelikal oleh banyak kalangan justru dipandang sebagai
pelopor Reformasi gelombang ketiga, sedangkan lima yang disebutkan terkahir
sudah jauh dari ortodoksi Kristen, kendati dalam hal tertentu aliran ini masih mengaku
Kristen”[38]
Menyangkut dengan gambaran historis sejarah gereja
Erich Unarto menyatakan: ”Contoh ajaran-ajaran sesat atau yang disebut juga
sebagai bidat ialah Children of God (Gereja Cinta Kasih), Christian Science
(Gereja Kesatu Kristus, Ahli Ilmu Pengetahuan), Jehova Witness (Saksi-Saksi
Yehovah), theologia modern, Mormon dan lain-lain”.[39] Jadi
manifesatsi spirit antikristus pada zaman modern lebih kompleks, yaitu dalam bentuk
pengajaran, politik, ekonomi, teknologi dan seni. Spirit antikristus menghadirkan
kepalsuan dengan memakai label Kristen, tetapi sesungguhnya bukan Kristen.
Zaman Postmodern
Zaman
Postmodern adalah suatu diskontinuitas atau kontinuitas dari yang zaman modern.[40] Pada
masa kini berkembang filsafat postmodernisme, Stanley J. Grenz menjelaskan,
bahwa: ”yang lebih radikal adalah penolakan postmodernisme terhadap usaha
menemukan kebenaran yang universal. Etos postmodern lahir dari keyakinan tidak
adanya totalitas utuh yang dapat kita sebut realitas”.[41]
Sehubungan dengan itu Ramly B. Lumintang juga menuliskan kandungan dari
filsafat postmodernisme seperti humanisme, perspektifisme, subjektifisme,
relatifisme, hedonism, konsumerisme dan sektarianisme.[42]
Untuk
memahami manifestasi spirit antikristus pada zaman postmodern, penting untuk
memperhatikan asal spirit antikristus. Berhubungan dengan hal tersebut Yunus
Ciptawilangga menyatakan bahwa ”…antikristus yang terakhir itu harus orang
Kristen.”[43]
Mengenai pandangan keadaan zaman ini Warren W. Wiersbe menyatakan bahwa
pekerjaan setan masa kini telah menghadirkan orang Kristen palsu, injil palsu,
penginjil palsu, kebenaran palsu, jemaat palsu dan doktrin palsu.[44] Jadi
kepalsuan adalah kata kunci dari manifestasi spirit antikristus. Kepalsuan di
dalam gereja sulit untuk diidentifikasi, sehingga pada masa kini ancaman spirit
antikristus semakin kompleks dalam segala bidang dan juga semakin lembut
menyerang gereja.
Karakteristik Spirit Antikristus
Karakteristik
spirit antikristus menjelaskan ciri-ciri khusus dari roh antikristus. Dari pengertian spirit antikristus dan juga
manifestasi spirit antikristus, ada tiga karakteristik, yaitu: menentang Yesus
Kristus, menggantikan Yesus Kristus dan menyesatkan pengikut Kristus.
Menentang Yesus Kristus
Karakteristik spirit antikristus ialah melawan dan meninggikan diri di atas
segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah.[45] Mengenai hal itu Alice Smith
menuliskan penentangan spirit antikristus, yaitu: ”bertindak melawan mukjizat
Allah, bertindak melawan firman Allah, melawan Kristus dan pengajaran-Nya,
melawan orang Kristen, menentang Alkitab, menentang darah Yesus dan menentang
kedudukan Kristus”.[46] Penentangan
keilahian Yesus telah hadir pada awal sejarah Gereja yang terdapat di dalam ”Injil”
Barnabas yang menyatakan bahwa Yesus mengakui bukan Tuhan, hanya sekedar hamba
yang papa.[47]
Penentangan
terhadap Yesus Kristus sama saja dengan penentangan terhadap pengikut-Nya. Hal
tersebut dituliskan oleh Yunus Ciptawilangga bahwa: ”Ia (antikristus)
diperkenankan untuk berperang melawan orang-orang kudus dan untuk mengalahkan
mereka. Ia diberi kuasa atas setiap suku, umat, bahasa, dan bangsa (menguasai
dunia)”.[48] Penentangan terhadap
Yesus Kristus dapat dilakukan dalam bentuk yang frontal dan lembut. Secara
frontal yaitu dengan wujud kekerasan fisik seperti penganiayaan, pembunuhan, pengerusakan,
penghancuran, pembakaran dan sebagainya. Secara lembut spirit antikristus menentang
dalam bentuk doktrin-doktrin yang menyesatkan.[49]
Jadi spirit antikristus memiliki karakteristik yang dimanifesatasikan dengan
sikap yang selalu menentang Yesus Kristus dan jemaat-Nya baik itu secara
frontal maupun dengan cara yang halus.
Menggantikan Yesus Kristus
Dalam Matius 24: 5, Tuhan Yesus menyatakan: ”Sebab banyak orang akan
datang dengan memakai nama-Ku dan berkata; Akulah Mesias, dan mereka akan
menyesatkan banyak orang”. Istilah menggantikan memiliki arti menukar dengan
yang lain, memberi ganti, menempati jabatan orang lain.[50] Keinginan
iblis untuk menjadi sama dengan Yang Maha Tinggi (Yes. 14: 12-14) tak pernah
terpadamkan.[51] Senada dengan hal
tersebut Alice Smith menuliskan bahwa spirit antikristus akan mencoba mengambil
kedudukan Kristus.[52] Mengenai
hal tersebut Welly Pandesolang menyatakan:
”Karena menganggap dirinya
(antikristus) sebagai manusia yang memiliki kedaulatan dan kekuasaan tertinggi
diseluruh bumi sebab berhasil menguasai militer dan persenjataan tempur yang
mutakhir serta memiliki uang dan seluruh harta kekayaan alam, dengan angkuh
antikristus mengukuhkan dirinya sebagai Allah yang wajib disembah oleh seluruh
manusia yang diam di bumi”.[53]
Mengenai karakteristik spirit antikristus yang
menggantikan Yesus Kristus dari fokus penyembahan, Mc Candlish Philips menambahkan:
”Ia
(iblis) tidak peduli akan apa yang menjadi obyek atau harapan tujuan manusia
yang sekunder yang diberi loyalitas utama selama hal itu bukan Allah, sumber
kehidupan dan kebenaran. Terus menerus ia berusaha untuk mengalihkan perhatian
manusia dari Allah kepada sesuatu yang lain mungkin kepada uang, harta,
ketenaran, kekuasaan, kesenangan, keluarga, keberhasilan, ilmu pengetahuan,
kesenian, seorang tokoh agama yang dipuja, seorang saleh yang sudah meninggal,
seorang pemimpin, ilah palsu, suatu sistem politik atau hal-hal lainnya”.[54]
Jadi
karakteristik spirit antikristus akan membuat manusia menggantikan penyembahan
kepada Yesus Kristus dengan hal-hal yang memusatkan pada manusia dan ilah dunia.
Menyesatkan Pengikut Kristus
Istilah menyesatkan artinya sebuah tindakan menjadikan sesat,
membingungkan dan membawa ke jalan yang salah.[55] Pengertian
tersebut senada dengan yang dijelaskan oleh Stephen Ku, bahwa Spirit
antikristus membuat seseorang melakukan kesesatan bukan karena ia tidak tahu
hal yang benar, namun karena ia telah dikelabui oleh spirit antikristus
seolah-olah melakukan kebenaran.[56] Spirit
antikristus adalah hamba iblis yang bekerja untuk membuat manusia menjadi
antikristus.[57] Mengenai karateristik
spirit antikristus yang menyesatkan pengikut Kristus Stephen Ku menuliskan: ”Di
balik pekerjaan para antikristus ada roh antikristus, yang oleh Yohanes disebut
sebagai roh yang menyesatkan (1Yoh. 4: 6). Roh yang menyesatkan, yang berasal
dari iblis, berusaha untuk menyesatkan dunia dan menuntun manusia menjauh dari
Kristus”.[58] Jadi iblis juga memiliki
tujuan yang sama yaitu untuk menyesatkan orang percaya. Stephen Tong juga
menyatakan: ”Suara setan mengakibatkan kita selalu tidak puas kepada Allah,
lalu mengakibatkan kita mengutuk Allah atau bersungut-sungut kepada Allah. Bila
suatu desakan muncul di dalam hati kita untuk mencela Tuhan, itu pasti dorongan
dari suara setan”.[59]
Pada masa kini
banyak beredar buku-buku dan seminar motivator yang selalu menekankan untuk
percaya pada diri sendiri, tawaran-tawaran obat untuk memanjakan diri sendiri
yang menjadikan kesombongan pribadi.[60] Jadi
spirit antikristus terus menyesatkan
umat Tuhan, dengan cara mendorong manusia untuk mencela Tuhan. Penyesatan
spirit antikristus bagi orang percaya merupakan karakteristik yang terus
dihadirkan pada masa kini dan dikemas dalam bentuk yang lebih halus.
Dampak Spirit Antikristus
`
Karakteristik spirit antikristus adalah menentang Yesus
Kristus, menggantikan Yesus Kristus dan menyesatkan pengikut Yesus Kristus.
Karakteristik tersebut memberikan dampak bagi setiap orang percaya, adapun
dampak dari karakteristik spirit antikristus yaitu terhadap teologi, moral
orang percaya dan kehidupan sosial orang percaya.
Terhadap
Teologi
Teologi adalah rumusan
pengajaran yang sistematis tentang Allah dan Karya-Nya. Spirit antikristus
memberikan dampak dalam teologi, yaitu melakukan penyesatan doktrinal dan
penolakan terhadap finalitas Yesus Kristus.
Penyesatan Doktrinal
Spirit antikristus memberikan pengaruh tidak serta merta
membuang doktrin gereja tetapi memanipulasi doktrin gereja. Hal tersebut
ditegaskan oleh Stephen Tong: ”Suara setan adalah suara yang mengacaukan
pengertian akan kebenaran”.[61]
Spirit antikristus menyerang iman Kristen dengan memakai para teolog.[62] Dalam
sejarah gereja salah satu penentangan terhadap finalitas Yesus sebagai Kristus
hadir dalam kelompokgan pluralisme.
Salah satu tokoh pluralisme Paul F. Knitter menyatakan bahwa: ”Umat
Kristen bisa terus menegaskan dan memberitakan kepada dunia tentang Yesus
sebagai benar-benar ilahi dan juruselamat, namun mereka tidak perlu bersikeras
bahwa dia satu-satunya ilahi dan juruselamat.”[63] Jadi
spirit antikristus menyesatkan pemahaman doktrinal iman Kristen.
Penolakan Terhadap Finalitas Yesus Kristus
Penolakan terhadap finalitas Yesus Kristus, yaitu
menolak pribadi Yesus Kristus seratus persen Allah dan seratus persen manusia
serta menolak Yesus Kristus satu-satunya juruselamat. Spirit antikristus membuat orang menyatakan bahwa Allah tidak
berinkarnasi[64] Pengajaran Gnostik dari
”Injil” Tomas, menyangkal kemanusiaan Yesus yang berasal dari orang Yahudi.[65] Dampak spirit antikristus akan membawa
orang-orang percaya untuk menolak Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan. Lebih
tegas Stephen Ku menyatakan: ”Roh yang menyesatkan sepakat bahwa percaya kepada
Yesus adalah yang baik, asal anda tidak memberitakan bahwa Yesus adalah
satu-satunya jalan menuju Tuhan”.[66] Pada
masa kini penyangkalan tersebut ditemukan dari pernyataan konsili Vatikan II:
”Yang harus dilakukan oleh petobat dalam sakramen
tobat dua hal: pengakuan dan penitrasi (denda). Tetapi hendaknya ia juga
menyatakan tobatnya dengan laku-tapa dan matiraga sukrela. Dalam hal ini ia
dapat dibantu oleh indulgensi, yakni penghapusan dari hukuman-hukuman sementara
karena jasa-jasa anggota Gereja yang lain, khususnya para santo dan santa,
bahkan juga karena karya Tuhan Yesus sendiri”.[67]
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa pengampunan dosa
tidak sepenuhnya karya Penebusan Kristus. Hal senada juga ditegaskan oleh A.
Eddy Kristiyanto: ”… Maria mempunyai peranan esensial dalam karya
penyelamatan”.[68] Jadi spirit antikristus
sangat jelas memberikan pengaruh dalam konsep soteriologi karena tidak mengakui
Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
Terhadap Etika
Moral Orang Percaya
Etika moral orang percaya didasarkan pada etika Yesus
Kristus. Spirit antikristus memberikan pengaruh moral dalam pribadi dan
persekutuan orang percaya masa kini. Secara prinsip etika moral orang percaya
mengarah prinsip hedonisme dan berpusat pada hal-hal duniawi.
Gaya Hidup Hedonisme
Hedonisme adalah aliran etika yang mempertahankan bahwa
tujuan segala tindak-tanduk manusia adalah kesenangan.[69] Untuk
mengerti bagaimana bentuk hedonisme masa kini, Ramly B. Lumintang menuliskan:
”Kesenangan yang dimaksud adalah kesenangan yang
berkaitan dengan kepuasan hidup melalui: materi (harta), jabatan (kedudukan), pemuasan
keinginan duniawi, dan pemenuhan kebutuhan psikologis. Di samping kesenangan
sebagai tujuan hidup, kesenangan juga harus diraih, dicapai dan dinikmati
sekarang ini. Untuk itu, semua penghalang kesenangan manusia harus disingkirkan
termasuk moral, etika bahkan agama sekalipun. Kalau moral dan etika masih
diperlukan, maka moral dan etika tersebut harus tanpa Allah”.[70]
Berhubungan dengan gaya hidup hedonisme Stephen Ku
menyatakan hadirnya gaya hidup hedonisme dalam gereja:
”Orang-orang yang mengikuti roh yang menyesatkan
memiliki sebentuk kesalehan, tetapi mereka tidak mempunyai niat untuk
mendengarkan atau menaati firman Tuhan. Dari pada menerima doktrin yang benar
dengan rendah hati, mereka lebih memilih mendengarkan apa yang mereka sukai”[71]
Selain dari aspek rohani dampak filsafat hedonisme dari
spirit antikristus juga mempengaruhi kehidupan moral manusia.[72] Gaya
hidup hedonisme juga menyimpangkan pemakaian teknologi. Penyimpangan seks dengan
memakai teknologi pada masa kini disebut cybersex.[73] Jadi
pada masa kini spirit antikristus menjebak kehidupan moral dan rohani orang
percaya.
Berpusat Pada Hal-Hal Duniawi
Dalam 1 Yohanes 4: 5 menyatakan bahwa spirit antikristus
berbicara mengenai hal-hal duniawi. Dalam 1 Yohanes 2: 16 menyatakan bahwa keinginan
daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup merupakan hal-hal yang berpusat
pada dunia. Iblis merupakan penguasa dunia yang memberikan kekuatan kepada para
guru palsu dan nabi palsu (Yoh. 12: 31). Dunia merupakan sumber pemberitaan
para penyesat.[74] Pada masa kini banyak
produk dan seminar yang berpusat pada manusia. Salah satu pesan umum yang
terdapat dalam banyak produk atau seminar
adalah ”percaya pada diri sendiri” namun menyingkirkan peran Allah.[75]
Spirit antikristus mempengaruhi manusia untuk memusatkan
hidupnya pada dunia. Hal tersebut terjadi pada pengikut gerakan Zaman Baru yang
membuat upacara untuk merayakan hari bumi.[76]
Dalam konteks ibadah, spirit antikristus memanipulasi orientasi ibadah yaitu:
melihat keindahan tempat, jamuan dan kepiawaian para pembicara.[77] Jadi
dampak spirit antikristus membuat orang percaya termanipulasi oleh kepalsuan,
orang percaya tetap bisa hadir dalam persekutuan gereja namun orientasi
persekutuan bukan untuk memuliakan Allah, melainkan berorientasi pada dunia.
Terhadap
Kehidupan Sosial Orang Percaya
Spirit antikristus pada masa
kini memberi pengaruh dalam kehidupan sosial orang percaya. Kehidupan yang
bersosialisasi atas dasar kasih telah berubah menjadi gaya hidup yang
megisolasikan diri. Spirit antikristus memberikan pengaruh besar dalam
kehidupan sosial orang percaya yaitu dengan menyusupkan paham eksklusifisme dan
individualisme.
Eksklusifisme
Ekslusifisme merupakan gaya hidup yang melibatkan
kelompok sendiri.[78] Spirit
antikristus membuat manusia berpusat pada diri sendiri dan kelompok terdekatnya
saja. Dalam konteks misi, ekslusifisme ini menyebabkan ketiadaan pelayanan misi
dalam gereja. Menyangkut hal tersebut Stevri I. Lumintang menyatakan bahwa ”golongan
liberal dan pluralis menolak peran gereja dalam gerakan misi bagi sesama yang
beragama non-Kristen.”[79]
Tuhan Yesus menyatakan amanat agung, untuk melaksanakan
pemberitaan Injil dan Pemuridan. Dalam melaksanakan amanat agung spirit
antikristus tidak tinggal diam untuk menghalangi pemberitaan Injil. Meyangkut
ancaman spirit antikristus di dalam gereja terhadap Pekabaran Injil, Michael
Horton menyatakan:
”Banyak hal yang mengalihkan kita dari Kristus pada
masa kini sebenarnya adalah hal-hal yang baik. Untuk membuat kita menyeleweng,
yang perlu dilakukan iblis hanyalah memunculkan beberapa tren rohani,
peperangan moral dan politis, dan operasi-operasi yang relevan lainnya ke dalam
jangkauan visi kita. Memfokuskan percakapan kepada diri kita,
keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, perasaan-perasaan,
pengalaman-pengalaman, aktivitas, dan aspirasi-aspirasi kita, membuat kita
menjadi bersemangat”.[80]
Jadi spirit antikristus
memakai hal-hal yang dianggap baik dalam program gereja untuk meninabobokkan
pelayanan sosial gereja dan membentuk gereja menjadi eksklusif. Keekslusifan
merupakan pengaruh besar yang akan menghacurkan keesaan gereja.
Individualisme
Manusia hidup mengasihi Allah dan sesama. Spirit
antikristus membuat manusia menerapkan prinsip hidup individualisme.
Individualisme merupakan prinsip hidup yang hanya memikirkan diri sendiri dan
menutup diri pada kelompok sosial. Warren W. Wiersbe menyatakan dampak dari
kasih yang dingin akibat pengaruh spirit antikristus munculnya sifat yang sulit
mengampuni sesama.[81] Sehingga
pada masa kini banyak gereja-gereja yang didirikan dengan latar belakang luka
batin dalam hati jemaat, gereja menjadi kosong karena kekecewaan hati,
pemilahan anggota gereja antara kaya dan miskin, pemimpin dan bawahan, saling
mencuri domba, gereja kekurangan tenaga pelayan dan gereja saling menghakimi
antar denominasi.
Problematika Upaya Proteksi
Terhadap Spirit Antikristus
Setelah mengerti deskripsi
mengenai definisi, historisitas perkembangan spirit antikristus, karakteristik
dan dampak dari spirit antikristus, selanjutnya akan menjelaskan problematika
upaya proteksi terhadap spirit antikristus, yaitu: menerapkan prinsip yang
tidak alkitabiah, kepasifan orang percaya dalam melakukan proteksi dan tidak
mengerti sistem yang digunakan.
Prinsip Yang Tidak Alkitabiah
Problematika dalam upaya proteksi terhadap spirit
antikristus oleh karena prinsip yang digunakan tidak alkitabiah.[82]
Penerapan prinsip yang tidak alkitabiah dapat disebabakan oleh karena orang
percaya tidak memahami kebenaran firman Tuhan, salah memahami prinsip Alkitab
dan oleh karena terjebak oleh spirit antikristus.
Tidak Memahami Firman Tuhan
Tidak memahami firman
membuahkan prinsip yang tidak alkitabiah dalam upaya proteksi terhadap spirit
antikristus. Banyak faktor yang membuat manusia tidak memahami firman Tuhan, faktor
internal bisa disebabkan oleh pribadi manusia, karena malas, tidak
mengoptimalkan peranan rasio, belum mengalami kelahiran baru. Faktor eksternal
disebabkan oleh oknum dari luar, seperti intervensi kuasa gelap, tidak ada pengajar
firman Tuhan dan sebagainya. Tidak memahami firman Tuhan sama saja tidak
memiliki pelindung rohani dalam menghadapi serangan spirit antikristus.
Salah
Memahami Firman Tuhan
Selain tidak memahami firman
Tuhan, prinsip yang tidak alkitabiah dalam upaya proteksi disebabkan juga oleh
kesalahan dalam memahami firman Tuhan. Salah memahami artinya pernah belajar
firman Tuhan, tahu ajaran Kristen dan suka membaca Alkitab tetapi salah dalam
memahami firman Tuhan.[83] Kesalahan
dalam memahami firman Tuhan baru akan terlihat ketika apa yang dipahami telah
diterapkan. Kesalahan dalam memahami firman Tuhan bisa karena kelalaian
manusia, belum lahir baru dan intervensi kuasa gelap. Spirit antikristus juga
dapat memanipulasi kebenaran doktrin, sehingga kesalahan dalam memahami firman
Tuhan, dapat menyebabkan prinsip yang digunakan tidak sesuai dengan standar
Alkitab.
Manipulasi
Spirit Antikristus
Spirit antikristus memikiki karakteristik menyesatkan
para pengikut Kristus. Manipulasi spirit antikristus dengan cara yang tidak
frontal. Manipulasi spirit antikristus dengan memakai apa yang dipahami dan
dibiasakan oleh orang percaya.[84]
Manipulasi
spirit antikristus memberikan pengaruh dalam upaya proteksi. Karena prinsip
yang telah dimanipulasi oleh spirit antikristus akan membuahkan sistem yang
salah.
Kepasifan Orang Percaya
Kepasifan orang percaya merupakan keadaan dimana orang
percaya tidak berperan dalam menupayakan sesuatu. Kepasifan orang percaya dalam
upaya proteksi dapat membuat orang percaya mengabaikan fenomena yang terjadi,
tidak mau belajar firman Tuhan dan mengindikasikan belum mengalami kelahiran
baru.
Mengabaikan
Fenomena yang Terjadi
Kepasifan orang percaya
dapat menyebabkan manusia mengabaikan fenomena yang sedang terjadi
disekitarnya. Sikap mengabaikan fenomena yang terjadi seolah-olah dapat menjadi
solusi untuk tenang, namun sikap mengabaikan justru bisa menjadi ancaman bagi
orang percaya. Sikap mengabaikan fenomena tidak hanya oleh karena karakter manusia
yang malas untuk berusaha, namun bisa juga karena adanya intervensi dari spirit
antikristus.[85] Sikap mengabaikan
fenomena ini akan membuat prinsip dan sistem yang benar dalam upaya proteksi
menjadi tidak efektif. Akibat sikap mengabaikan, fenomena yang terjadi terus
berkembang dan semakin besar, maka semakin berat upaya untuk memproteksi.
Sehingga sikap yang mengabaikan fenomena ini merupakan sikap yang salah dan
tidak alkitabiah.
Menolak
Belajar Firman Tuhan
Kepasifan orang percaya akan
menyebabkan manusia menolak belajar firman Tuhan. Karena spirit antikristus
dapat mengintervensi kehendak manusia untuk malas belajar. Sehingga kondisi ini
menjadi celah bagi spirit antikristus untuk memanipulasi orang percaya. Sikap
yang menolak untuk belajar firman Tuhan ini akan membuat manusia memiliki
kekurangan dalam pemahamn moral, sosial dan doktrinal. Sehingga sikap yang
menolak untuk belajar firman Tuhan ini membawa manusia tidak memahami prinsip
dan sistem yang benar.[86]
Sikap yang menolak untuk belajar firman Tuhan akan merugikan orang percaya yang
peka memperhatikan fenomena yang terjadi tetapi karena menolak belajar firman
Tuhan, memberi dampak manusia tidak memiliki dasar untuk mengatasi dan menjawab
fenomena yang sedang terjadi. Oleh karena itu sikap kepasifan orang percaya
yang ditunjukkan dengan menolak belajar firman Tuhan, merupakan masalah
mendasar dalam upaya proteksi terhadap spirit antikristus.
Belum
Mengalami Kelahiran Baru
Kepasifan orang percaya dalam upaya proteksi dapat
membuat orang percaya mengabaikan fenomena dan menolak belajar firman Tuhan. Kondisi
tersebut dapat saja diintervensi oleh spirit antikristus,[87]
namun bisa juga disebabkan orang percaya belum mengalami kelahiran baru. Orang
yang belum mengalami kelahiran baru cenderung egosentris.[88] Orang
percaya yang belum lahir baru dapat membuat sistem dan prinsip yang benar
menjadi tidak efektif.
Kesalahan Sistem Proteksi
Dalam menerapkan sistem proteksi, manusia terkadang salah
menggunakan sistem. Kesalahan dalam menerapkan sistem proteksi dapat disebabkan
oleh rumusan sistem yang salah, pemahaman sistem yang salah dan penerapan
sistem yang salah.
Rumusan
Sistem yang Salah
Dalam kondisi pikiran yang
rusak total, maka manusia di dunia tidak ada yang dapat membuat rumusan-rumusan
dengan sempurna.[89] Rumusan-rumusan sistem
yang dibuat manusia selalu memliki titik kelemahan dan bisa salah.
Salah satu rumusan sistem yang salah dinyatakan oleh Eta
Linnemann bahwa ”... teologi historis kritis atau teologi modern adalah bidat”.[90] Meskipun manusia dapat membuat
rumusan sistem yang benar namun seringkali intervensi spirit antikristus
memanipulasi rumusan sistem yang sudah baik. Sehingga manusia menjadi ragu dan menyatakan
salah sistem yang baik.
Pemahaman
Sistem yang Salah
Kesalahan sistem proteksi,
bukan hanya karena rumusan sistem yang salah, tetapi hal tersebut dapat
disebabkan oleh pemahaman sistem yang salah. Rumusan sistem yang baik jika
tidak dipahami secara komprehensif akan menghasilkan kesalahan dalam sistem
proteksi.[91] Manusia membuat rumusan
sistem proteksi dengan rasionya, namun hasil rumusan sistem dari rasio manusia
seringkali diintervensi oleh spirit antikristus, sehingga pemahaman manusia
sering dikacaukan dan diragukan.[92]
Pemahaman sistem yang salah akan membentuk sistem proteksi yang salah, sistem
proteksi yang salah, membawa orang
percaya terjebak dalam intervensi spirit antikristus.
Penerapan
Pola yang Salah
Sistem proteksi yang salah
tidak saja didasarkan pada kesalahan dalam rumusan dan pemahaman. Manusia juga
mengalami kerusakan total dalam kehendaknya (will), sehingga manusia cenderung
melakukan kehendak yang berbeda dengan pemahamannya. Oleh karena itu, bisa saja
rumusan dan pemahaman yang benar dapat diterapkan dengan salah, karena manusia
tidak sempurna dalam melakukan standar yang ideal. Spirit antikristus juga
dapat mengintervensi kehendak manusia, sehingga manusia memilih tidak taat pada
pemahaman yang benar.[93]
Sistem proteksi akan dikatakan benar atau salah, salah-satunya dinilai dengan
melihat penerapannya.
Rangkuman
Spirit antikristus adalah roh atau semangat yang bekerja
dalam diri manusia, yang menghadirkan karakteristik untuk menentang Yesus
Kristus. Spirit antikristus ini menggantikan Yesus Kristus dan menyesatkan
pengikut Yesus Kristus. Spirit antikristus telah hadir sejak awal mulainya
kehidupan manusia hingga masa kini. Kehadiran spirit antikristus telah
dimanifestasikan dalam berbagai ragam bentuk, yaitu: dalam bentuk pengajaran,
pribadi, dan institusi. Manifestasi spirit antikristus memakai segala aspek
kehidupan manusia sesuai dengan zamannya.
Dampak spirit antikristus selalu terlihat dalam tiga aspek
penting, yaitu doktrinal, moral dan sosial. Spirit antikristus tidak berubah
pada prinsipnya, namun terus berubah dalam manifestasinya sesuai dengan zaman.
Spirit antikristus terus bekerja untuk menyimpangkan iman orang-orang percaya
dengan berbagai ragam kepalsuan. Oleh karena itu karakteristik dan dampak
spirit antikristus membuat orang percaya memiliki problematika dalam upaya
memproteksi imannya.
Upaya Proteksi Terhadap Spirit Antikristus
Dalam upaya memproteksi orang percaya terhadap spirit antikristus
dengan menerapkan prinsip ”ujilah roh” dalam 1 Yohanes 4: 1, yaitu: melihat
fenomena, memeriksa fenomena, membedakan kebenaran dan kesalahan, memurnikan
setiap kesalahan dengan kebenaran dan menerapkan kebenaran.
Melihat
Fenomena Akibat Spirit Antikristus
Dalam sebuah pelaksanaan pengujian,
langkah awal untuk mengetahui masalah yang terjadi perlu melihat[1] fenomena.
Fenomena adalah sesuatu yang dapat disaksikan atau dilihat dengan panca indra
yang berhubungan dengan kenyataan yang ada, tanda-tanda, keajaiban dan fakta.[2] Prinsip
”ujilah roh” di gambarkan sebagai seorang penambang emas sebelum melakukan
pekerjaannya ia harus melihat daerah yang menjadi tempat bekerja.[3] Dalam surat 1 Yohanes
spirit antikristus diketahui oleh karena mengamati fenomena yang terjadi dalam
persekutuan jemaat saat itu. Mengenai hal tersebut Pdt. Stevri I. Lumintang
menyatakan:
”… theologia adalah dasar dari perbuatan apapun orang
percaya. Itu sama artinya dengan pernyataan disertai contoh-contoh sebagai
berikut: tindakan etis orang percaya didasarkan pada theologianya. Belajar
adalah berdasarkan theologia. Bekerja adalah berdasarkan theologia. Menikah
adalah berdasarkan thyeologia. Menikah adalah berdasarkan theologia. Mengandung
anak adalah berdasarkan theologia. Tidak ada tindakan atau perbuatan yang
pantas, tanpa dasar theologia.”[4]
Jadi kehidupan praktis seseorang menrefleksikan theologia
yang dipahaminya. Oleh karena itu, melihat gaya hidup merupakan langkah awal
untuk melakukan analisa pemikiran filosofisnya. Maka jika dalam sebuah
persekutuan memperlihatkan gaya hidup yang tidak sesuai dengan etika yang Tuhan
Yesus ajarkan, hal tersebut dapat diindikasikan ada ancaman spirit antikristus.
Memeriksa
Fenomena
Seorang penambang emas
setelah melihat ada bijih emas di daerah yang dilihatnya, maka ia akan
melakukan pemeriksaan terhadap daerah tersebut untuk mengetahui kuantitas emas
sebelum menilai kualitas emas.[5] Fenomena menyimpang yang
terlihat selanjutnya diperiksa. Memeriksa[6]
fenomena yang dimaksud adalah penelitian dengan seksama untuk mendapatkan
informasi dan data untuk menentukan keadaan. Cara pemeriksaan tersebut
dilakukan dengan memeriksa aspek moral dan sosial dan aspek doktrinal.
Memeriksa Moralitas Persekutuan
Moralitas adalah budi pekerti, sopan santun.[7]
Jadi moralitas berhubungan erat dengan kehidupan praktis. Dalam 1 Yohanes 2: 6
menyatakan bahwa barangsiapa ada di dalam Kristus ia wajib hidup sama seperti
Kristus telah hidup. Mengenai ayat tersebut James Montgomery Boice menyatakan:
”Panggilan itu adalah untuk berusaha meneladani Tuhan
Yesus Kristus dalam tingkah laku kita. Hidup sebagaimana Kristus hidup adalah
hidup bukan oleh aturan-aturan, tetapi oleh teladan. Hidup demikian adalah
mengikut Dia, menjadi murid-Nya. Murid seperti ini bersifat pribadi, aktif dan
menuntut pengorbanan.”[8]
Spirit antikristus memberikan pengaruh untuk menerapkan
etika moral yang ”hedonis” dan berpusat pada hal-hal duniawi. Yohanes menekankan setiap orang percaya harus
mengikuti teladan moral Tuhan Yesus. Mengetahui dan melakukan teladan moral
yang benar akan mudah melakukan pemeriksaan sebagai upaya memproteksi orang
percaya terhadap ancaman spirit antikristus dalam seorang pribadi atau persekutuan.
Memeriksa Kehidupan Sosial Persekutuan
Pemeriksaan aspek moral dan aspek sosial merupakan
pemeriksaan dari segi eksternal.[9] Dalam
1 Yohanes 2: 9-10 menyatakan: ”Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci
saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Barangsiapa mengasihi
saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada
penyesatan”.
Dalam kehidupan sosial spirit antikristus membuat manusia
menjadi eksklusif dan individualis. Tuhan Yesus mengajarkan prinsip kasih
kepada sesama. Senada dengan hal tersebut Francis Schaeffer menuliskan dampak
kasih dalam persekutuan, yaitu memulihkan hubungan dengan sesama, mengampuni
terlebih dahulu ketika orang lain masih bersalah, dan melakukan pengorbanan.[10] Jadi
untuk memproteksi orang percaya dari pengaruh spirit antikristus dengan
memeriksa aspek sosial. Pemeriksaan aspek sosial dengan memperbaiki prinsip
hidup bersama dalam persekutuan, yaitu mendasarkan kasih yang diajarkan oleh
Tuhan Yesus dalam persekutuan.
Memeriksa Pemahaman Doktrinal Persekutuan
Prinsip dasar iman Kristen
mengakui Yesus Kristus seratus persen Allah dan manusia. Spirit antikristus sangat
gencar memberikan pengajaran untuk menolak finalitas Kristus. Pada masa kini spirit
antikristus membuat konsep yang lebih halus dan sangat menjebak orang percaya.
Spirit antikristus membuat banyak orang yang hadir di gereja, tidak
mendengarkan khotbah, tetapi mendengarkan kata-kata motivasi dari seorang
motivator. Ajaran-ajaran yang disampaikan berpusat pada manusia
(antroposentris) dan tidak berpusat pada pribadi Tuhan Yesus. Menanggapi
keadaan tersebut Ramly B. Lumintang menyatakan keyakinan teologi Reformed yang
Kristosentris: ”…kredo Reformed kembali menegaskan bahwa keselamatan hanya di
dalam Yesus, final dan tidak ada yang lain. Inti berita Alkitab (PL dan PB)
atau sentralitas pemberitaan-Nya, pelayanan-Nya, karya-Nya dan penebusan-Nya”[11] Jadi
memiliki keyakinan yang benar mengenai finalitas Kristus dan karyanya akan
sangat menolong orang percaya untuk memproteksi iman dari pengaruh kepalsuan
doktrinal spirit antikristus.
Membedakan
Kebenaran dan Kesalahan
Dalam memproteksi iman orang
percaya terhadap dampak spirit antikristus dengan membedakan antara kebenaran
dan kesalahan. Hal ini sama dengan proses penambangan emas, setelah pemeriksaan
dilakukan pembedaan antara emas dengan logam lainya. Dalam melakukan pembedaan
emas dari logam dan kotoran lainya yang melekat tidak dapat hanya menggunakan
tangan, tetapi membutuhkan alat.[12] Tahapan ini juga diterapkan
oleh Hans Maris seorang Profesor dogmatika di Theological University of the
Christian Reformed Churches, Apeldoorn, Belanda, menyatakan: ”Yang penting
ialah mengenali mana yang benar dan mana yang sesat. Dan intinya yang hakiki
ialah Injil Yesus Kristus. Yang menjadi pokok ialah berita bahwa kita memiliki
segala-galanya hanya di dalam Dia saja”.[13]
Pengaruh spirit antikristus
sering sulit terdeteksi pada bagian internal. Spirit antikristus selalu
mengaburkan kebenaran menjadi abu-abu. Sehingga untuk dapat melakukan pembedaan
kebenaran dan kesalahan membutuhkan peranan Roh Kudus yang mengiluminasikan
Alkitab firman Allah kepada orang percaya untuk memimpin pada kebenaran
Kristus. Jadi tahap membedakan yang benar dan salah dalam memproteksi spirit
antikristus perlu dilakukan, karena pada tahap ini memasuki tahap menentukan
kebenaran doktrin dan etika.
Memurnikan
Pengajaran
Spirit antikristus tidak
membuang pemahaman tentang Yesus Kristus, namun memberikan pemahaman yang palsu
tentang Yesus Kristus. Oleh karena itu dibutuhkan proses pemurnian. Hal
tersebut sama dengan proses penambangan emas. Penambang akan memurnikan emas
dengan cara menggosokkan emas pada sebuah batu hitam, yang disebut dengan batu
ujian. Selanjutnya penambang emas tersebut akan melihat kadar emas dari logam
yang diuji.[14] Oleh karena itu dalam
prinsip ”ujilah roh” ada alat penguji untuk pemurnian pengajaran, yaitu Alkitab
dan orang percaya.
Menjadikan Alkitab Sebagai Tolak Ukur
Manifestasi
spirit antikristus memakai segala aspek kehidupan manusia sesuai dengan
zamannya dalam berbagai ragam bentuk, yaitu: dalam bentuk pengajaran, pribadi,
dan institusi. Prinsip ”ujilah roh” adalah prinsip yang bersumber dari Alkitab.
Dalam 2 Timotius 3: 16 menyatakan
Alkitab firman Allah.[15]
Prinsip itu ditegaskan dalam pengakuan iman Westminster bab I:
”Hakim tertinggi, yang olehnya semua perselisihan
pendapat, perihal agama mesti diputuskan, dan semua dekrit konsili-konsili,
pendapat pengarang-pengarang kuno, ajaran manusia, dan ucapan-ucapan roh
melalui orang-orang perseorangan harus diperiksa, dan yang keputusannya wajib
kita terima dengan patuh, tidak lain adalah Roh Kudus, yang bersabda dalam
Alkitab”[16]
Jadi
sangat jelas bahwa segala sumber pengajaran berpusat pada Alkitab. Menegaskan
hal tersebut Pdt. Stevri Indra Lumintang menyatakan:
”Alkitab adalah Firman Tuhan, oleh karena semua
tulisan Alkitab diinsipirasikan oleh Roh Kudus kepada penulisnya. Roh Kudus
membimbing para penulis, menulis apa yang Tuhan firmankan. Karena itu, Alkitab
tidak bersalah dalam naskah aslinya, sehingga Alkitab merupakan kebenaran Allah
yang final atau mutlak.”[17]
Jadi Alkitab ialah kebenaran
Allah yang final dan mutlak, sehingga Alkitab sungguh-sungguh ampuh menjadi
alat pengujian dalam berbagai aspek kehidupan manusia di segala zaman.
Menjadikan Orang Percaya Sebagai Alat Pemurnian
Pada tahap pemurnian
penambang emas akan menggosokan emas pada sebuah batu hitam, yang disebut
dengan batu ujian. Penambang emas tersebut akan melihat kadar emas dari logam
yang diuji. Dalam upaya proteksi terhadap spirit antikristus, Roh Kudus tetap
memakai orang percaya, Roh Kudus memberikan berbagai karunia khusus kepada
orang-orang percaya di dalam tubuh Kristus.[18]
Manifesatsi
akhir spirit antikristus akan datang dari persekutuan gereja, di dalam pribadi
yang berstatus Kristen. Berhubungan dengan spirit antikristus yang ada dalam
gereja, Warren W. Wiersbe menyatakan bahwa pekerjaan setan masa kini telah
menghadirkan orang Kristen palsu, injil palsu, penginjil palsu, kebenaran
palsu, jemaat palsu dan doktrin palsu.[19]
Jadi jika spirit antikristus memakai manusia untuk menyatakan serangannya, maka
Roh Kudus juga memakai umat pilihan Allah untuk menyatakan kebenaran-Nya. Jadi
para orang percaya terpanggil khusus untuk menjadi alat dalam upaya proteksi
terhadap ancaman spirit antikristus.
Menerapkan
Kebenaran
Dalam 1 Yohanes 5: 6
menyatakan ”… dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran”. Penambang
emas setelah memurnikan emas dari kotoran dan logam-logam yang lain, ia akan
mengambil emas tersebut untuk digunakan dalam pembuatan perhiasan.[20] Oleh karena itu proses
pemurnian tidak hanya sekedar membentuk formulasi kebenaran tetapi juga harus
menerapkan kebenaran. Mengenai hal tersebut seorang teolog Reformed, Billy
Kristanto menyatakan:
”…theology Reformed menyadari bahwa jika Allah
memberikan pengenalan pribadi, kehendak dan prinsip-Nya kepada gereja-Nya, itu
bukan hanya untuk kepentingan pribadi (reflektif) atau bertheologi itu sendiri
(korektif), tetapi juga suatu tujuan yang responsive atau transformatif,
membangun wawasan dunia Kristen. Gerakan Reformed terpanggil untuk mendemostrasikan
kekuatan theologinya dalam menentang dan mengubah arus perkembangan kebudayaan
yang semakin lama memisahkan manusia dari kebenaran Alkitab”.[21]
Spirit antikristus menyerang
berbagai aspek kehidupan manusia dengan mengajarkan kepalsuan. Untuk menghadapi
kepalsuan, dengan menerapkan kebenaran yang mencakup penerapan kebenaran
pemahaman Kristologi dan kehidupan moral dengan sosial yang bersentral pada
Alkitab. Kebenaran dapat diterapkan oleh karena Roh Kudus yang bekerja
menyatakan kebenaran melalui orang-orang pilihan-Nya.
Menerapkan Etika Kristen Dalam Kehidupan Moral
Prinsip ”ujilah roh” dalam 1 Yohanes 4: 1 yaitu
menerapkan prinsip etika yang alkitabiah. Spirit antikristus membuat manusia
menolak etika yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Spirit antikristus mengajarkan
etika yang bersifat amoral. Namun, pada masa kini spirit antikristus juga
berusaha menjebak orang percaya dengan kepalsuan, yaitu menerapkan etika yang
seolah-olah alkitabiah, tetapi disertai pemahaman legalisme,[22]
situasionisme[23] dan intuisionisme[24].
Mengenai hal tersebut W. Andrew Hoffecker menyatakan:
”Legalisme, situasionisme dan intuisionisme tidak
menghasilkan ketaatan alkitabiah karena masing-masing hanya menyajikan satu
aspek dari etika Alkitab yang holistis. Masing-masing memutlakkan suatu unsur
tunggal dengan mengorbankan unsur-unsur lain yang sama sahnya menurut wawasan
dunia alkitabiah. Namun, kita harus menemukan suatu cara mengkombinasikan
unsur-unsur sah dari tiap-tiap perspektif menjadi suatu pandangan menyatu yang
masuk akal. Dengan mempercayakan kesatuan kebenaran, orang-orang Kristen
berusaha untuk memberikan suatu perspektif etis yang seimbang yang di dalamnya
segala unsur menerima penekanan yang setara sesuai dengan Alkitab”[25]
Jadi penerapan etika yang tepat adalah dengan prinsip
keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud ialah memahami standar normatif,
memahami bagaimana menafsirkan standar normatif tersebut dalam sebuah situasi
tanpa mengurangi maknanya dan menerima serta menaati norma-norma Allah sebagai
yang mengikat bagi dirinya sendiri.[26]
Maka untuk mengetahui hadirnya spirit antikritus dalam seorang pribadi atau
sebuah kelompok ialah dengan melihat prinsip etisnya, kemudian untuk
memproteksi orang percaya dari spirit antikristus dengan cara menerapkan
prinsip etika yang alkitabiah.
Menerapkan Kasih Dalam Kehidupan Sosial
Dalam proses pengujian terhadap spirit antikristus dalam
seorang pribadi atau kelompok sangat perlu diterapkan prinsip kasih sebagai
landasan. Mengenai pentingnya kasih dalam proses pengujian R. C. Sproul menyatakan:
”Alkitab mengajarkan kasih dengan istilah yang lebih
aktif. Konsep kasih lebih berfungsi sebagai kata kerja dari pada kata benda.
Kasih merupakan suatu tugas, yaitu suatu tindakan yang harus kita nyatakan.
Allah memerintahkan kita untuk mengasihi sesama kita, mengasihi pasangan hidup
kita, dan bahkan mengasihi musuh kita. Di satu sisi kita harus menyatakan
perasaan kasih kita dan afeksi kita pada musuh; dan di sisi lain kita juga
harus bertindak dalam kasih kepada mereka”.[27]
Jadi kasih menjadi motif utama dalam proses pengujian.
Kasih bersumber dari kebenaran Alkitab firman Allah. Kasih tersebut bukanlah
kasih yang tersembunyi, tetapi berani menyatakan kesalahan dan memberikan
kebenaran yang seharusnya. Secara praktis kasih itu menuntut keaktifan, maka orang
percaya juga harus aktif dalam menyatakan yang benar. Pengujian tanpa
melibatkan kasih akan mengarah pada penghakiman. Jadi ketika diketahui bahwa
adanya spirit antikristus dalam pribadi atau sebuah persekutuan, dengan kasih
bukan hanya berani menyatakan kesalahan, namun membawa dan membimbing pribadi
atau persekutuan yang tersesat ke dalam kebenaran.
Menerapkan Pengakuan Iman
Pada Yesus Kristus
Prinsip dasar iman Kristen yaitu percaya bahwa Yesus
Kristus seratus persen Allah dan manusia dan Yesus Kristus satu-satunya
Juruselamat. Prinsip finalitas tersebut ditegaskan
dalam konsili Chalcedon pada tahun 451 M, yang menyatakan:
”… Kita mengaku dengan suara bulat bahwa Anak yang tunggal. Tuhan kita
Yesus Kristus, adalah Allah sempurna dan manusia sempurna, benar-benar Allah
dan benar-benar manusia. Ia sehakikat (homoousios)
dengan sang Bapa sebagai Allah, dan juga sehakikat (homoousios) dengan kita sebagai manusia.”[28]
Spirit antikristus membuat manusia tidak mempercayai dan
meragukan finalitas pribadi Yesus Kristus. Pada masa kini dalam konteks
Indonesia, hadirnya golongan Pluralisme yang menolak finalitas Kristus. Untuk
menjawab keberatan terhadap paham Pluralisme yang menolak finalitas Yesus
Kristus, Pdt. Stevri I. Lumintang memberikan tanggapan terhadap dua tokoh
Pluralis yang menolak finalitas Yesus Kristus, yaitu C.S. Song dan Ioanes
Rakhmat:
”Sebenarnya, kaum Pluralis seperti Song dan Rakhmatlah yang menyembah
yang sesungguhnya bukan Yesus, Karena tidak mengakui Ke-Allahan Yesus. Sikap
seperti ini, merupakan sikap anti-Kristus, dan sikap setan-setan, karena ingin
menjadi Allah bagi Yesus dengan meniadakan ke-Allahan Yesus”[29]
Jadi penolakan terhadap finalitas pribadi Yesus Kristus
sama saja dengan menolak karya Yesus sebagai juruselamat satu-satunya;
penolakan tersebut jelas sikap yang anti terhadap Kristus. Untuk orang-orang
yang menolak pribadi dan karya Yesus Kristus Yohanes Calvin menyatakan:
”Inilah tempatnya untuk menegur mereka yang tidak memiliki apa-apa dari
Kristus selain dari nama dan tanda-Nya, tetapi yang juga ingin dinamakan orang
Kristen. Bukan alang kepalang mereka membanggakan diri tanpa malu dalam
nama-Nya yang kudus. Sebab, yang bergaul dengan Kristus hanyalah mereka yang
telah menerima pengetahuan yang benar mengenai Dia dari firman Injil”.[30]
Jadi untuk
memproteksi orang percaya terhadap spirit antikristus pada masa kini, ialah
dengan menanamkan pengajaran yang benar tentang pribadi dan karya Yesus
Kristus. Dengan pemahaman yang benar tentang iman Kristen, maka orang percaya
dapat memproteksi iman mereka dari penyesatan spirit antikristus dan dapat
mengidentifikasi seorang pribadi atau kelompok yang terjebak oleh spirit
antikristus berdasarkan pemahaman yang diyakini pribadi atau kelompok tersebut
tentang finalitas pribadi dan karya Yesus Kristus.
Rangkuman
Prinsip
”ujilah roh” dalam 1 Yohanes 4: 1 adalah kebenaran yang alkitabiah untuk
memproteksi spirit antikristus. Dari prinsip ”ujilah roh” dalam 1 Yohanes 4: 1
telah memberikan rumusan sistem pengujian terhadap manifestasi dan dampak dari
spirit antikristus. Sistem pengujian prinsip ”ujilah roh” dalam 1 Yohanes 4: 1
merupakan sebuah prinsip yang sangat mampu memproteksi orang percaya terhadap
dampak spirit antikristus dalam banyak aspek. Korelasi antara prinsip ”ujilah
roh” dalam 1 Yohanes 4: 1 dan upaya proteksi bagi orang percaya, mencakup aspek
moral, sosial dan doktrinal. Sehingga prinsip ”ujilah roh” dalam 1 Yohanes 4:
1, sangat mampu untuk mengidentifikasi manifestasi spirit antikristus dan mematahkan
ancaman spirit antikristus sebagai upaya memproteksi orang percaya dari ancaman
spirit antikristus tersebut.
[1] Kata
melihat artinya menggunakan mata untuk mengetahui sesuatu, memperhatikan,
memandang, membuktikan, menilik, meramalkan, menengok, menjenguk dan menonton.
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Tim Media Press),
497
[6] Kata
memeriksa artinya melihat dengan seksama dan teliti untuk mengetahui keadaannya
(baik atau tidak, salah atau benar), menyelidiki untuk mengetahui sesuatu, mempelajari,
mencari pengetahuan. Mengusut perkara, mengorek keterangan dari saksi-saksi
yang mengetahui suatu peristiwa, mengontrol dan mengawasi. Tim Prima Pena, Kamus…, 603
[9] Kata
eksternal berasal dari kata eksterm yang artinya berkenaan dengan hal-hal di
luar, datang dari luart, berasal dari luar. Tim Prima Pena, Kamus Besar…, 243
[15] 2
Timotius 3: 16 ”Segala tulisan yang diilhamkan
Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”. (TB)
[17] Stevri
I. Lumintang, Theologia dan Missiologia
Reformed, (Batu: Depertemen Literatur PPII, 2006), 55
[22]
Legalisme hal mementingkan penerapan hukum secara harfiah. Henk Ten Napel, Kamus Teologi, (Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 2011), 193
[23]
Situasionisme adalah penerapan etika secara kontekstual yang mengutamakan cara
berpikir etis yang memperhitungkan konteks situasi dan kondisi. G. Sudarmanto, Menjadi Pelayan…, 230
[24]
Intuisionisme yaitu penerapan etika berdasarkan pengalaman dan perasaan pribadi
tanpa merujuk pada hukum-hukum Alkitab. W. Andrew Hoffecker, Membangun Wawasan Dunia Kristen Volume II,
(Surabaya: Momentum, 2008), 414
[26] Ibid.,
416
[1] 1Yohanes 2:18 ”Anak-anakku,
waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar,
seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus.
Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir”. 1Yohanes
2:22 ”Siapakah pendusta itu? Bukankah
dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus,
yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak”. 1Yohanes 4:3 ”dan setiap roh,
yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus
dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia
sudah ada di dalam dunia”. 2Yohanes
1:7 ”Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh
dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia.
Itu adalah si penyesat dan antikristus”. (TB)
[11] Jan S.
Aritonang, Belajar Memahami Sejarah Di
Tengah Realitas, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 192
[12] Sinclair B. Ferguson,
David f. Wright, dan J.I. Packer, New
Dictionary of
Theology Jilid I, (Malang: Literatur SAAT,
2008), 45
[15] Sabelianisme
menggangap Allah jumlahnya memang satu, tetapi ia menyatakan diri dengan tiga
cara yang berbeda, yaitu sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Trivena Ambarsari, Doktrin Kristus, (Surabaya: Momentum,
2009), 12
[16] Doketisme
menegaskan bahwa Yesus hanya kelihatannya saja seperti manusia. Sebenarnya Ia
tetap adalah Allah. Ia hanya memakai jubah manusia, dan tidak memiliki natur
manusia sedikit pun. Ibid., 12
[17] Appolinarianisme
mengajarkan bahwa ketika firman menjadi manusia, Yesus yang adalah Roh yang
mengambil tubuh manusia dan menempatinya selama di dunia ini. Ibid., 13
[18] Kristologi
Gnostikisme mengajarkan Allah adalah mahasuci sehingga Ia tidak mungkin
menciptakan dunia yang jahat dan bergaul dengan manusia yang jahat. Keilahian
itu memiliki jenjang atau tingkatan, demikian pula makhluk lainya. Sehingga
bagi kaum Gnostik, Yesus adalah sosok yang berada di atas manusia, namun berada
di bawah Allah. Ibid., 13
[19] Ebionisme
mengajarkan Yesus hanyalah manusia biasa, yang kemudian dipilih Allah untuk
menjadi Mesias, karena Ia melakukan Taurat setepat-tepatnya. Ibid., 13
[20] Menurut
kaum Nazarenes, Yesus bukan Allah Anak sebagai bagian dari Trinitas. Menurut
kaum Nazarenes, sebagai Anak Allah, Yesus memang mati, bangkit, dan naik ke
surga. Yesus dapat melakukan itu karena Allah Bapa membangkitkan Yesus. Harold Lolowang, Yesus Nazaret
Vs
Yesus Makam Talpiot (Yogyakarta:
ANDI, 2008), 85
[21] Arianisme
mengajarkan bahwa Yesus adalah makhluk ketiga, karena Ia bukan Allah, dan juga
bukan manusia. Ia memiliki awal, Ia adalah ciptaan yang sulung. Ambarsari, Doktrin Kristus…, 13
[22] Nestorianisme
mengajarkan tidak adanya persatuan antara natur keilahian dan kemanusiaan dalam
Kristus. Yesus memiliki dua natur dan dua pribadi, Yesus hanya menjadi rumah
kudus bagi Anak Allah. Ibid., 13-14
[23] Eutychianisme
mengajarkan bahwa Yesus hanya mempunyai satu natur, yaitu natur keilahian,
karena natur kemanusiaan-Nya sudah ditelan habis oleh natur keilahian-Nya. Ibid.,
14
[24] Marcionisme
menekankan pengajaran menolak PL karena Allah PL yang berdasarkan hukum tidak
dapat diperdamaikan dengan Allah PB yang kasih. Henk ten Napel, Kamus Teologi, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2010), 203
[25] Montanisme
suatu gerakan dari abad ke 2 M, gurunya bernama Montanus, ajarannya: 1) dunia
akan segera berakhir. 2) semua yang percaya harus meninggalkan dunia dan pergi
ke suatu tempat yang bernama Papuza. 3) askese yang keras: puasa, tidak kawin,
berani mati. R. Soedarmo, Kamus Istilah
Teologi, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2011), 57
[26] Pelagianisme
hadir pada abad ke 4, tokohnya Pelagius, ajarannya adalah manusia dilahirkan
tanpa dosa warisan, tanpa kencondongan untuk berbuat jahat dan manusia memiliki
kemampuan dalam diri mereka untuk mengikuti teladan Kristus. M. E. Manton, Kamus Istilah Teologi, (Malang: Gandum
Mas, 1995), 113
[28] ”Selama
akhir abad kelima, doktrin-doktrin dan praktik-praktik yang tidak alkitabiah
telah berakar secara mendalam di dalam Gereja, yakni: doa-doa untuk orang mati;
kepercayaan akan puragtorium (tempat api penyucian di mana jiwa-jiwa dimurnikan
setelah kematian dan sebelum mereka dapat memasuki surga); empat puluh hari
masa Lenten (masa puasa empat puluh hari dari Rabu Abu sampai hari Paskah);
pandangan bahwa perjamuan kudus Tuhan adalah suatu kurban, dan bahwa
orang-orang yang melaksanakannya haruslah para imam; pemisahan yang tajam di
antara anggota-anggota Gereja yang menjadi klerus (pejabat Gereja) dan kaum
awam (anggota-anggota Gereja biasa); venerasi (pemujaan) terhadap para martir
dan orang-orang suci, dan lebih daripada semuanya itu, ada pemujaan terhadap
Maria; penyalaan obor atau lilin untuk menghormati mereka; pemujaan terhadap
relikwi-relikwi (barang peninggalan) para martir dan orang-orang suci;
menganggap kekuatan magis dari relikwi-relikwi ini; gambar-gambar;
patung-patung, dan mezbah-mezbah di dalam Gereja; jubah-jubah yang indah bagi
para klerus; upacara agama yang semakin luas dan semakin megah; khotbah yang
semakin sedikit; penziarahaan ke tempat-tempat kudus; monatisisme (kehidupan
membiara); keduniawian/materialistis; penganiayaan terhadap orang kafir dan
bidat”. B.K.
Kuiper, The Church in History, (Malang:
Gandum Mas, 2010), 50
[34] Jansenisme
mengajarkan sistem ajaran yang menenkankan determinisme moral. Napel, Kamus Teologi…, 181
[35] Quitisme
mengajarkan sikap yang mengutamakan ketenangan dan melupakan keaktifan. Hidup
dekat dengan Allah adalah hidup yang tenang. Dunia dan goda-godaannya,
peristiwa-peristiwanya yang membingungkan, menyedihkan atau menimbulkan
kegembiran, tidak boleh mengganggu ketenangan hidup. Hal yang menyedihkan tidak
menjadi menangis, hal yang menggembirakan tidak menimbulkan gelak ketawa.
Quietisme sering terdapat dalam mistisisme yang mengganggap dunia rendah atau
bahkan sumber kejahatan. Soedarmo, Kamus
Istilah…, 78
[36] Quakerisme
merupakan salah-satu aliran Kristen yang menekankan cahaya batin dan menolak
sakramen dan pendeta-pendeta yang ditahbiskan serta melawan perang. Napel, Kamus Teologi,…, 260
[39] Erich
Unarto, Menyingkap Tabir Praktek-Praktek
Kuasa Kegelapan, (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil ”Kawanan Kecil”, 2004),
114
[40] Awalan
post dalam postmodernitas mempunyai arti. Pertama, putus hubungan dari
modernitas. Kedua sesudah atau kelanjutan dari modernitas. H. W. B. Sumakul, Postmodernitas, (Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia, 2012), 7
[42]Ramly B.
Lumintang, Bahaya Postmodernisme &
Peranan Kredo Reformed, (Batu: Departemen Literatur PPII, 2010), 365
[43] Joppie
Rattu, Sridadi Atiyanto dan Yunus Ciptawilangga, Benarkah Chip Sebagai penggenap 666?, (Bandung: Kalam Hidup,
2013), 25
[47] Bambang Noorsena, Telaah
Kristis Terhadap Injil Barnabas Asal-usul, Historisitas dan Isinya, (Yogyakarta:
Yayasan ANDI, 2009), 53-54
[56] Stephen
Ku, ”Roh Kebenaran Atau Roh Penyesat”
Warta Sejati, vol. 51, No. 3, April 2006,
(Jakarta: Departemen Literatur Gereja
Yesus Sejati, 2006), 13
[64] Istilah
inkarnasi dari bahasa Latin, ”in” artinya di dalam, dan ”caro” artinya daging. Napel,
Kamus Teologi…, 172
[67]
___________, Iman Katolik, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996),
434
[72] Jarot
Wijanarko menuliskan penyimpangan seks akibat terikat oleh ”roh” membuat orang
melakukan seks yang menyimpang (kebejatan seksual) seperti sodomi atau anal
seks (dengan dubur), seks sesama laki-laki (homo), seks sesama wanita (lesbi), seks
dengan binatang, incest (seks dengan anak atau orang tua), dan penganiayaan
sebelum melakukan hubungan seks. Jarot Wijanarko, Selingkuh dan Sex, (Jakarta:
Suara Pemulihan, 2007), 43
[73] Cybersex
adalah segala bentuk aktifitas sexual (dalam alam maya) yang menguasai /
mengontrol pikiran manusia dengan menggunakan teknologi komputerisasi
(internet). Gunaryo Sudarmanto, Menjadi
Pelayan Kristus Yang Baik, (Batu: Departemen Literatur YPPII, 2009), 30
[74] Charles
F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison, The
Wycliffe Bible
Commentary, (Malang: Gandum Mas, 2010), 1056