Tampilkan postingan dengan label Bahan Khotbah Made Nopen Supriadi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahan Khotbah Made Nopen Supriadi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 04 September 2022

"Manusia Takut Akan Tuhan" (Pengkhotbah 3: 14-15)

Frasa takut akan Tuhan memiliki kaitan:
1. Imamat 19: 14 dikaitkan dengan sikap tidak diskriminasi terhadap orang yang disabilitas.
2. Imamat 19: 32 dikaitkan dengan menaruh hormat kepada orang yang ubanan.
3. Imamat 25: 17 dikaitkan dengan tidak merugikan satu sama lain.
4. Ulangan 6: 2 dikaitkan dengan mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan.
5. Ulangan 6: 13 dikaitkan dengan beribadah kepada Tuhan dan jika bersumpah hanya kepada Tuhan (lih. jg. Ul. 10: 20).
6. Ulangan 6: 24 dikaitkan dengan umat Israel dalam keadaan baik dan dibiarkan hidup oleh Tuhan.
7. Ulangan 8: 6 dikaitkan dengan menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.
8. Ulangan  10: 12 dikaitkan dengan permintaan dari Tuhan sendiri (lih. jg. 8: 6; 6: 2, 13).
9. Ulangan 13: 4 dikaitkan dengan berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus didengarkan, berbakti dan berpaut (lih. jg. Ul. 17: 19).
10. Ulangan 14: 23 dikaitkan dengan memakan persembahan persepuluhan.
11. Yunus 1: 9 dikaitkan dengan keberanian bertanggung jawab.
12. Kolose 3: 22 dikaitkan dengan ketundukan kepada tuan yang di dunia.
13. Yesaya 50: 10 dikaitkan dengan sikap mendengar suara hamba-Nya.
14. Amsal 31: 30 dikaitkan dengan istri yang dipuji-puji.
15. Amsal 23: 17 dikaitkan dengan larangan jangan iri hati kepada orang-orang yang berdosa.
16. Amasal 15: 33 dikaitkan dengan didikan yang mendatangkan hikmat.

Prinsip takut akan Tuhan:
Pertama, segala sesuatu yang dilakukan Allah tetap ada untuk selamanya (ay. 14). Hal ini menunjukkan tindakan-tindakan Allah yang tidak pernah dibatalkan dan tidak ada tindakan penganuliran atau membuat keputusan baru. Allah tidak plin-plan, apa yang telah diputuskan pasti dikerjakan Allah. Dalam kaitan dengan Doa Bapa Kami yaitu "jadilah kehendak-Mu di Bumi seperti di Sorga." Renungkan apa yang tetap ada untuk selamanya dalam kehidupan manusia? harta! jabatan! fisik! keluarga! yang tetap ada hanyalah roh manusia setelah mati dan tubuh kebangkitan yang diberikan pada masa konsumasi (penyempurnaan). Berbicara tentang segala sesuatu tetap ada ini menunjuk pada konsep kekekalan. Apa yang bernilai kekal? hanya Keselamatan di dalam dan melalui Yesus Kristus. Banyak manusia dan umat Kristen tidak hidup takut akan Tuhan dan meremehkan status sebagai orang percaya yang telah diselamatkan. Bahkan status sebagai orang yang telah diberikan sesuatu yang kekal yaitu anugerah keselamatan masih banyak menunjukkan kehidupan yang berani melawan Tuhan. Materi, jabatan dan fisik mansia tidak selamanya ada di dunia, tetapi hal-hal tersebut yang telah membuat manusia mengalami hidup dalam ketakutan. Terkadang ada manusia lebih takut tidak punya uang dari pada takut akan Tuhan sehingga tidak takut melakukan kejahatan demi uang. Ada manusia yang lebih takut tidak punya jabatan dari pda takut akan Tuhan, sehingga tidak takut melakukan berbagai kecurangan untuk mendapatkan sebauh jabatan. Ada manusia yang lebih takut fisiknya melemah dari pada takut akan Tuhan, sehingga waktu sakit tidak takut untuk halalkan segala cara untuk sembuh, sekalipun melalui cara-cara yang tidak dikenan Tuhan. Segala sesuatu yang tetap ada tersebut menunjuk kepada segala karya yang telah dirancang Allah dalam kekekalan. Lihatlah bumi dan alam semesta ini adalah karya Penciptaan Allah dari sebelum kita ada. Lalu adalah kita menjadi manusia yang takut akan Tuhan ketika melihat karya ciptaan Tuhan?. Lihatlah karya Allah yang memelihara dan merawat segala yang diciptakan-Nya hingga saat ini dengan tujuan dan hikmat dari Allah. Dunia yang masih nyaman untuk kita tinggal, meskipun saat ini masih ada peperangan, bencana alam, pembunuhan dan kemiskinan. Dengan keberadaan kita yang cukup ini apakah telah membuat kita menjadi manusia yang takut akan Tuhan?
Pada tahun 1500 M seorang Pelukis bernama Leonardo da Vinci membuat sebuah lukisan untuk Raja Louis XII dari Perancis atau untuk istrinya yaitu Anne Brittany. Lukisan yang dibuat dinamakan "Salvator Mundi" yang artinya "Juru Selamat Dunia". Lukisan itu menggambarkan tentang gambaran Yesus Kristus yang menanatap ke depan dengan memegang sebuah Kristal. Tahun 2017 Seorang pangeran Kerajaan Arab Saudi membeli lukisan tersebut dengan harga 450.3 juta dolar AS atau setara dengan 6,4 Triliun Rupiah. Namun lukisan tersebut terancam rusak karena diletakkan di kapal Pesiar Mewah (superyacht). Hal tersebut menunjukkan untuk barang yang tidak kekal ada orang berani keluarkan uang sedemikian banyak. Kira-kira heran tidak lihat fakta itu? Pada 07 April 2022 27 negara Uni Eropa menyetujui memberikan bantuan kepada Ukraina sebesar 500 juta Euro atau sama dengan 7,4 Triliun selanjutnya Rusia juga meminta bantuan untuk makanan selama perang. Coba pikirkan, manusia untuk hal-hal yang merugikan yaitu perang saja berani banyak keluar uang. Di Bengkulu ada sebuah STT yang membentuk hamba Tuhan, apa yang dikerjakan bernilai kekal yaitu melahirkan para hamba Tuhan yang setia memberitakan Injil. Bersykur Tuhan masih memelihara lembaga ini untuk membentuk generasi muda menjadi hamba Tuhan, namanya dibentuk pasti ada yang terbentuk ada juga yang gagal. 
Dengan demikian hendaknya sebagai manusia menjadi takut akan Tuhan karena masih melihat Tuhan berkarya memelihara dunia hari ini. Takut akan Tuhan karena telah melihat Tuhan berkarya di dalam Alkitab yaitu mencipta, memelihara, menebus dan memuliakan ciptaan-Nya yaitu manusia.

Kedua, segala sesuatu tidak dapat ditambah dan tidak dapat dikurangi (ay. 14). Frasa ini menunjuk kepada hikmat Tuhan. Dalam Ualngan 4: 2 menunjuk kepada perintah Tuhan agar tidak ditambahkan dan dikurangi. Hal tersebut ditegaskan oleh Yesus dalam Matius 5: 18 bahwa satu iota dari Hukum Taurat tidak akan ditiadakan selama langit dan bumi masih ada. Wahyu 22: 18-19 menyatakan dengan tegas bahwa tidak diijinkan menambahkan dan mengurangi makna dari Firman Tuhan. Orang Kristen sudah pegang Alkitab, tetapi apakah orang Kristen sudah hidup takut akan Tuhan? yang juga ditunjukkan dengan hidup taat kepada firman Tuhan. Firman Tuhan telah final pada tahun 397 di Khartago telah ditegaskan bahwa 66 Kitab, 39 Kitab Perjanjian Lama dan 27 Kitab Perjanjian Baru adalah firman Tuhan. Maka segala cerita di luar dari Alkitab yang berbeda prinsip ajaran tidak dapat diterima. Lalu selanjutnya apa sesuatu dalam kehidupan kita yang tidak dapat ditambahkan dan dikurangi? umur. Manusia tidak bisa menambah dan mengurangi umur, manusia hanya menjalani umur yang diberikan. Oleh karena itu jika kita masih hidup saat ini karena kita masih ditambahkan usia oleh Tuhan. Tetapi apakah hal ini membawa kita menjadi takut akan Tuhan? Mari renungkan, harta dapat ditambah dan dikurangi? ya! Jabatan dapat bertambah naik dan turun / berkurang? ya! Fisik dapat bertamah tua dan lemah? ya! Tetapi umur siapa yang berhak tambahkan?. Manusia suka dengan hal yang ditambah, tambahkan. Tetapi sangat sedih jika terjadi dikurang-kurangi. Di Belanda pada tahun 2018 ada alat yang dipamerkan bernama sarco alat ini dirancang oleh aktivis euthanasia yaitu Philip Nitschke dan Alexander Bannick. cara kerja sarco yaitu seorang masuk ke dalam tabung dan menekan sebuah tobol yang akan mengeluarkan nitrogen yang sedikit membuat pusing dan setelah itu tidak sadarkan diri dan meninggal. tadi kita lihat fakta ada manusia yang suka dengan tambah dan tambah namun terjadi ada fakta manusia tidak mau ditambah umurnya, Korea Selatan adalah negara nomor 4 dengan tingkat bunuh diri yang tinggi. Bersykur dari lima negara Indonesia tidak ada. Itu artinya orang Indonesia suka dengan umur yang bertambah dan menghargai kehidupan. Roma 11: 31-33 menyatakan oh alangkah dalam hikmat dan pengetahun Allah sungguh tak terselami dan terselidiki jalan-jalan-Nya dan rancangan-Nya. Dengan demikian segala sesuatu tidak ada yang berubah di hadapan Tuhan. Jika manusia tidak dapat tambah umur dan kurangi umur maka manusia harus hidup takut akan Tuhan.

Ketiga, Yang sekarang ada dan yang akan datang dahulu sudah ada (ay. 15). Hal ini terkait tentang prinsip yang telah Tuhan berikan di alam semesta dan kehidupan manusia. Secara prinsip tidak ada yang baru bagi manusia, namun secara bentuk segala sesuatu dapat mengalami perubahan. Pada titik ini sejatinya memberikan dua arah besar yang saling mengisi antara agama dan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan hanya menyingkapkan misteri dari alam semesta. Namun seorang Pendeta mengajarkan tentang pencipta dari alam semesta. Isacc Newton (25/12/1642 - 31/03/1727) seorang ilmuwan yang menyingkapkan tentang hukum gravitasi telah memberikan perubahan bentuk bagi ilmu pengetahuan. Apakah gravitasi pada zaman Perjanjian Lama dan masa Newton serta masa kini berubah? secara prinsip gravitasi tetap sama namun gravitasi memiliki bentuk yang berbeda berdasarkan bobotnya. Selanjutnya pada zaman Raja Salomo apakah teknologi sudah ada? sudah! tetapi teknologi yang ada tidak sama bentuknya dengan masa kini. Teknologi pada prinsipnya adalah alat untuk mempermudah pekerjaan manusia, meskipun prinsip tidak berubah namun secara bentuk teknologi telah banyak mengalami perubahan. Pada konteks peperangan secara prinsip tetap sama, namun seiring perkembangan teknologi secara bentuk mengalami banyak perubahan. Tuhan telah menyediakan begitu banyak hal yang masih tersembunyi (hidden) di alam semesta, oleh karena itu jika pengetahuan terus berkembang karena Allah yang memberikan hikmat kepada manusia untuk mengungkapkan konsep-konsep hukum yang telah disediakan oleh Tuhan.

Keempat, Allah mencari yang sudah lalu (ay. 15). Hal tersebut menunjuk bahwa masa lalu tidak dilupakan oleh Tuhan. Allah tetap akan menghakimi masa lalu manusia. Allah mencari yang sudah lalu juga menunjukkan Allah kembali mengulangi karyanya kepada manusia. Allah mencari yang sudah lalu juga menunjukkan tentang Allah meminta pertanggungjawaban manusia atas yang telah dilakukan. Hal tersebut menunjukkan ketika manusia telah hidup dimasa yang baru maka hiduplah takut akan Tuhan. Karena tidak ada kesalahan-kesalahan di masa lalu yang dapat dirubah. Kesalahan manusia dimasa lalu telah terjadi dan masa kini tinggal menanti pertanggungjawabannya. Oleh karena itu hidup takut akan Tuhan memiliki pengaruh penting agar tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan dimasa lalu. Maka adalah sebuah sukcaita dan bahagia ketika Tuhan menyelamatkan hidup kita yang telah mengalami masa lalu yang memahitkan hati. Jika kita diselamatkan dan kita menyadari masa lalu kita begitu kelam maka tidak ada alasan lain hanya sikap takut akan Tuhan yang dinyatakan dengan memuliakan Tuhan itulah puncak ucapan syukur manusia.

Penutup
Pengkhotbah mengajarkan prinsip takut akan Tuhan yang berpusat pada karya Allah. Mazmur 34: 10 menyatakan "Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia." 

Made Nopen Supriadi, M.Th
Khotbah Minggu, GEKISIA Kota Bengkulu, 04/09/2022


Minggu, 14 Agustus 2022

KERJAKAN KESELAMATANMU (Filipi 2: 12-18; Efesus 2: 1-10)


        Sebuah negara yang telah merdeka perlu mengisi kemerdekaan dengan membangun banyak aspek di dalam negara tersebut, membangun ekonomi, militer dan pertahanan, politik, pendidikan, teknologi, hukum negara dan banyak lagi. Jika suatu negara tidak membangun negaranya maka kemerdekaan yang telah didapatkan dapat terancam diambil oleh negara lain. Saat ini kita melihat ada banyak negara terlilit hutang sehingga kedaulatan negara menjadi kacau salah satunya Sri Langka. Negara yang mengalami tekanan militer setelah merdeka saat ini terhadi perang antara Rusia dan Ukarina. Dalam sejarah tanggal 5-10 Juni 1967 terjadi perang 6 hari antara Israel – Mesir, Yordania dan Suriah dan dimenangkan oleh Israel yang baru merdeka tahun 1948. Hal tersebut menunjukkan kemerdekaan adalah kesempatan untuk membangun dan mengisi sebuah negara dengan hal-hal yang berkualitas dan baik. Demikian juga dengan orang Kristen yang sudah merdeka. Apakah anda yakin sudah merdeka dari dosa? Jika sudah merdeka dari dosa apa yang perlu dilakukan? Maka melalui firman Tuhan ini ada 5 hal yang perlu dipahami oleh orang Kristen sejati setelah dimerdekan oleh Tuhan.

 

1. Allahlah yang mengerjakan (ay. 13).

Kemauan dan pekerjaan yang baik sejatinya adalah karena Allah yang bekerja. Roh Kudus memimpin manusia kepada Kebenaran dan membimbing manusia menghasilkan buah roh (Gal. 5:22-23). Efesus 2:1-10 menunjukkan sebuah rangakaian penting dalam pekerjaan Allah yang menghidupkan manusia yang telah mati karena dosa di dalam dan melalui Yesus Kristus serta mandat melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Doktrin Anugerah ini dikenal dengan istilah ”sola gratia” hanya oleh anugerah kita diselamatkan. Ada perdebadaan penting antara negara yang merdeka dan manusia yang dimerdekakan oleh Tuhan. Negara yang merdeka perlu mengisi kemerdekaannya dengan membuat kebijakan-kebijakan penting bagi negara. Tetapi manusia yang dimerdekakan adalah manusia yang telah mati di dalam dosa dan rusak oleh dosa, sehingga setelah manusia dimerdekakan oleh Tuhan, maka manusia tetap bersandar pada anugerah Tuhan melalui pimpinan Roh Kudus manusia dapat mengisi kemederkaannya dari dosa. Sebuah benda yang telah rusak dan kita perbaiki, maka benda tersebut perlu selalu perawatan dari kita agar tetap dalam kondisi baik. Maka dengan demikian hidup kita sebagai orang Kristen sejati, kita hidup karena pemeliharaan Roh Kudus.

 

2. Melakukan Segala Sesuatu Yang Baik (ay. 14).

"Segala sesuatu" menunjuk kepada "segala yg dikehendaki Tuhan" (ay. 13). Hal ini dapat kita pahami pada Filipi 2: 2-7 yang telah dijelaskan oleh rasul Paulus sebelumnya.

a.         Kesatuan (Fil. 2:2-3)

Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan.

b.    Mengutamakan Sesama (ay.3-4)

Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;

dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

c.    Menjadi Hamba (ay. 5-7)

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Lakukan segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut (complain) dan betbantah-bantah (question / argument). Hal-hal yang baik dan benar tidak perlu dicomplain dan ditanyakan. Tinggal dilakukan. Namun seringkali manusia berdosa mempertanyakan hal-hal yang baik. Tetapi hal-hal yang salah berharap tidak ditanyakan. Adakah manusia yang siap ditanyakan hal-hal buruknya? Melakukan segala sesuatu yang baik yang dari pada Tuhan adalah prinsip orang Kristen yang telah dimerdekakan.

 

3. Hidup Beres di Hadapan Tuhan (ay. 15)

Tidak bermain, tidak bernoda, tidak Bercela dan tidak bengkok hati. Namun bercahaya seperti bintang yang menyinari bumi. Hal ini menunjukkan kehidupan orang Kristen perlu beres di hadapan Tuhan. Ada banyak hal yang bisa membuat orang Kristen hidup tidak beres, apakah karena masalah moral, masalah harta dan masalah jabatan. Fenomena beberapa waktu ini ada banyak orang yang statusnya Kristen mendapatkan jabatan-jabatan penting dalam institusi pemerintahan namun apakah tidak mewasapadai ancaman moralitas, harta dan tahta. Akibat fokus pada jabatan moral dikorbankan, akibat fokus pada harta spiritualitas dikorbakan. Sehingga ini menjadi PR bersama bagi kita semua, yaitu menjadi orang Kristen yang merdeka yaitu orang Kristen yang berkata benar, karena hanya kebenaran yang memerdekan tetapi kebohongan mengikat manusia pada penyesalan. Dengan demikian mengerjakan keselamatan adalah membereskan hidup di hadapan Tuhan.

 

4. Berpegang Pada Firman Kehidupan (Logon Zoes / the word of life) (ay. 16).

Mengerjakan keselamatan tidak bisa terlepas dari pada berpegang pada Alkitab. Adalah doktrin penting Kristen yang menjadi pillar pada masa reformasi gereja abad ke XVI yaitu "Sola Scriptura" hanya Alkitab saja sebagai sumber pengajaran. Orang Kristen bisa saja masih terjebak pada pengajaran-pengajaran di Luar Alkitab, bahkan lebih menyukai sebuah pengajaran yang menyenangkan telinga, yaitu Injil yang lain. Rasul Paulus menyatakan dalam surat Galatia celakalah orang yang mengajarkan Injil yang lain, yaitu Injil yang tidak menambahkan atau mengurangi tentang karya Kristus. Paul Washer mengatakan pemberitaan Injil yang benar itu bisa menyakiti hati kita tetapi setelah itu memberikan kesembuhan. Pemberitaan Injil yang benar memberikan dua dampak, Stephen Tong menyatakan ketika Injil diberitakan maka ada kuasa menghakimi dan kuasa menyelamatkan. Siapa kita di hadapan Tuhan? Kita adalah manusia berdosa bahkan kebaikkan kita adalah seperti kain kotor, maka tidak ada di antara kita yang terluput dari penghakiman Injil namun bersyukurlah jika kita merasakan penghakiman Injil dan kita mau bertobat dari dosa-dosa yang kita sembunyikan maka disinilah anugerah dirasakan. Dengan demikian mengerjakan keselamatan adalah membereskan hidup di hadapan Tuhan, menjadikan hidup bercahaya bagi kegelapan dunia seperti bintang di malam hari.

 

5. Pengorbanan (ay. 17)

Demi ibadah iman jemaat di Filipi Rasul Paulus siap jika hal itu sampai mencurahkan darahnya, hal ini menunjukkan pengorbanan Rasul Paulus demi persekutuan dan ibadah terwujud di jemaat Filipi. Mengerjakan keselamatan adalah sebuah pengorbanan, Rasu Paulus menyatakan: ”celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor. 9: 16). Rasul Paulus setelah diselamatkan oleh Yesus Kristus dia mengerjakan keselamatan yaitu dengan setia sampai akhir hidupnya memberitakan Injil. Bahkan ada banyak tantangan yang dihadapi oleh rasul Paulus dalam memberitakan Injil, aniaya, penderitaan, fitnah dan pengucilan serta penjara. Kemerdekaan yang Tuhan berikan bagi kita adalah kemerdekaan yang didapatkan melalui pengorbanan Yesus Kristus. Apa yang pantas kita korbankan bagi Tuhan? William Carey (1761-1834) mempersembahkan hidupnya untuk menginjili India agar ada orang-orang beribadah kepada Tuhan. I.L. Nomennsen (1834-1918) mempersembahkan hidupnya untuk menginjili suku Batak. Lalu apa yang telah kita persembahakan bagi Tuhan? 26 Juni 2008 adalah pengalaman nyata dalam kehidupan saya secara pribadi untuk mempersembahkan hidup bagi Tuhan. Jika bukan karena Tuhan yang berkarya tidak mungkin saya mempersembahkan hidup ini, saya manusia berdosa, saya manusia yang tak bernilai dan saya manusia yang tidak layak. Selanjutnya ada kisah John Sung (1901-1944) seorang Ph.D Kimia dari Ohio State Univesity 1926, setelah menyelesaikan studinya justru menyerahkan hidup kepada Tuhan untuk menginjili bahkan ia dikenal sebagai ”Obor Allah di Asia” dan pernah ke Indonesia. Dengan demikian mengerjakan keselamatan adalah mengorbankan hidup bagi Tuhan.

 

Penutup

Tuhan sudah bekerja menyelamatkan kita, maka sekarang kita bekerja bagi Tuhan. Keselamatan dari Tuhan tidak menjadikan kita pasif, tetapi kita menjadi aktif memahami kebenaran, menjadi aktif melakukan beragam pelayanan bagi Tuhan dan sesama, menjadi aktif untuk hidup tidak Bercela, menjadi aktif untuk bersaksi sebagai surat Kristus, menjadi aktif membangun wawasan dunia Kristen disegala bidang pekerjaan.  Efesus 2: 10 menyatakan bahwa karena kita ini adalah ciptaan baru di dalam Kristus dan telah diselamatkan oleh anugerah untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya. Orang Kristenkah saya saat ini????

Made Nopen Supriadi, Khotbah KU I & II GEKISIA Kota Bengkulu (14/08/2022).

Minggu, 15 Desember 2019

HIDUP BERSAMA: Sebuah Refleksi Terhadap Mazmur 133:1-3

Oleh: Made Nopen Supriadi
       Mazmur 133:1-3 adalah salah-satu Mazmur Ziarah. Mazmur ziarah merupakan tulisan yang menunjukkan keriduan Pemazmur berjalan menuju tempat yang kudus. Dalam Kitab Mazmur ada 15 Mazmur Ziarah, yaitu Mazmur 120-134. Dalam Mazmur Ziarah ada beberapa latar belakang yang perlu kita tahu, yaitu:

     1.      Ziarah menunjuk kepada kerinduan Daud kembali ke Yerusalem pada waktu dia keluar dari Yerusalem karena dikejar-kejar musuh. 
      2.      Ziarah menunjuk pada Salomo yang merindukan anak-anaknya datang kepada Tuhan.
      3.      Ziarah yang menunjuk umat Israel datang ke rumah Tuhan.

         Mazmur 133 menunjuk kepada latar belakang yang ke tiga. Jadi Daud menggubah Mazmur ini untuk mengingatkan umat Israel yang datang ke rumah Tuhan bersama-sama. Dalam terjemahan NIV istilah 'diam bersama' dituliskan dengan 'live together' yang artinya 'hidup bersama'. Maka istilah 'Hidup Bersama' dalam pembahasan ini menunjuk kepada kebersamaan manusia datang ke rumah Tuhan dan berada bersama di rumah Tuhan. Oleh karena itu melalui firman Tuhan ini kita akan belajar apa yang ditekankan dalam Pemazmur, ketika manusia 'hidup bersama'?.

      1.      Kebersamaan dalam Persatuan (ay. 1)11
         Istilah ‘diam bersama dengan rukun’ (NIV: Brothers live together in unity). Memiliki arti saudara-saudara hidup bersama dalam kesatuan. Jadi kebersamaan datang ke rumah Tuhan, juga diwarnai dengan rasa kesatuan. Konteks Alkitab menunjukkan bahwa Umat Israel memiliki 12 suku, Daud mengharapkan mereka tetap memiliki kesatuan dalam kebersamaan mereka datang ke Bait Suci. Lalu saat datang ke Bait Suci bukan hanya ada orang Israel, tetapi bangsa luar juga hadir, sehingga persatuan dalam kebersamaan datang ke rumah Tuhan, tidak hanya kepada pada orang-orang satu Kerajaan, tetapi juga dari luar kerajaan.
       Tuhan Yesus juga mengajarkan para Murid agar membangun sikap positif dan baik kepada orang-orang di luar Suku Isarel. Kisah Yesus dan perempuan Samaria menunjukkan bagaimana Yesus memberikan sebuah prinsip bahwa kebersamaan dalam Kebersamaan menembus batas-batas tradisi, suku dan bangsa. Dalam membangun kesatuan ada banyak problematika yang dihadapi, salah satunya adalah megalomania, hal ini merupakan sebuah kondisi dimana manusia merasa lebih besar dari yang lainnya. Tuhan Yesus pernah menghadapi masalah ini saat bersama dengan para Murid, ketika Yohanes dan Yakobus 'berambisi' untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus (Mat. 20:20-28). Namun Tuhan Yesus mengatasi pemahaman tersebut dengan memberikan prinsip jika ingin menjadi yang terutama maka menjadi hamba bagi semuanya.
         Kesatuan dalam kebersamaan merupakan prinsip penting yang perlu dibuat dalam sebuah persekutuan. Kebersamaan tanpa perskeutuan maka kebersamaan tersebut adalah kebersamaan yang palsu. Kesatuan memang penting, namun untuk mewujudkannya tidaklah mudah, sejarah menunjukkan ada banyak ancaman dalam kesatuan Gereja, baik eksternal maupun internal. Oleh karena itu sangat penting membentuk sebuah kebersamaan dalam kesatuan, meskipun sulit namun setiap orang percaya setidaknya telah berusaha membangun kesatuan.

      2.      Kebersamaan dan Kekudusan (ay. 2)
          Minyak yang baik yang meleleh dari janggut ke jubah Harun menunjukkan minyak yang baik tersebut berfungsi sebagai pengurapan untuk Harun. Dalam Keluaran 30:30 menyatakan bahwa Harun dan anak-anaknya diangkat menjadi Imam bagi umat Israel dan sebelum memegang jabatan imam maka Harun dan anak-anaknya diurapi dengan minyak urapan kudus. Hal tersebut menunjukkan pengudusan dalam pentahbisan Harun. Demikian juga Kebersamaan yang dituliskan Daud bukan hanya Kebersamaan yang memiliki kesatuan, tetapi Kebersamaan yang juga memiliki kekudusan.
       Ada kelompok teroris mereka bersekutu dan bersatu tetapi bersama-sama untuk melakukan aksi terorisme, apakah demikian juga dalam kehidupan keKristenan di Gereja?. Karena itu yang membedakan Gereja dengan dunia adalah adanya nilai kekudusan dalam sebuah Kebersamaan yang bersatu. Calvin menuliskan: "Jika Allah menerapkan standar kekudusan-Nya maka semua orang Kristen akan keluar dari Gereja. Namun tetaplah bersyukur jika hanya satu langkah kecil atau sedikit perubahan yang terjadi, itu artinya masih ada harapan."
        Oleh karena itu Gereja tidak cukup hanya membangun kesatuan, tetapi hendaknya mengikat kesatuan dengan kekudusan. Jika kesatuan Gereja tidak diikat dengan kekudusan, maka munculnya sebuah kondisi di mana dosa mengisi sebuah kesatuan Gereja atau pun sebuah persekutuan. Kasus demikian telah terjadi pada waktu Tuhan Yesus hadir di Bait Suci, Ia melihat banyak orang bersatu bersama-sama di Bait Suci untuk berjualan dan di dalamnya mereka melakukan sebuah kejahatan, sehingga Tuhan Yesus mengusir mereka. Kemudian para imam-imam di Bait Suci yang bersatu namun memikirkan hal yang berdosa, yaitu mereka memikirkan rencana untuk membunuh Yesus. Dengan demikian celakalah Gereja!, jika bersatu namun tanpa kekudusan, maka Gereja tersebut atau lembaga rohani apa pun hanya akan menjadi alat setan, untuk merusak kehidupan orang percaya. Maka Gereja sangat perlu membangun kesatuan dan juga kekudusan.

      3.      Kebersamaan  yang Menghidupkan (ay. 3)
          Daud dalam perenungannya, melihat bahwa kebersamaan orang-orang yang datang berziarah, tidak hanya cukup mereka membangun kesatuan dan kekudusan, tetapi perlu untuk menciptakan suasana yang hidup dalam persekutuan. Dalam ayat ke 3 menunjukkan Gunung Hermon adalah gunung yang berada di sebelah Utara Israel dan Gunung Sion ada disebelah selatan Israel, jarak Gunung Hermon ke Gunung Sion adalah 400 KM. Apakah mungkin embun dari Hermon menuju ke Sion?. Tidak mungkin. Gunung Hermon memiliki embun atau es, embun dan es yang mencair mejadi sumber air bagi sungai Yordan. Air sungai Yordan inilah yang dimanfaatkan menjadi sumber air yang memberi kehidupan bagi umat Israel di Sion.
         Jadi Daud mengharapakn agar Umat Israel membentuk Kebersamaan yang tidak hanya bersatu dan kudus, tetapi memberikan kehidupan. Kebersamaan yang bersatu dan kudus tanpa memberikan kehidupan, sama seperti sebuah Kebersamaan yang terikat pada legalitas agama. Jika tidak kudus maka tidak bisa bersekutu, jika berdosa maka tidak bisa bersekutu dengan Tuhan. Apakah demikian konsep dalam iman Kristen?. Tuhan Yesus menunjukkan kasus dimana manusia bersekutu namun terikat legalisme, yaitu ketika kelompok orang Farisi, ahli Taurat dan Para Imam Bait Suci yang memandang hina orang berdosa, perempuan yang berzinah, orang yang miskin, pemungut cukai dan orang yang di salib dipandang hina. Mereka bersekutu? Ya!. Mereka bersatu? Ya!. Mereka menjaga kekudusan lahiriah? Ya!. Tapi kelompok mereka memberikan rasa kematian kepada orang-orang berdosa. Tuhan Yesus justru menunjukkan bahwa Ia datang kepada orang yang sakit, baik jasmani dan rohani. Datang kepada orang yang miskin, baik materi dan rohani.
          Tuhan Yesus memberikan gambaran sebuah Kebersamaan yang kudus namun tidak terikat oleh legalisme yang mematikan. Tuhan Yesus mengajarkan sebuah Kebersamaan yang bersatu, kudus dan memberi kehidupan. Ungkapan ’Kesanalah Tuhan memerintahkan berkat’ menunjukkan bahwa sumber berkat adalah Tuhan. Sebagai sumber berkat Tuhan memerintahkan berkat tersebut tertuju kepada umat Israel yang pergi bersekutu ke rumah Tuhan. Artinya bukan karena hebatnya Kebersamaan maka berkat pasti diberikan Tuhan. Tetapi karena Tuhan memberkati maka Kebersamaan memberikan kehidupan. Bahkan Kebersamaan tersebut membawa manusia untuk menikmati sebuah kehidupan yang bernilai. Dengan demikian jika dalam kebersamaan, telah berhasil menciptakan kesatuan, kekudusan dan kehidupan namun tidak ada hak untuk menuntut Tuhan memberkati kebersamaan tersebut. Karena Tuhanlah yang berhak memberikan berkat tersebut.

Penutup
        Hidup bersama itu perlu, namun dalam kebersamaan juga harus menjaga prinsip-prinsip penting, yaitu dengan memiliki kesatuan, kekudusan dan kehidupan. Ketiga prinsip tersebut perlu diseimbangkan dalam sebuah Kebersamaan. Kesatuan yang baik dan indah memperlihatkan kekudusan dan kekudusan yang sejati memberikan kehidupan. Soli Deo Gloria.

(Tulisan ini sudah dikhotbahkan di Pos PI GEKISIA Kota Bengkulu, di Kelapa, Bangka
pada 15 Desember 2019).





Minggu, 23 Juni 2019

”SUMBER KEKUATAN DAN PENGHIBURAN” (2 Korintus 1:3-4)

Oleh: Made Nopen Supriadi, S.Th

3 Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan,  4 yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah. (ITB)

Pengantar Khotbah:
Kekuatan dan Penghiburan merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan manusia, Firman Tuhan merupakan dasar kita untuk mendapatkan kekuatan dan penghiburan, namun dalam sebuah berita situs Kristen menuliskan bahwa: Pendeta dari Gereja Protestan Three-Self di kota Shangqiu, Henan mengatakan bahwa pemerintah juga memintanya untuk mengedit khotbahnya yang dinilai terlalu rohani.[1]
Jadi mari kita bersyukur jika saat ini Tuhan masih mengijinkan kita sebagai orang Kristen masih bisa untuk memiliki Alkitab, membaca dan mendengarkan khotbah yang bersumber dari Alkitab. Apa yang terjadi jika hal yang terjadi di Tiongkok terjadi juga dalam kehidupan keKristenan kita di Indonesia?.

Isi
Rasul Paulus menuliskan surat 2 Korintus sebagai respon terhadap berita yang didengar bahwa Jemaat sudah mulai mengalami perubahan, surat 2 Korintus ini juga memberikan penghiburan kepada Jemaat agar mengetahui bagaimana situasi yang pernah di alami Paulus dalam pelayanannya. Dalam bagian 2 Korintus 1:3-4 merupakan bagian di mana Rasul Paulus sedang memuji Tuhan, dalam pujian tersebut Rasul Paulus juga menyatakan konsep imannya tentang Pribadi dan Karya Allah dalam kehidupannya. Jadi memuji Tuhan itu penting namun dalam pujian tersebut pastikan kita memuliakan Pribadi Allah dan menyatakan karya Allah dalam kehidupan kita. Dalam pujian tersebut Paulus menyatakan bahwa Allah sebagai sumber kekuatan dan penghiburan (Lih. Terj. FAYH), mengapa?

      1.      Allah adalah Pribadi Yang Penuh Belas Kasihan
Paulus mengenal pribadi Allah Tritunggal sebagai pribadi yang penuh belas kasihan (Yun. oiktirmon : Lih. Rom. 12:1 ’Kemurahan Allah’). Belas kasihan Allah inilah yang memberikan keyakinan Paulus bahwa dalam diri-Nya ada kekuatan dan penghiburan. Dalam sebuah sejarah Gereja menunjukkan ada seorang pribadi yang dikenal jahat oleh orang Kristen salah-satunya Kaisar Nero. Pengenalan akan pribadi kaisar Nero yang jahat memberikan konsep kepada umat Kristen tidak mungkin akan ada penguatan dan penghiburan dari Nero, yang ada justru ketakutan dan penganiayaan yang akan ditimbulkan. Selanjutnya seorang tokoh bernama Hitler yang dikenal sebagai pemimpin diktaktor, memberikan konsep kepada umat Yahudi bahwa tidak mungkin mereka mendapatkan perlidungan dan penghiburan dari Hitler, justru ancaman dan ketakutan yang diberikan. Lalu ada seorang tokoh Kristen bernama Abraham Kuyper yang pernah menjadi perdana menteri Belanda yang dikenal rohani maka rakyat pun tidak takut untuk datang kepadanya guna mendapatkan pertolongan dan penghiburan.
Oleh karena itu bagaimana pengenalan kita akan pribadi Allah memberikan konsep kepada diri kita ketika kita percaya kepada Dia. Jika orang Kristen berpikir Allah adalah Allah yang kejam, maka kita pasti punya konsep tidak mungkin mendatangi pribadi yang kejam untuk mendapatkan penghiburan dan pertolongan. Calvin berkata dalam buku Institutionya: ”mengenal Allah maka manusia mengenal dirinya, dan mengenal diri maka kita akan mengenal Allah”. Jadi jika kita tahu siapa Allah maka kita sadar siapa kita. Dan jika kita tahu siapa diri kita kita sadar siapa Allah. Pengenalan akan Allah dibarengi juga pengetahuan tentang Alah. (if we already know who God is, we also know who we are). Artinya jika kita tahu Allah Mahakudus maka kita sadar kita orang berdosa, dan jika kita tahu Allah Mahakasih maka kita sadar kita butuh pengampunan-Nya. Jika kita tahu Allah Mahaadil maka kita sadar untuk menyelesaikan dosa kita di hadapan-Nya.
Rasul Paulus memiliki pengenalan dan pengetahuan Allah itu penuh belas kasihan, sehingga tanpa ragu ia menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan dan penghiburan dalam hidupnya. Pertanyaan besar dalam benak kita adalah? Mengapa banyak orang Kristen justru gagal menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan dan penghiburan? Maka disinilah orang Kristen harus mengintrospeksi diri, bagaimana relasi pribadinya kepada Tuhan. Oleh karena itu jika ada orang Kristen saat ada dalam pergumulan bukan datang kepada Tuhan tetapi setan melalui dukun berarti ia lebih mengenal setan dari pada Allah. Oleh karena itu sangat penting mengenal Allah dalam kehidupan kita, melalui persekutuan doa kepada Tuhan, baik pribadi maupun comunity, belajar Alkitab baik pribadi maupun comunity dan persekutuan baik pribadi dan comunity.   
Dalam pemikiran manusia, ada prinsip kebutuhan, prinsip ini mendorong manusia bertindak sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Jika manusia lapar maka ia butuh makan, jika manusia miskin ia butuh uang untuk kaya, jika manusia menganggur ia butuh pekerjaan, jika manusia sendiri ia butuh pasangan hidup. Konsep menjadikan Tuhan sebagai sumber kekuatan dan penghiburan akan memperlihatkan bahwa manusia memang butuh Tuhan. Tetapi jika manusia tidak membutuhkan Tuhan, maka konsep bahwa Tuhan sebagai sumber kekuatan dan penghiburan tidak akan penting. Mengenal Allah harusnya menjadi kebutuhan manusia. Karena ada banyak kebutuhan materi yang bisa membuat manusia hilang damai sejahterah, tetapi jika manusia menjadikan Tuhan sebagai kebutuhan utama, maka langkah awal untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya dimulai dari Tuhan.
  
      2.      Allah yang memampukan Dalam Menghadapi Pencobaan
Paulus meyakini Allah sebagai sumber kekuatan dan penghiburan artinya hanya di dalam Allah saja ada penguatan dan penghiburan. Pertanyaannya, lalu apa arti sesama kita orang Kristen dalam persekutuan atau gereja?. Paulus juga menjadikan sesama rekan pelayanan sebagai rekan yang menguatkan dan menghibur. Artinya Paulus memiliki konsep bahwa sesama juga bisa dipakai Allah untuk memberikan kekuatan dan penghiburan. Pertanyaan bagaimana dengan pribadi kita? Apakah kita sudah dapat memberikan penguatan dan penghiburan dalam persekutuan atau sebaliknya kita membanggakan diri kita menjadi orang yang ditakuti dalam persekutuan. Setiap orang percaya dalam gereja idealnya harus mau menjadi alat Tuhan untuk memberikan kekuatan dan penghiburan, namun prinsip ideal ini justru berhadapan dengan realita bahwa kita justru kita bisa saling menjatuhkan dan menggigit. Rasul Paulus pernah mengatakan hal ini dalam Galatia 5:14-15 mengingatkan agar sesama kita jangan saling membinasakan. Sehingga benarlah yang dikatakan dalam 2 Korintus 1:4 bahwa tujuan Allah memberikan kekuatan dan penghiburan bukan untuk kita nikmati sendiri, tetapi untuk boleh menguatkan sesama kita. (Ilustrasi orang minta pertolongan pada Tuhan mengabaikan pertolongan sesama saat banjir).
Kata kekuatan dan penghiburan memiliki keterkaitan, kata penghiburan memiliki makna ’penguatan batin’. Jadi penghiburan sejati yang diberikan Tuhan ialah kekuatan secara batiniah dalam menghadapi cobaan. Paulus meyakini Allah sebagai sumber kekuatan secara batiniah, hal tersebut terbukti dari pengalaman dirinya yang banyak mengahadapi cobaan. Dalam 2 Korintus 11:23-28 menjelaskan hal tersebut:23 Apakah mereka pelayan Kristus? aku berkata seperti orang gila aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.  24 Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan,  25 tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.  26 Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu.  27 Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian,  28 dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.
Rasul Paulus ketika percaya kepada Kristus justru banyak pergumulan yang ia alami, pergumulan yang dialami justru ia hadapi, dan keyakinannya ketika mampu menghadapi pergumulan tersebut karena kekuatan batiniah yang diberikan Allah. Calvin mengatakan: ”manusia kembali pada naturnya saat sedang berada pada titik kritis dalam hidupnya.” Artinya manusia ketika dalam masa yang kritis maka secara natur ia akan berteriak kepada pribadi yang ilahi. Begitu juga dengan orang Kristen, secara ideal setiap orang yang percaya kepada Yesus selalu setia memanggil nama-Nya, namun realita menunjukkan bahwa banyak orang Kristen justru berteriak kepada Tuhan hanya saat-saat kritis dalam hidupnya. Di daerah Guangzhou, China, muncul gerakan Yudas mini, gerakan ini dipelopori oleh pemerintah komunis, yang memberikan imbalan kepada siapa saja yang melaporkan kegiatan aktivitas keKristenan yang bertentangan dengan paham komunis. Bayarannya bisa mencapai $ 1.500 AS dan ternyata ada juga saudara-saudara yang berstatus Kristen tega menjadi Yudas mini, yaitu menjual sesamanya hanya demi imbalan uang. Bagaimana dengan pribadi kita? Pergumulan apa yang sedang kita hadapi saat ini?.
            Para Rasul kecuali Yudas Iskariot, mengalami penderitaan dan aniaya, namun mereka siap menerima keadaan tersebut. Pertanyaanya? Dimanakah kekuatan dan penghiburan yang diberikan Tuhan?. Memang dalam fakta Alkitab kita menemukan ada banyak fakta Tuhan mengubah keadaan orang-orang yang bergumul, namun ada juga fakta dimana Tuhan tidak mengubah keadaan orang-orang yang bergumul tetapi Allah mengubah hati orang-orang yang begumul untuk menerima dan menghadapi pergumulan tersebut.
Penutup
Allah adalah sumber kekuatan dan penghiburan kita. Kekuatan dan penghiburan yang diberikan Allah ialah secara batiniah / rohani. Untuk dapat merasakan kekuatan dan penghiburan tersebut maka kita harus mengenal pribadi Allah yang penuh belas kasihan dan merasakan penyertaan Tuhan dalam menghadapi pencobaan.
Soli Deo Gloria (MNS: Khotbah di GKY Bengkulu, 23/06/2019)


[1]Lori Mora,  Makin Semena-mena, Pemerintah Tiongkok Edit Khotbah Pendeta Yang Terlalu Rohani, diakses dari https://www.jawaban.com/read/article/id/2019/05/09/90/190509105811/makin_semena-menapemerintah_tiongkok_edit_isi_khotbah_pendeta_yang_terlalu_rohani, pada 23 Juni 2019

Kamis, 07 Maret 2019

”PEMUDA YANG KUAT” Sebuah Refleksi dari Surat 1 Yohanes 2:14b

Oleh: Made Nopen Supriadi, S.Th

        Dalam perang antara Uni Soviet dan Sekutu ada pasukan yang dinamakan ”The Messengger” pasukan ini bertugas untuk membawa pesan, salah satu tugasnya ialah pergi ke daerah pertempuran untuk menentukkan titik kordinat dimana pesawat pembawa bom harus menjatuhkan bomnya. Oleh karena itu ini resiko yang besar, jika sudah menentukkan titik kordinat pasukkan tersebut harus segera kembali mencari tempat yang aman, jika tidak ia bisa kena bom, atau bisa saja tertembak oleh musuh. Oleh karena itu pasukan ini haruslah benar-benar orang yang kuat secara fisik, kuat secara mental dan memiliki tenaga untuk berlari. 

Konteks Teks
Yohanes menuliskan perintah baru yaitu: ”mengasihi sesama”. Perintah tersebut juga ditujukan kepada Pemuda (young man).
Apakah kekuatan yang dimaksud oleh Yohanes?
Kata ”kuat” dalam bahasa Yunani ”iscuroi” (iskhuroi) dari kata ”iskhuros” (iskhuros) yang artinya:
- Strong = Fisik
- Mighty = Sifat
- Powerfull = Daya
Bagaimanakah Pemuda harus mengarahkan kekuatannya? 

1.     Pemuda Mengarahkan Kekuatan untuk ”belajar Firman Tuhan”.

a. Yohanes menulis Surat 1 Yohanes kepada jemaat di Efesus, Asia Kecil. Saat itu banyak penyesat hadir, Yohanes menamakan kelompok-kelompok penyesat itu dengan istilah ”anti-Kristus”, salah satu kelompok tersebut ialah kelompok ”doketisme” yang mengajarkan bahwa Kristus tidak sungguh-sungguh jadi manusia itu hanya hayalan saja.
b. Yohanes melihat ada kelompok ”gnostik” di Efesus yang juga mengancam Gereja, mereka mengajarkan bahwa tubuh tidak penting yang penting adalah roh. Sehingga moralitas menjadi bobrok karena menilai tubuh tidak penting. Nilai kasih menjadi rendah.
        Keadaan demikian mendorong Yohanes mengingatkan para pemuda agar memperhatikan perintah baru, yaitu: ”mengasihi sesama seperti dirimu sendiri”. Di sini Yohanes mengarahkan Pemuda untuk belajar firman agar tidak tersesat. Yohanes mengarahkan pemuda agar pakai tenaga mereka untuk sungguh-sungguh belajar firman Tuhan.
        Saat melayani di STTAB saya menetapkan agar semua anak-anak studi fakultatif artinya belajar mandiri. Namun ketika saya tinggalkan satu jam saya kembali ke Asrama dan melihat ada yang tertidur ada yang sibuk melamun. Saya panggil mereka semua, lalu saya tanyakan satu-persatu, saya mengerti ternyata betapa susahnya untuk dapat menggunakan energy untuk belajar, tetapi ketika olahraga semua rasa ngantuk hilang, semua bisa pakai energi.
       Yesus Kristus di usia 12 tahun telah memiliki hikmat dan pengetahuan yang luar biasa tentang firman Tuhan, lalu di usia 30 tahun, pengetahuannya akan firman Tuhan sangat dalam, tetapi apakah murid-murid siap menerimanya, untuk diajari prinsip-prinsip rohani justru para murid tidak terlalu peduli, tetapi ketika melihat mujizat semua sangat suka. Jadi hal demikian menunjukkan tidak mudah menuntun pemuda pakai kekuatan untuk belajar firman Tuhan.
       Saya punya prinsip: ”Siang di atas tanah, malam di atas kertas” (GKII). ”Siang memegang pena, malam memegang buku. (STTAB). ”Siang pegang pena lihat anak, malam pegang buku lihat anak” (STTAB & Berkeluarga).Tuhan mengijinkan anda punya kekuatan, tetapi Tuhan tidak menghendaki anda malas, Tuhan menghendaki anda rajin mempelajari firman-Nya”.
 
2. Pemuda Mengarahkan Kekuatan Untuk ”Melakukan Firman Tuhan”
          Dalam Surat 1 Yohanes, tradisi penyembahan terhadap dewi kesuburan (diana) mengancam gereja, apalagi pemuda. Dalam penyembahan tersebut mengadakan pelajuran bakti, moralitas demikian mengancam generasi muda, karena itu Yohanes mengingatkan mereka agar hidup melakukan firman Tuhan. Apa yang dipelajari agar dilakukan jika tidak pemuda hanya tahu firman tetapi hidupnya hancur karena tidak melakukan firman.
          Jika kita tahu bahwa kendaraan perlu dipanaskan agar kerja mesin baik, tetapi jika kita tidak lakukan maka kita merusak kendaraan tersebut. Kita tahu pentingnya olahraga, tetapi kita tidak mau lakukan maka kita sedang merusak tubuh ini. Tuhan Yesus telah mengingatkan para murid agar membangun rumah di atas batu bukan di atas pasir, firman Tuhan bukan hanya didengar tetapi harus dilakukan.
          Banyak para pemuda yang memakai kekuatan untuk berbuat kejahatan di masa muda, merusak diri dengan obat-obatan di masa muda, merusak hidup dengan pergaulan bebas di masa muda, setelah fisik hancur oleh penyakit, setelah mental rusak oleh dosa, baru bertobat dan mau lakukan firman. Maka di sini tenaga yang begitu luar biasa gagal di pakai untuk lakukan firman, saat sakit, lemah baru mau komitmen lakukan firman. Bagaimana Injil bisa diberitakan dengan baik. Perhatikan John Wesly saat tubuh, mental dan tenaganya sehat ia berikan hidupnya untuk melayanui Tuhan, sehingga pemberitaan Injil maksimal. Saat John Calvin masih muda usia 27 ia telah menulis buku Institutio ia masih punya power yang kuat ia pakai pahami filsafat dengan baik, pahami hukum dengan baik, pahami Alkitab dengan baik dan telah menuliskan karya yang luar biasa yaitu buku ”Institutio”.
          Para pemuda jangan selalu berpikir tunggu sudah sakit mau komitmen lakukan firman, tunggu sudah dipenjara baru komitmen lakukan firman, tunggu sudah hancur moral baru menyesal dan lakukan firman, sebelum semua itu terjadi alangkah berhikmatnya jika engkau lakukan firman dari sekarang.
”Tuhan mengijinkan anda punya kekuatan, tetapi Tuhan tidak menghendaki anda jahat, Tuhan menghendaki anda melakukan kebenaran”

3. Pemuda Mengarahkan Kekuatan Untuk ”Membangun Gereja”
          Yohanes melihat saat di Efesus tawaran untuk menjadi tentara Romawi sangat besar, tenaga yang kuat dan fisik yang kuat sangat tepat untuk menjadi tentara, hal demikian mengancam kelanjutan gereja.
          Banyak orang tua ketika melihat fisik anaknya bagus, tinggi 175, berat ideal, kekar maka pikiran orang tua selalu mengarahkan kamu jadi polisi, kamu jadi tentara, kamu jadi pramugarai/pramugara, kamu jadi pilot,…. Lalu untuk gerehja mana? Saat ini sangat sulit menemukan ada orang tua yang merindukan anak-anaknya yang punya fisik, power dan skill untuk membangun gereja, semua masih ingin membangun kepentingan masing-masing, jika yang berpotensi semua pergi maka gereja tinggal orang-orang tua.
          Apakah kalian berpikir demikian? Saat bercermin apa penilaian kalian tentang diri kalian? Kalian pasti pernah menilai saya cocok jadi konsultan, saya cocok jadi diplomat, saya cocok jadi polisi, saya cocok jadi hakim, jadi dokter dll… Adakah yang menilai saya mau jadi hamba Tuhan, saya mau membangun gereja ini, saya mau membagikan Injil.
          Yesus Kristus siap meninggalkan orang tuannya dan memilih berada di Bait Suci, Ia memilih untuk berdiskusi dengan para orang tua tentang kebenaran. Yesus Kristus siap serahkan nyawan-Nya agar kerajaan Allah di bangun.
          Gereja ini butuh kalian generasi muda, gereja ini kalian untuk mempertahankan Injil, jangan kalian mau berada di gereja jika mendapat kesenangan, jangan kalian mau ada di gereja jika gereja mengikuti keinginan hati kalian. Harusnya kalian ada di gereja karena kalian mau membangun pelayanan, kalian ada di gereja karena mau memakai kekuatan kalian untuk melayani.
”Tuhan mengijinkan anda punya kekuatan, tetapi Tuhan tidak menghendaki anda merusak gereja, Tuhan menghendaki anda membangun gereja.”
Penutup
Tuhan memberikan potensi ”kekuatan” bagi pemuda, untuk Belajar Firman Tuhan, Melakukan Firman Tuhan, dan Membangun Gereja bagi Kemuliaan-Nya.(Khotbah Minggu Pemuda di GMI Getsemani Bengkulu)
Soli Deo Gloria

"YO... AYO!!! MERAIH BINTANG" : Sebuah Refleksi Terhadap Mandat Budaya & Mandat Misi Dalam Membangun Masa Depan

Oleh: Made Nopen Supriadi, S.Th
Mari kita bahas tema ini secara filosofis!. Tema ini merupakan sebuah ”methapora”. ”Bintang” selalu menjadi ungkapan untuk menyatakan sesuatu yang tinggi dan indah, jadi saya menyimpulkan makna ”Yo... Ayo!!! Meraih Bintang!” dengan arti “”Ayo...!!! gapailah cita-citamu yang tinggi dan indah!”. Jadi keberhasilan yang dicapai bukan hanya sekedar mendapat kedudukan yang tinggi, gelar yang tinggi tetapi harus dibarengi dengan keindahan. Albert Eisntein (Ahli Fisika dari Jerman & AS: 1879-1955 M) menuliskan: ”Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value (Janganlah mencoba menjadi orang sukses. Jadilah orang yang bernilai).” Jadi Albert Eisntein juga memiliki pemikiran yang terpenting adalah menjadi orang bernilai, bukan hanya berhasil tetapi bernilai. Karena itu betullah yang dikatakan dalam Kitab Amsal 22:1 yang menyatakan: ”Nama baik (a good name) lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.
Menjadi pertanyaan besar buat kita ialah, mengapa kita harus meraih bintang? Untuk menjawab pertanyaan ini saya akan memberikan perspektif dalam Reformed Evangelical Theology yaitu mengenai konsep: Mandat Budaya (Culture Mandate) dan Mandata Misi (Evangelitation Mandate). 

1.     Mandat Budaya (Culture Mandate)
Dalam Kejadian 1:26 Allah menciptakan manusia untuk berkuasa atas isi bumi. Apa artinya berkuasa? Blaise Pascal (Ahli matematika, ahli fisika dan filsuf dari Perancis 1623-1662) mengatakan ”Keadilan dan kekuasaan harus berjalan beriringan. Jadi apa pun yang adil mungkin akan berkuasa dan apa pun yang berkuasa mungkin akan adil.” Jadi kekuasaan sangat penting dibarengi oleh keadilan, prinsip demikian juga dituliskan dalam Kejadian 2:15, Tuhan menciptakan dan menempatkan manusia di Taman Eden untuk dua hal yaitu mengusahakan dan memelihara taman itu.
Kata “mengusahakan” dalam bahasa Ibrani ‛âbad (abad) bisa berarti melayani (serve) dan kata “memelihara” dalam bahasa Ibrani shâmar (shamar) yang bisa berarti melindungi (protect), meneliti (observe), dan memelihara (preserve). Di dalam Taman Eden ini, Allah tidak membiarkan manusia tidak bekerja, tetapi manusia diperintahkan Tuhan untuk melayani dan melindungi/memelihara. Ini berarti ada campur tangan manusia di dalam dunia ciptaan Allah. Orang-orang Kristen harus mengintegrasikan iman Kristen di dalam setiap aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, hukum, pendidikan, dll sebagai reaksi untuk memuliakan Allah.
Aplikasi: Karena itu anak-anak Kristen harus bersemangat belajar, semangat kuliah, miliki kehausan untuk mendapatkan ilmu. Bangun kehidupan saat ini dengan ilmu yang telah dipelajari. Jangan kuliah hanya demi gelar dan hanya demi pujian semata. Kuliahlah karena kalian butuh ilmu, kuliahlah karena kalian butuh wawasan untuk membangun peradaban saat ini. Mari belajar dari seorang tokoh bernama Pdt. DR. Stephen Tong: beliau dikenal sebagai seorang Theolog, Filsuf, Komposer dan Arsitek. Beliau memiliki prinsip hidup ”Squeezeism” yang artinya ”memeras diri”. Hal tersebut dilakukan sebagai tanggung jawab dalam melakukan mandat budaya, beliau memiliki semangat membangun sebuah convetion hall tempat panggung orkestra yang bernilai internasional.

2.     Mandat Injil (Evangelitation Mandate)
Matius 28:18-20 & KPR 1:8. Mandat Injil, artinya orang-orang Kristen dipanggil untuk memberitakan Injil Kristus di tengah dunia berdosa. Menjadi saksi artinya harus menampilkan hidup yang bernilai. Oleh karena itu jika mandat misi dilaksanakan bersama dengan mandat budaya, kita akan mengerti bahwa pengetahuan yang kita dapati untuk membangun peradaban harus terarah pada satu titik yaitu Yesus diberitakan. Sehingga disinilah kita akan menjadi Ilmuwan yang bertanggung jawab, Pejabat yang tidak korupsi, dosen yang memberi ilmu, dokter yang mengutamakan kesehatan manusia baik miskin atau kaya, guru yang menajadi teladan. Semua itu dilakukan karena mandat misi menjadi arah bagi mandat budaya.
Lalu dalam zaman ”Post Modern” ini kita berhadapan dengan filsafat ”kesuksesan”. Sehingga makn ”sukses” telah diartikan sebagai keberhasilan, kemapanan dan ketenaran. Maka banyak Anak Kristen yang secara Materi dan Jabatan sukses tetapi tidak bernilai. Bagaimana dengan Tuhan Yesus, kesuksesan apa yang ia raih? Bagaimana dengan Rasul Paulus, kesuksesan apa yang mereka raih? Bagaimana dengan Para Murid Tuhan Yesus, kesuksesan apa yang mereka raih? Lalu nabi Yeremia & Yesaya, kesuksesan apa yang mereka raih? Perhatikan baik-baik, mereka terlihat gagal jika dinilai dalam perspektif dunia. Tetapi Mereka orang-orang yang yang berhasil dalam pandangan Allah. Jadi hidup kita jika ingin menjadi bintang, jadikanlah hidupmu bernilai bersama dengan pengetahuan yang dimiliki, sehingga melalui hidup kita Allah dimuliakan dan manusia dibangun peradabannya menjadi lebih baik.
Penutup
Alkitab dengan tegas menyatakan orang percaya harus semangat dalam membangun cita-cita dan mewujudkannya. Oleh karena itu harus semangat belajar dan berkarya. Tetapi ingat ilmu yang didapat arahkan kepada Kristus, karya yang dibuat arahkan kepada Kristus. Jika ilmu itu diarahkan kepada Kristus dengan benar, maka pastilah ilmu itu juga akan diarahkan kepada sesama dengan benar (Khotbah di KMK UNIVED, 14 September 2018). Soli Deo Gloria