Minggu, 04 September 2022
"Manusia Takut Akan Tuhan" (Pengkhotbah 3: 14-15)
Minggu, 14 Agustus 2022
KERJAKAN KESELAMATANMU (Filipi 2: 12-18; Efesus 2: 1-10)
Sebuah negara yang telah merdeka perlu mengisi kemerdekaan dengan membangun banyak aspek di dalam negara tersebut, membangun ekonomi, militer dan pertahanan, politik, pendidikan, teknologi, hukum negara dan banyak lagi. Jika suatu negara tidak membangun negaranya maka kemerdekaan yang telah didapatkan dapat terancam diambil oleh negara lain. Saat ini kita melihat ada banyak negara terlilit hutang sehingga kedaulatan negara menjadi kacau salah satunya Sri Langka. Negara yang mengalami tekanan militer setelah merdeka saat ini terhadi perang antara Rusia dan Ukarina. Dalam sejarah tanggal 5-10 Juni 1967 terjadi perang 6 hari antara Israel – Mesir, Yordania dan Suriah dan dimenangkan oleh Israel yang baru merdeka tahun 1948. Hal tersebut menunjukkan kemerdekaan adalah kesempatan untuk membangun dan mengisi sebuah negara dengan hal-hal yang berkualitas dan baik. Demikian juga dengan orang Kristen yang sudah merdeka. Apakah anda yakin sudah merdeka dari dosa? Jika sudah merdeka dari dosa apa yang perlu dilakukan? Maka melalui firman Tuhan ini ada 5 hal yang perlu dipahami oleh orang Kristen sejati setelah dimerdekan oleh Tuhan.
1. Allahlah yang
mengerjakan (ay. 13).
Kemauan dan pekerjaan yang baik
sejatinya adalah karena Allah yang bekerja. Roh Kudus memimpin manusia kepada
Kebenaran dan membimbing manusia menghasilkan buah roh (Gal. 5:22-23). Efesus
2:1-10 menunjukkan sebuah rangakaian penting dalam pekerjaan Allah yang
menghidupkan manusia yang telah mati karena dosa di dalam dan melalui Yesus
Kristus serta mandat melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Doktrin Anugerah ini dikenal dengan istilah ”sola gratia” hanya oleh anugerah kita diselamatkan. Ada perdebadaan
penting antara negara yang merdeka dan manusia yang dimerdekakan oleh Tuhan.
Negara yang merdeka perlu mengisi kemerdekaannya dengan membuat
kebijakan-kebijakan penting bagi negara. Tetapi manusia yang dimerdekakan
adalah manusia yang telah mati di dalam dosa dan rusak oleh dosa, sehingga
setelah manusia dimerdekakan oleh Tuhan, maka manusia tetap bersandar pada
anugerah Tuhan melalui pimpinan Roh Kudus manusia dapat mengisi kemederkaannya
dari dosa. Sebuah benda yang telah rusak dan kita perbaiki, maka benda tersebut
perlu selalu perawatan dari kita agar tetap dalam kondisi baik. Maka dengan
demikian hidup kita sebagai orang Kristen sejati, kita hidup karena
pemeliharaan Roh Kudus.
2. Melakukan
Segala Sesuatu Yang Baik (ay. 14).
"Segala sesuatu" menunjuk
kepada "segala yg dikehendaki Tuhan" (ay. 13). Hal ini dapat kita
pahami pada Filipi 2: 2-7 yang telah dijelaskan oleh rasul Paulus sebelumnya.
a.
Kesatuan
(Fil. 2:2-3)
Karena itu sempurnakanlah sukacitaku
dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu
tujuan.
b.
Mengutamakan Sesama (ay.3-4)
Dengan tidak
mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah
dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada
dirinya sendiri;
dan janganlah
tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan
orang lain juga.
c.
Menjadi Hamba (ay. 5-7)
Hendaklah kamu
dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam
Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa
Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Lakukan segala sesuatu dengan tidak
bersungut-sungut (complain) dan betbantah-bantah (question / argument). Hal-hal
yang baik dan benar tidak perlu dicomplain dan ditanyakan. Tinggal dilakukan.
Namun seringkali manusia berdosa mempertanyakan hal-hal yang baik. Tetapi
hal-hal yang salah berharap tidak ditanyakan. Adakah manusia yang siap
ditanyakan hal-hal buruknya? Melakukan segala sesuatu yang baik yang dari pada
Tuhan adalah prinsip orang Kristen yang telah dimerdekakan.
3. Hidup Beres
di Hadapan Tuhan (ay. 15)
Tidak bermain, tidak bernoda, tidak
Bercela dan tidak bengkok hati. Namun bercahaya seperti bintang yang menyinari
bumi. Hal ini menunjukkan kehidupan orang Kristen perlu beres di hadapan Tuhan.
Ada banyak hal yang bisa membuat orang Kristen hidup tidak beres, apakah karena
masalah moral, masalah harta dan masalah jabatan. Fenomena beberapa waktu ini
ada banyak orang yang statusnya Kristen mendapatkan jabatan-jabatan penting
dalam institusi pemerintahan namun apakah tidak mewasapadai ancaman moralitas,
harta dan tahta. Akibat fokus pada jabatan moral dikorbankan, akibat fokus pada
harta spiritualitas dikorbakan. Sehingga ini menjadi PR bersama bagi kita
semua, yaitu menjadi orang Kristen yang merdeka yaitu orang Kristen yang
berkata benar, karena hanya kebenaran yang memerdekan tetapi kebohongan
mengikat manusia pada penyesalan. Dengan demikian mengerjakan keselamatan
adalah membereskan hidup di hadapan Tuhan.
4. Berpegang
Pada Firman Kehidupan (Logon Zoes / the word of life) (ay. 16).
Mengerjakan keselamatan tidak bisa
terlepas dari pada berpegang pada Alkitab. Adalah doktrin penting Kristen yang
menjadi pillar pada masa reformasi gereja abad ke XVI yaitu "Sola
Scriptura" hanya Alkitab saja sebagai sumber pengajaran. Orang Kristen
bisa saja masih terjebak pada pengajaran-pengajaran di Luar Alkitab, bahkan
lebih menyukai sebuah pengajaran yang menyenangkan telinga, yaitu Injil yang
lain. Rasul Paulus menyatakan dalam surat Galatia celakalah orang yang
mengajarkan Injil yang lain, yaitu Injil yang tidak menambahkan atau mengurangi
tentang karya Kristus. Paul Washer mengatakan pemberitaan Injil yang benar itu
bisa menyakiti hati kita tetapi setelah itu memberikan kesembuhan. Pemberitaan
Injil yang benar memberikan dua dampak, Stephen Tong menyatakan ketika Injil diberitakan
maka ada kuasa menghakimi dan kuasa menyelamatkan. Siapa kita di hadapan Tuhan?
Kita adalah manusia berdosa bahkan kebaikkan kita adalah seperti kain kotor,
maka tidak ada di antara kita yang terluput dari penghakiman Injil namun
bersyukurlah jika kita merasakan penghakiman Injil dan kita mau bertobat dari
dosa-dosa yang kita sembunyikan maka disinilah anugerah dirasakan. Dengan
demikian mengerjakan keselamatan adalah membereskan hidup di hadapan Tuhan,
menjadikan hidup bercahaya bagi kegelapan dunia seperti bintang di malam hari.
5. Pengorbanan
(ay. 17)
Demi ibadah iman jemaat di Filipi Rasul
Paulus siap jika hal itu sampai mencurahkan darahnya, hal ini menunjukkan
pengorbanan Rasul Paulus demi persekutuan dan ibadah terwujud di jemaat Filipi.
Mengerjakan keselamatan adalah sebuah pengorbanan, Rasu Paulus menyatakan: ”celakalah
aku jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor. 9: 16). Rasul Paulus setelah
diselamatkan oleh Yesus Kristus dia mengerjakan keselamatan yaitu dengan setia
sampai akhir hidupnya memberitakan Injil. Bahkan ada banyak tantangan yang
dihadapi oleh rasul Paulus dalam memberitakan Injil, aniaya, penderitaan,
fitnah dan pengucilan serta penjara. Kemerdekaan yang Tuhan berikan bagi kita
adalah kemerdekaan yang didapatkan melalui pengorbanan Yesus Kristus. Apa yang
pantas kita korbankan bagi Tuhan? William Carey (1761-1834) mempersembahkan
hidupnya untuk menginjili India agar ada orang-orang beribadah kepada Tuhan.
I.L. Nomennsen (1834-1918) mempersembahkan hidupnya untuk menginjili suku
Batak. Lalu apa yang telah kita persembahakan bagi Tuhan? 26 Juni 2008 adalah
pengalaman nyata dalam kehidupan saya secara pribadi untuk mempersembahkan
hidup bagi Tuhan. Jika bukan karena Tuhan yang berkarya tidak mungkin saya
mempersembahkan hidup ini, saya manusia berdosa, saya manusia yang tak bernilai
dan saya manusia yang tidak layak. Selanjutnya ada kisah John Sung (1901-1944)
seorang Ph.D Kimia dari Ohio State Univesity 1926, setelah menyelesaikan
studinya justru menyerahkan hidup kepada Tuhan untuk menginjili bahkan ia
dikenal sebagai ”Obor Allah di Asia” dan pernah ke Indonesia. Dengan demikian
mengerjakan keselamatan adalah mengorbankan hidup bagi Tuhan.
Penutup
Tuhan
sudah bekerja menyelamatkan kita, maka sekarang kita bekerja bagi Tuhan.
Keselamatan dari Tuhan tidak menjadikan kita pasif, tetapi kita menjadi aktif
memahami kebenaran, menjadi aktif melakukan beragam pelayanan bagi Tuhan dan
sesama, menjadi aktif untuk hidup tidak Bercela, menjadi aktif untuk bersaksi
sebagai surat Kristus, menjadi aktif membangun wawasan dunia Kristen disegala
bidang pekerjaan. Efesus 2: 10
menyatakan bahwa karena kita ini adalah ciptaan baru di dalam Kristus dan telah
diselamatkan oleh anugerah untuk melakukan pekerjaan baik yang telah
dipersiapkan Allah sebelumnya. Orang
Kristenkah saya saat ini????
Made Nopen
Supriadi, Khotbah KU I & II GEKISIA Kota Bengkulu (14/08/2022).
Minggu, 15 Desember 2019
HIDUP BERSAMA: Sebuah Refleksi Terhadap Mazmur 133:1-3
Kesatuan dalam kebersamaan merupakan prinsip penting yang perlu dibuat dalam sebuah persekutuan. Kebersamaan tanpa perskeutuan maka kebersamaan tersebut adalah kebersamaan yang palsu. Kesatuan memang penting, namun untuk mewujudkannya tidaklah mudah, sejarah menunjukkan ada banyak ancaman dalam kesatuan Gereja, baik eksternal maupun internal. Oleh karena itu sangat penting membentuk sebuah kebersamaan dalam kesatuan, meskipun sulit namun setiap orang percaya setidaknya telah berusaha membangun kesatuan.
Oleh karena itu Gereja tidak cukup hanya membangun kesatuan, tetapi hendaknya mengikat kesatuan dengan kekudusan. Jika kesatuan Gereja tidak diikat dengan kekudusan, maka munculnya sebuah kondisi di mana dosa mengisi sebuah kesatuan Gereja atau pun sebuah persekutuan. Kasus demikian telah terjadi pada waktu Tuhan Yesus hadir di Bait Suci, Ia melihat banyak orang bersatu bersama-sama di Bait Suci untuk berjualan dan di dalamnya mereka melakukan sebuah kejahatan, sehingga Tuhan Yesus mengusir mereka. Kemudian para imam-imam di Bait Suci yang bersatu namun memikirkan hal yang berdosa, yaitu mereka memikirkan rencana untuk membunuh Yesus. Dengan demikian celakalah Gereja!, jika bersatu namun tanpa kekudusan, maka Gereja tersebut atau lembaga rohani apa pun hanya akan menjadi alat setan, untuk merusak kehidupan orang percaya. Maka Gereja sangat perlu membangun kesatuan dan juga kekudusan.
Penutup