Oleh: Made Nopen Supriadi, S.Th
A.
Proses
Tersusunnya Perjanjian Lama
Istilah proses menunjuk pada tahapan,
itu artinya PL tidak langsung tersusun dalam waktu singkat. Wahyu Allah
bersifat progressif (bertahap) sehingga PL juga dinyatakan secara progressif.
Jadi secara garis besar proses tersusunnya PL dimulai dari penyataan Allah, penulisan,pembukuan dan pembakuan.
1.
Penyataan
Allah
Ulangan 29: 29 menyatakan ”Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN,
Allah kita, tetapi hal-hal yang
dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai
selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.”
Kata ’dinyatakan’ dalam American
Standar Version (ASV) ditulis ’revealed’
yang artinya diwahyukan, dibukakan,
disingkapkan. Jadi ada hal-hal yang tersembunyi dari Allah diketahui jika
Allah menyatakan hal-hal yang tersembunyi tersebut. Manusia memiliki
keterbatasan dalam pikiran (mind) untuk memahami siapa Allah. Karena
keterbatasan inilah maka butuh penyataan dari luar diri manusia. Alkitab
menyatakan bahwa manusia mengenal Allah karena Allah yang terlebuh dahulu
mengenalkan diri-Nya, maka manusia mendapat firman Tuhan karena Allah yang
memberikan-Nya. Penyataan Allah ialah Allah menyingkapkan, membuka firman-Nya
kepada orang-orang yang dipilih-Nya. Dalam buku Pengantar Perjanjian Lama 1 yang ditulis oleh W. S. Lasor, D. A.
Hubbard dan F. W. Bush menuliskan pengertian penyataan:
”Penyataan dapat
berarti perbuatan mengungkapkan atau membuka atau menyingkapkan. Istilah itu
dapat pula berarti apa yang diungkapkan atau dibukakan atau disingkapkan.
Seringkali ditekankan ialah pengertian yang aktif: penyataan terdapat dalam
komunikasi Allah dengan manusia melalui penglihatan yang diberikan-Nya dan
perbuatan yang dilakukan-Nya. menurut pandangan yang ditekankan dewasa ini,
penyataan juga didapati dalam peristiwa-peristiwa sejarah tertentu yang
dipandang sebagai karya Allah.”[1]
Dari
pengertian istilah penyaataan tersebut maka di dalam PL ada dua cara bagaimana
Allah menyatakan firman-Nya.
a.
Penyataan
umum
Dalam Mazmur 19: 2-5 menyatakan ”langit menceritakan kemuliaan Allah dan
cakrawal memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari menruskan berita itu kepada
hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam, tidak ada berita dan
tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke
seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi…”Allah menyatakan
firman-Nya secara umum kepada semua manusia melalui karya-Nya dalam penciptaan
Alam semesta, peristiwa sejarah dan hati nurani manusia.
b.
Penyataan
Khusus
Penyataan Khusus ialah Allah menyatakan
firman-Nya secara khusus kepada orang pilihan-Nya melalui pertemuan khusus ,
seperti: penglihatan dan perkataan langsung. Beberapa fakta tersebut dapat kita
lihat dalam Kejadian 12: 1 yang menunjukkan Allah memanggil Abraham dan
memberikan firman-Nya. Selanjutnya Keluaran 3: 1-2 menyatakan Allah menampakkan
diri-Nya kepada Musa, dalam wujud Malaikat di dalam nyala api untuk memberikan
firman-Nya.
Jadi penyataan Allah menunjukkan
bahwa karena Allah yang mengenalkan diri-Nya maka manusia mengenal Allah.
Karena Allah membuka firman-Nya maka manusia menerima firman Tuhan. Penyataan
Allah tidak sekaligus, namun bertahap (progress
revelation),oleh karena itu pada zaman ini ada dua sistem yang digunakan
untuk mendekati atau mempelajari Alkitab:
a.
Sistem
perbandingan agama dan kebudayaan. Sisitem menerapkan prinsip evolusi agama.
Sistem ini menyatakan bahwa PL dipelajari sama seperti mempelajari sastra yang
lain yang ditemukan seumuran dengan PL.
b.
Sistem
prinsip Sui ipsius interpretes /
Scriptura Scripturae interpres (Alkitab menafsirkan Alkitab)[2] yaitu sistem yang mempelajari firman Allah
dengan tidak mengabaikan sejarah, budaya dan latar belakang penulis Alkitab,
karena di dalam Alkitab ada keunikan tersendiri, salah satunya hanya di dalam
Alkitab terdapat konsep Allah mempertahankan komunikasi dengan umat-Nya.[3]
Hal tersebut terlihat dalam konteks penyataan keselamatan bagi umat manusia
dari kuasa dosa yang dinyatakan dalam Kejadian 3: 15 yang diterangkan dalam
Yohanes 3: 16.
Dari kedua sistem ini maka sistem
kedualah yang kita terima. Dasarnya, Alkitab adalah satu kesatuan sehingga
bagian-bagian Alkitab yang tidak kita mengerti memiliki jawaban di bagian
Alkitab yang lain.
2.
Penulisan
Dalam Keluaran 17: 14 menyatakan
”kemuadian berfirmanlah kepada TUHAN kepada Musa: ”Tuliskanlah semuanya ini
dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan,….” Kata ’tuliskanlah’ dalam bahasa
Inggris write yang menunjuk pada
menulis diatas alas. Penulisan Alkitab terjadi karena adanya pengilhaman
(inspirasi) dan dorongan Allah untuk menulis.
a.
Pengilhaman
Dalam 2 Timotius
3: 16 menyatakan ”segala tulisan yang
diilhamkan oleh Allah…” Kata ilham (insipirasi) adalah theopneustos yang secara harafiah berarti dihembuskan nafas Allah.[4]Dengan
nafas ilahi dan kuasa, Roh kudus menggerakkan para penulis (manusia) untuk menulis
apa yang Allah firmankan. Hal ini juga dituliskan oleh William
dan Stanley bahwa:
Allah membawa semua penulis Alkitab melalui berbagai
pengalaman, menyiapkan mereka sedemikian rupa sehingga Ia dapat memakai mereka
untuk menyatakan kebenaran dalam cara yang diinginkan-Nya. Dengan demikian, integritas para penulis sebagai kepribadian individual
benar-benar terpelihara melalui tindakan khusus dari inspirasi dan bimbingan
Roh kudus. Pada waktu yang sama, hasil tulisan mereka adalah jelas Firman
Allah. Roh kudus membisikkan pemikiran yang orisinil kedalam pikiran para
penulis (Am. 3:8). Kemudian Roh kudus menuntun mereka memilih kata-kata yang
tepat untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran itu (Kel. 4:12, 15); dan
akhirnya, Ia menerangi pikiran orang yang membaca kata-kata itu sedemikian rupa
sehingga pembaca dapat memahami kebenaran yang sama yang semula ada dalam
pikiran penulis (I Kor. 2:12; Ef. 1:17-18). Jadi, baik pikiran maupun bahasa
merupakan penyataan dan diilhamkan.[5]
Lebih
jauh lagi Millard J Erickson menuliskan: ”Pimpinan Roh Kudus pada para penulis,
sehingga meskipun penulisan dilakukan
sesuai dengan gaya dan kepribadian mereka, hasilnya adalah firman Allah
yang tertulis, yang berotoritas, patut dipercaya, dan bebas dari salah dalam
autobiografi yang asli. Erickson mengatakan bahwa inspirasi adalah pengaruh
adikodrati Roh Kudus atas para penulis kitab dalam Alkitab sehingga membuat
hasil karya mereka menjadi satu catatan yang akurat tentang penyataan atau yang
mengakibatkan karya mereka benar-benar merupakan firman Tuhan.[6]
Dengan demikian fakta ini
menunjukkan bahwa Alkitab PL benar-benar merupakan kebenaran oleh karena Allah
dalam Roh-Nya yang berperan utama dalam penulisan Alkitab.
b.
Perintah
Allah untuk menulis
Dalam Keluaran 17: 14 menyatakan
”kemuadian berfirmanlah kepada TUHAN kepada Musa: ”Tuliskanlah semuanya ini
dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan,….” W.S. Lasor, D. A. Hubbard, dan
F. W. Bush menuliskan mengenai proses penulisan Alkitab: ”menurut ajaran
Alkitab, Allah menyusun sejarah keselamatan sedemikian rupa sehingga rangkaian
peristiwa yang pada akhirnya akan menggenapi kehendak-Nya yang sempurna. Ia
menerangkan peristiwa-peristiwa ini melalui penyataan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya, ”oreang-orang yang didorong oleh Roh Kudus” (2Ptr. 1: 21). Ia
mengilhami hamba-hamba-Nya ini agar mereka menuliskan peristiwa-peristiwa
tersebut serta tafsirannya untuk diteruskan kepada generasi yang akan datang.
Selanjutnya, melalui Roh-Nya Ia memberi penerangan kepada manusia pada segala
zaman untuk mengakui otoritas tulisan-tulisan ini, menyakininya sebagai firman
Allah serta memberi respons dalam iman dan ketaatan.”[7]
Dari penjelasan tersebut ada 3 tujuan
Allah menyuruh orang pilihan-Nya menulis firman-Nya:
-
Supaya
manusia pada waktu tertentu dan tempat yang lain bisa juga membacanya
-
Karena
wahyu Allah adalah kekal tidak bersifat
sementara.
-
Supaya
inti berita dari wahyu Allah tetap sama dan tidak diubah oleh manusia yang
ingatannya lemah dan punya kecendrungan niat yang jahat.
3.
Pembukuan
PL
a.
Bahasa
PL
David L. Baker menuliskan sebagian besar
PL dikarang dalam bahasa Ibrani, sedangkan bahasa Aram digunakan dalam Ezra 4:
8-6; 7: 12-26; Yeremia 10: 11; dan Daniel 2: 4-7, 28. Kedua bahasa tersebut
digolongkan dalam rumpun bahasa ”Semit” disebut sesuai dengan nama Sem anak
Nuh, yang dianggap nenek moyang bangsa-bangsa Timur Tengah menurut Kejadian 10.[8]
b.
Bahan
tulis naskah PL
-
Batu
yang dilicinkan dan dituliskan dengan benda tajam (Kej. 32: 16)
-
Loh
kayu yaitu kayu yang ditulisi dengan tinta atau ditaburi lilin. (Yes. 30: 8;
Hab. 2: 2).
-
Loh
tanah liat yang ditulisi dengan tulisan paku.
-
Ostraka
yaitu kepingan-kepingan beling yang ditulis dengan tinta.
-
Papyrus
yaitu rumput yang tumbuh dirawa-rawa, tinggi 18-45 cm dipakai sekitar abad 20
BC.
-
Kulit
binatang yaitu kulit domba, kambing bahan tulisnya dari arang dan minyak yang dikeringkan.
-
Perkamen
yaitu kulit binatang licin dan memakai karbon yang dicampur dengan getah atau
minyak.
4.
Pembakuan
dan Penyalinan teks
Penyalinan
teks perlu dilakukan untuk menghindari kerusakan naskah asli, dari bahan yang
cepat rusak kepada bahan yang lebih baku. Naskah asli PL hampir tidak,
penyebabnya:
a.
Rusak
karena bahan yang tidak baku, waktu dan penjarahan.
b.
Kebiasaan
orang Yahudi menyimpan dalam guci, lalu ditaruh dalam tanah dan memasukkannya
ke dalam gua-gua.
Jadi darimanakah sumber naskah PL yang
ada saat ini? Naskah-naskah yang sekarang ada diperkirakan diambil dari
terjemahan oleh para masyoreth pada
abad ke 5 M. Pada tahun 1945 telah ditemukan naskah asli yang tersimpan di
sebuah guci dilaut mati oleh para gembala yang perkirakan ditulis pada tahun
200-100 BC/SM. Seorang tokoh bernama Rabi Abika (meninggal 135 M) seorang ahli
Alkitab bahasa Ibrani dia seorang penentang Kristen namun ia juga menulis
Alkitab PL Bahasa Ibrani yang dipakai hingga saat ini. PL pernah diterjemahkan
oleh kaum masora pada abad ke 3-2 BC. Mereka ada 70 orang secara pribadi
dan terpisah dan menghasilkan terjemahan yang sama yang kemudian disebut
terjemahan LXX (bc: septuaginta).
Selain itu ada terjemahan Yunani kuno lainnya oleh Aquila, Symmachus dan
Theodosius. Selanjutnya dalam perkembangan zaman pembakuan teks dan penyalinan
teks semakin baik dengan ditemukan mesin cetak dan pembuatan angka-angka untuk
memisahkan pasal-pasal dari Alkitab oleh Stephen Langton dari Cantebury (1226
M). Dan pada tahun 1551 Robert Estiene yaitu seorang pencetak menamai hampir
semua pasal-pasal Alkitab. Sekarang teks PL sudah bisa tersimpan di komputer
dan dapat diakses juga dari jaringan internet.
B.
Kanonisasi Perjanjian Lama
Istilah
”kanon” diambil dari kata rumpun Semit artinya adalah buluh, tongkat pengukur,
norma, hukum, batas, daftar dan indeks. Jadi jika ada sebutan kanon Alkitab
maka artinya daftar Alkitab. Istilah kanonisasi menunjuk pada proses
pengumpulan kitab-kitab Firman Allah. Adapun proses kanonisasi dapat dilihat
dalam Alkitab sendiri, yaitu di dalam Ulangan 4: 13, 12: 32; Yeremia 26: 2,
Amsal. 30: 6; Pengkhotbah 3: 14; II Petrus 3: 15- 16; Wahyu 22: 6- 8, 18 – 19. Bagaimana manusia dapat menentukkan
kitab-kitb yang masuk dalam kanon? Jawab: Alkitab firman Allah difirmankan oleh
Allah sehingga Roh Allah sendiri yang akan memimpin manusia kepada firman-Nya,
sehingga kanon bukan menjadikan
tulisan-tulisan ’agama’ firman Allah. Tetapi menegaskan kembali firman Allah
yang telah ada atau tertulis untuk menjadi dasar hidup beragama. Bagaimana
proses terjadinya kanon? Allah berkehendak agar setiap perbuatan dan firman-Nya
diabadikan oleh manusia, sehingga Ia menghendaki setiap penyataan Allah ditulis
dengan teliti atas pimpinan Roh Kudus.
Ada pun syarat-syarat kitab yang masuk
kanon:
1.
Berotoritas, artinya kitab
tersebut memiliki kuasa mengubah hati mnusia, memberi kekuatan, penghiburan dan
perlindungan (Kel. 24: 3-4, 8).
2.
Berwibawa, artinya kitab
itu harus ditati ucapannya, tulisannya (Ul. 31: 24-26).
3.
Dinamis, artinya kitab
tersebut dipakai terus-menerus, selalu relevan dari waktu ke waktu (Yos. 1: 8).
Dalam
sejarah pengelompokan kitab-kitab PL ada dua versi kanon, yaitu kanon Yunani
dan kanon Ibrani. Berikut pembagian Kanon tersebut:
Kanon Yunani
Kanon Ibrani
Kata Bible (Alkitab) dalam bahasa Inggris berasal dari kata
Yunani biblia, yang berarti ‘kitab-kitab.’ Orang-orang Kristen memandang
koleksi Kitab Suci mereka sebagai ‘Alkitab’ sejak Konsili Karthago menyusun
daftar terakhir dari kitab-kitab Perjanjian Baru pada tahun 397. Alkitab berisi
banyak macam tulisan. (Baca ‘Sastra Alkitab.’) Dalam bagian ini kami
akan memberikan garis besar kitab-kitab yang ada dalam Alkitab dalam setiap
bagian utama dari kesusastraan yang berhubungan dengan Alkitab. Orang Yahudi
mengatur Perjanjian Lama menjadi tiga bagian utama: lima Kitab Musa (Torah),
Nabi-nabi (Nebi’im), Tulisan-tulisan (Kethubim). Tetapi di
sini kita akan mengikuti bagian-bagian utama yang kita dapatkan dalam versi
Septuaginta Yunani.
[1]W.
S. Lasor, D. A. Hubbard dan F. W. Bush, Pengantar
Perjanjian Lama 1, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2005), 34
[2]Hasan
Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode
Penafsiran, (Malang: Literatur SAAT, 2001), 69
[3]
W. S. Lasor, D. A. Hubbard dan F. W. Bush, Pengantar….,
33
[4]William W. Menzies & Stanley M.
Horton,Doktrin Alkitab, (Malang:
Gandum Mas, 1998), 22
[5]Menzies & Stanley M. Horton, Doktrin..., 22
[6]
Millard J. Erickson, Teologi Kristen
Jilid I, (Malang: Gandum Mas, 2004),
317
[7]W.S.
Lasor, D. A. Hubbard, dan F. W. Bush, Pengantar….,
39
[8]
David L. Baker, Mengenal…., 15