Rabu, 05 April 2017

PENGANTAR KITAB RATAPAN



Penulis: Yeremia
Tema: Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586-585 SM

LATAR BELAKANG
Kitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How". Judul "Nyanyian pemakaman" atau "Ratapan" diberikan oleh rabi-rabi bangsa Yahudi yang mula-mula. Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin "Ratapan Yeremia" PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.

PENULIS & TAHUN PENULISAN
Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini.[1] Bukti yang mendukung kesimpulan ini:
1.    Dari 2Taw. 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer. 7:29; 8:21; Yer. 9:1,10,20).
2.    Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
3.    Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer. 14:17; 18:13; Rat 1:15; Rat. 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.
Tahun penulisan : untuk tahun penulisan kita dapat melihat dari konteks Yerusalem, ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer. 41:1-44:30), di mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).[2]


TUJUAN
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk:
1.    keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud.
2.    Pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
3.    Pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh.
Kejatuhan Yerusalem yang menghancurkan dalam tahun 587 SM menuntut penjelasan dan inilah yang diberikan oleh si penulis. Sebagian besar dari tanda-tanda yang kelihatan mengenai pilihan Tuhan atas Yehuda sudah dihancurkan (kota, Bait Allah, kebaktian-kebaktian dll.). Dengan berani penulis menghadapi kenyataan pahit dari dosa orang Yeuda, dan maksud Allah yang terssembunyi daalam pemurnian melalui penghakiman. Jawaban atas pertanyaan (yang sering diajukan oleh mereka yang berada dalam pencobaan) "Di manakah Tuhan?," dijawab oleh penulis dengan tantangan yang berarti dalam, yaitu: "Cobalah untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh Tuhan".
"Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini atas Yerusalem,". Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat. 3:22-23,32).  Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.

BENTUK PENULISAN
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan pertama (Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan ratapan Yerusalem (Rat. 1:12-22). Dalam ratapan kedua (Rat. 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (Rat. 3:1-66) mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (Rat. 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair sebelumnya.  Di dalam syair yang terakhir (Rat. 5:1-22), setelah pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kitab ini merupakan suatu koleksi puisi yang tersusun rapi, sebagian besar ditulis dalam bentuk "nyanyian pemakaman" — kecuali pasal Rat. 5. Pasal Rat. 1-4 merupakan puisi "akrostik," setiap baik berikutnya dimulai dengan sebuah huruf dari alfabet Ibrani secara beraturan. (Terdapat sedikit pengecualian terhadap aturan ini dan pasal Rat. 3 merupakan puisi akrostik yang lebih lengkap). Boleh jadi pola ini sebagian dimaksudkan untuk memudahkan penghafalan dalam tata ibadah. Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3, yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat. 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga _Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga melaksanakan mencapai dua hal.
1.    Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
2.    Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.

CIRI-CIRI KHAS
Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.
1.    Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair- syair duka.
2.    Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas 22 ayat.
3.    Sedangkan 2Raj. 25:1-30 dan Yer. 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
4.    Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat. 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat. 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat. 5:16-22).
5.    Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat  (bd. Rat. 1:15 dengan Wahy 14:19), Rat. 2:1 dengan Mat. 5:35; Rat. 3:30 dengan Mat. 5:39; Rat. 3:45 dengan 1Kor. 4:13.

PENGGENAPAN DALAM PERJANJIAN BARU
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom. 1:18-3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat. 23:37-38; Luk. 13:34-35; 19:41-44).

Pesan
1. Masa lalu yang penuh kemasyhuran, masa kini yang menyedihkan
o Kejayaan … kesengsaraan Rat. 3:18,19
o Kekayaan … kemiskinan Rat. 4:5
o Sukacita … kedukaan Rat. 5:15
2. Penyebab kesusahan
o Pemberontakan Yehuda terhadap Tuhan. Rat. 1:20; 4:6
o Pemimpin-pemimpin mereka yang tak bertanggung jawab. Rat. 2:14; 4:13
o Murka Allah yang tak dapat dihindari. Rat. 2:21, 22; 4:11
o Pemberontakan terhadap kebenaran Tuhan. Rat. 1:18
3. Jenis kesusahan
o Kelaparan dan kematian. Rat. 1:11; 2:21
o Hancurnya kota dan Bait Allah. Rat. 1:4; 2:6,7
o Hilangnya raja-raja dan pangeran. Rat. 4:7, 8,20
o Pecahnya hidup bermasyarakat. Rat. 5:1-5
o Penghinaan dari musuh. Rat. 2:15,16
o Pengucilan. Rat. 1:12,16,21
o Dipisahkan dari Tuhan. Rat. 2:9; 3:8,44
4. Reaksi terhadap kesusahan
o Keinginan untuk membalas. Rat. 3:64-66
o Keluhan kepada Tuhan. Rat. 2:13,20
o Perasaan tertekan. Rat. 3:20
o Pengakuan Allah sebagai hakim. Rat. 3:1-3,38
o Pengakuan dosa. Rat. 1:8; 5:17
o Pembaruan doa kepada Allah. Rat. 1:9,20; 5:21
o Sikap sabar dalam ketaatan. Rat. 3:26-30,39
5. Dasar pengharapan
o Kendali Tuhan atas nasib manusia. Rat. 2:17; 3:37
o Hukum Tuhan yang abadi. Rat. 5:19
o Keengganan Tuhan untuk menghukum. Rat. 3:33
o Kasih dan belas kasihan Tuhan. Rat. 3:22-25
6. Berita pengharapan
o Akhir pembuangan. Rat. 4:22
o Penghakiman atas musuh-musuh bangsa Yehuda. Rat. 4:21,22
o Kasih Tuhan yang tak kunjung padam. Rat. 3:21


Penerapan
o Musibah disebabkan oleh keinginan manusia untuk berbuat dosa, bukan karena keengganan Tuhan untuk menyelamatkan.
o Musibah dapat membuat putus asa, atau memperdalam kepercayaan kepada Tuhan sehingga cukup untuk memampukan kita dalam menghadapi penderitaan.
o Manakala tembok kehidupan kita mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan, kita dapat menambal keretakan itu atau menolong Allah untuk membangun kembali tembok.
o Tuhan seringkali mengangkat tanda-tanda kemurahan-Nya, sehingga iman dan kerinduan kita dapat berakar teguh di dalam Dia, tidak dalam lambang-lambang kehadiran-Nya.
o "Saya telah berdosa" boleh jadi merupakan kata-kata yang paling sukar dalam perbendaharaan kata seorang percaya; kata-kata itu juga merupakan yang paling kreatif.
o Tuhan tidak senang mendisiplin umat-Nya, tetapi disiplin untuk kebaikan merupakan satu aspek dalam hubungan orang tua dan anak.
o Kasih Tuhan akan mengalahkan semua penolakan kita kepada-Nya. Dia menunggu dan bekerja untuk mengembalikan kita kepada-Nya.

Tema-tema Kunci
1. Kejujuran dan harapan dalam penderitaan
Perhatikan bagaimana penulis secara terbuka dan jujur menggambarkan kesusahannya, kesepiannya, kesepian dan kedukaannya dll. (terutama dalam pasal 3). "Pasal penghubung" antara keputusasaaan dan pengharapan terdapat pada pasal Rat. 3:19-24. Cobalah untuk menafsirkan pasal ini dengan bahasa yang Anda mengerti.
2. Penulis mengindentifikasikan dirinya dengan umat
Hal ini jelas terlihat dalam kitab ini (misalnya Rat 2:11; 3:48-51) dan merupakan ciri-ciri yang sering terlihat daalam tulisan para nabi. Lihat, misalnya Amos 7:1,2; Yesaya 6:5; Yeremia 8:21,22. Bagaimana Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat yang hidup pada zaman-Nya dan kepada kita? Lihat Matius 23:27; Markus 10:45, Filipi 2:6-8; Ibrani 2:14-18.
3. Permohonan penulis kepada Allah
Permohonan terdapat dalam: misalnya Rat. 1:9, 11,22; 2:20; 3:56,64,66; 5:1,21. Dia memohon kepada Allah untuk bertindak dalam berbagai cara. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari masing-masing himbauan tentang jalan pikiran dan pandangan penulis mengenai Allah?
4. Campur tangan Allah dalam mengembalikan manusia kepada-Nya
Rat. 5:21 dengan jelas menunjukkan hal ini. Pelajari juga Mazmur 85:4; Yeremia 31:18; Kisah Para Rasul 11:8; Roma 2:4. Dapatkah Anda menemukan ayat-ayat yang menekankan tentang tanggung jawab manusia untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan? Bandingkan ayat-ayat dalam Ratapan dengan Mazmur 119:59; Yesaya 55:6-9.

GARIS BESAR
1 RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat. 1:1-22
Rat. 1:1-7           Kesunyian suasana duka
Rat. 1:8-11         Nasib kota yang penuh dosa
Rat. 1:12-20       Saat murka Allah yang besar
Rat. 1:21-22       Doa untuk pembalasan
2 ALLAH MELAWAN UMATNYA Rat. 2:1-22
Rat. 2:1-9           Allah, perusak yang sedang murka
Rat. 2:10-13       Keputusan orang yang tak berdaya
Rat. 2:14-17       Penghinaan musuh
Rat. 2:18-22       Permohonan pertolongan yang amat sangat
3 RATAPAN PRIBADI DAN DOA Rat. 3:1-66
Rat. 3:1-20          Allah, penyebab penderitaan
Rat. 3:21-39        Kepercayaan pada kebaikan Allah
Rat. 3:40-42        Panggilan untuk bertobat
Rat. 3:43-54        Akibat dosa
Rat. 3:55-60        Kepercayaan pada keadilan Allah
Rat. 3:61-66        Doa untuk pembalasan
4 YERUSALEM: DAHULU DAN SEKARANG Rat. 4:1-22
Rat. 4:1-12          Kebesaran masa lalu, aib masa kini
Rat. 4:13-20        Penghakiman atas para imam dan nabi
Rat. 4:21-22        Pembalasan atas Edom
5 DOA TERPADU MEMOHON PERTOLONGAN Rat. 5:1-22
Rat. 5:1-9            Bangsa tertindas
Rat. 5:10-14        Tidak ada pengecualian
Rat. 5:15-18        Sakitnya berada dalam keputusasaan
Rat. 5:19-22        Doa untuk pemulihan



[1]Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini ditempatkan sesudah Yeremia dalam Septuaginta, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh hubungan sejarah kedua kitab tersebut. Pandangan penulis terhadap raja yang bertakhta pada masa itu (Rat. 4:20) dan mengenai ketergantungan kepada bangsa-bangsa lain berbeda dari pandangan Yeremia. Tetapi, penulis dan Yeremia (yang dijuluki "nabi cengeng") mempunyai temperamen yang serupa, dan keduanya melihat penghakiman Tuhan di balik tragedi yang mereka tulis (lih. Rat. 2:1-8). Jika kitab ini merupakan suatu kesatuan, sudah hampir pasti bahwa penulisnya hidup pada zaman yang sama dengan Yeremia.  
[2]Penentuan waktu penulisan secara tepat tergantung kepada apakah karangan ini ditulis oleh seorang atau beberapa penulis. Pendapat yang masuk akal ialah bahwa pasal Rat. 1-4 ditulis oleh seorang saksi mata pada waktu jatuhnya Yerusalem dan pemulaan masa Pembuangan (yaitu tahun 587 SM), dan bahwa pasal Rat. 5 ditambahkan pada tahun 550 SM waktu mereka sudah menjalani masa Pembuangan untuk beberapa waktu.

Tidak ada komentar: