Tampilkan postingan dengan label Introduksi Perjanjian Lama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Introduksi Perjanjian Lama. Tampilkan semua postingan

Kamis, 04 Maret 2021

Pengantar Perjanjian Lama: Benang Merah Sejarah Umat Israel

Ditulis oleh: Made Nopen Supriadi
Dari Buku: Fullfilment
Penerbit: PERMATA RAFFLESIA
Tahun: 2020
Kota: Bengkulu

Abraham - Yakub
Sejarah Umat Israel dalam tulisan ini akan dimulai dari Pemanggilan Abraham, karena Abraham dalam konteks umat Israel sebagai bapa orang beriman. Abraham (sekitar 2000 BC) dipanggil oleh Allah dari tempatnya di Mesoptamia menuju ke tempat yang dijanjikan oleh Allah. Abraham tidak tahu ke mana tujuannya tetapi ia tetap melaksankan perintah Allah sehingga ia disebut sebagai Bapa orang beriman, karena dengan iman ia melakukan perjalanan tersebut. Abraham saat itu belum mempunyai keturunan, lalu Allah menjanjikannya seorang keturunan, setelah 25 tahun menanti akhirnya Tuhan memberikan Ishak sebagai anak yang sah yang dijanjikan oleh Allah. Selanjutnya Ishak memperanakan Yakub dan Esau, Allah menerima Yakub dan menolak Esau. Melalui keturunan Yakub Allah membentuk umat Israel. 

Umat Israel di Mesir         
Dalam sejarah umat Israel mereka menetap di Mesir yaitu di daerah Gosyen oleh karena Yusuf anak Yakub memiliki posisi yang terpandang di Mesir, lalu pada masa selanjutnya dalam pemerintahan Kerajaan Mesir muncul Firaun yang tidak mengenal Yusuf, sehingga memberikan dampak umat Israel mengalami perbudakan di Mesir kurang lebih 430 tahun. Allah memperhatikan umat-Nya dan atas otritas-Nya Allah membangkitkan Musa untuk memimpin umat Israel keluar dari Mesir. Saat itu dalam sebuah catatan kurang lebih ada 2 juta orang yang keluar dari Mesir.

Umat Israel di Padang Gurun - Menguasai Tanah Perjanjian
Sejarah mencatat Allah mengijinkan Umat Israel berada di Padang Gurun kurang lebih 40 tahun. Pengalaamn tersebut Allah ijinkan untuk membentuk karakter mereka sebelum memasuki tanah perjanjian dan Allah menolong mereka yang secara mentalitas belum siap menghadapi bangsa-bangsa yang menyerang mereka. Dalam perjalanan keluar dari Mesir secara garis besar mereka melakukan perjalanan dari Mesir - Sinai - dataran Moab - Kanaan. Musa melakukan pelanggaran dengan tidak mentaati perintah Allah maka Allah tidak mengijinkan Musa masuk ke tanah Perjanjian. Setelah Musa meninggal dalam usia 120 tahun Allah memilih Yosua untuk menggantikan Musa. Dalam sejarah umat israel banyak generasi pertama yang keluar dari Mesier binasa di padang Gurun. Dan Allah mengijinkan generasi kedua memasuki tanah Perjanjian. Yosua dan Kaleb adalah generasi pertama yang dicatat diijinkan memasuki tanah Perjanjian karena mereka menunjukkan iman dan ketaatan mereka kepada Allah saat diperintahkan mengintai tanah Kanaan. Melalui kepemimpinan Yosua Allah menginjikna umat Israel menguasai tanah Kanaan dan membagi tanah kanaan, sesuai dengan jumlah suku Israel. Hanya suku Lewi yang tidak mendapat bagian karena mereka harus berada di tiap suku untuk menjadi Imam dan melakukan pelayanan spiritual kepada umat Israel.   

Umat Israel: Transisi dari Teokrasi Menuju ke Monarki
Umat Israel belum menjadi sebuah kerajaan, saat itu Allah langsung memimpin mereka dengan memakai orang-orang pilihan, yaitu para Nabi dan Hakim. Dalam masa hakim-hakim umat Israel terjatuh dalam lingkaran dosa. Lalu pada masa hakim Samuel umat Israel menuntut agar mereka sama seperti bangsa di sekitar Kanaan. Mereka ingin memiliki seorang Raja. Maka umat Israel mengalami transisi kepemimpinan dari Teokrasi menuju ke monarki. Tuhan mengijinkan adanya seorang Raja dan Saul (1050-1010 BC) menjadi Raja yang pertama, setelah itu digantikan oleh Daud (1010-970 BC) dan Daud digantikan oleh  Salomo (970-930 BC). Setelah masa Salomo kerajaan Israel terpecah menjadi 2 bagian, yaitu Kerajaan Israel Utara (930 - 722/21 BC) yang beribu kota di Samaria dan Israel Selatan (930-586 BC). 

Umat Israel: Memasuki Masa Pembuangan
Pada waktu Kerajaan Israel telah terbagi dua, yaitu Israel Utara (930-722/21 BC) dan Israel Selatan (930-586 BC) mereka selalu terlibat dalam perang saudara dan terjadi perebutan tahta dengan cara-cara yang tidak benar. Dalam sejarah dunia Allah mengijinkan bangkitnya Kerajaan Asyur, pada tahun 722/21 BC Asyur dipakai Allah menjadi alat untuk menyatakan penghakiman-Nya. Allah mengijinkan Kerajaan Israel Utara di buang ke Asyur dan mereka tidak kembali. Selanjutnya Asyur juga menjadi ancaman bagi Israel Selatan, namun Allah menolong umat Israel Utara dari ancama Asyur. Allah membangkitkan sebuah Kerajaan bernama Babel (Babilonia), pada tahun 612 BC Kerajaan Babel mengalahkan Asyur. Setelah umat Israel Selatan bebas dari Asyur mereka belum mau berbalik kepada Tuhan. Maka Tuhan memakai Kerajaan Babel untuk menghakimi Kerajaan Israel Selatan. Ada 3 kali pembungan yang dialami oleh umat Israel Selatan:
1. Tahun 605 BC: Babel mengangkut orang-orang Muda dan berhikmat yang ada di Kerajaan Israel Selatan, inilah masa rombongan Daniel dan teman-teman di buang ke Babel.
2. Tahun 597 BC: Babel kembali menyerang Israel Selatan dan mengangkut kurang lebih 18.000 orang untuk dibawa ke Babel.
3. Tahun 586 BC: Babel kembali menyerang dan Bait Suci di rusakkan serta isinya diangkut ke Babel. Pada Masa inilah orang-orang bangaswan juga diangkut ke Babel dan Kerajaan Isarel Selatan kehilangan otoritas atas daerahnya.

Umat Israel: Pulang Dari Pembuangan
Allah membangkitkan Kerajaan Media-Persia yang bersatu dan bergabung yang dikenal dengan Kerajaan Persia. Pada tahun 539 BC kerajaan Persia mengalahkan Babel. Melalui kerajaan Persia inilah Allah mengijinkan umat Israel pulang ke Yerusalem setelah kurang lebih 70 tahun berada di pembuangan. Ada tiga tahap pemulangan umat Israel.
1. Tahun 539 BC: Allah mengijinkan Zerubabel untuk memimpin umat Israel pulang ke Yerusalem, kurang lebih 50.000. Tujuan mereka ialah untuk membangun kembali Bait Suci dan melaksanakan ibadah kepada Allah. Karena mereka mengalami kemunduran semangat  maka Allah mengutus Hagai dan Zakharia untuk menegur mereka dan memotivasi agar menyelesaikan pembangunan Bait Allah.
2. Tahun 486 BC: setelah Bait Suci selesai Allah mengijinkan Ezra untuk memimpin umat Israel pulang, kurang lebih ada 15.000 orang yang pulang. Tujuannya ialah untuk melakukan reformasi rohani, oleh karena mereka mengalami kemerosotan rohani.
 3. Tahun 455 BC: Karena situasi keamanan di Yerusalem yang kurang kondusif. Allah memanggil Nehemia untuk pulang ke Yerusalem. Tujuannya untuk membangun kembali tembok Yerusalem.
Ada beberapa kelompok umat Israel yang tidak pulang ke Yerusalem dan tetap tinggal di Persia itulah kisah Ester dan umat Israel lainya.

Penutup
Sejarah disusun berdasarkan prinsip selesksi dan koneksi. Dalam perspektif Teologis semua sejarah telah ditetapkan oleh Allah. Dari sejarah umat Isarel kita melihat pemeliharaan Allah terhadap umat pilihan-Nya, maka demikian juga dengan kita di masa kini kita harus percaya pada pemeliharaan Allah. Dalam perspektif Theologia Reform mujizat terjadi dalam rangka pemeliharaan Allah atas kehidupan manusia saat ini. Oleh karena itu kita harus memandang dengan luas, yaitu dengan mau belajar dari sejarah. Tujuannya ialah kita tahu fakta sejarah dan kita bisa menambah hikmat dengan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Tulisan ini terbatas hanya dalam konteks umat Israel dari Kitab Kejadian - Ester, oleh karena itu ketekunan dari pembaca sangat diharapkan untuk melengkapi sejarah tersebut sehingga betul-betul membentuk kesatuan Perjanjian Lama dalam persepketif historis. Soli Deo Gloria.

Kamis, 05 Oktober 2017

PROSES TERBENTUKNYA PERJANJIAN LAMA

Oleh: Made Nopen Supriadi, S.Th


      A.    Proses Tersusunnya Perjanjian Lama

Istilah proses menunjuk pada tahapan, itu artinya PL tidak langsung tersusun dalam waktu singkat. Wahyu Allah bersifat progressif (bertahap) sehingga PL juga dinyatakan secara progressif. Jadi secara garis besar proses tersusunnya PL dimulai dari penyataan Allah, penulisan,pembukuan dan pembakuan.

1.      Penyataan Allah

Ulangan 29: 29 menyatakan ”Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.” Kata ’dinyatakan’ dalam American Standar Version (ASV) ditulis ’revealed’ yang artinya diwahyukan, dibukakan, disingkapkan. Jadi ada hal-hal yang tersembunyi dari Allah diketahui jika Allah menyatakan hal-hal yang tersembunyi tersebut. Manusia memiliki keterbatasan dalam pikiran (mind) untuk memahami siapa Allah. Karena keterbatasan inilah maka butuh penyataan dari luar diri manusia. Alkitab menyatakan bahwa manusia mengenal Allah karena Allah yang terlebuh dahulu mengenalkan diri-Nya, maka manusia mendapat firman Tuhan karena Allah yang memberikan-Nya. Penyataan Allah ialah Allah menyingkapkan, membuka firman-Nya kepada orang-orang yang dipilih-Nya. Dalam buku Pengantar Perjanjian Lama 1 yang ditulis oleh W. S. Lasor, D. A. Hubbard dan F. W. Bush menuliskan pengertian penyataan:

”Penyataan dapat berarti perbuatan mengungkapkan atau membuka atau menyingkapkan. Istilah itu dapat pula berarti apa yang diungkapkan atau dibukakan atau disingkapkan. Seringkali ditekankan ialah pengertian yang aktif: penyataan terdapat dalam komunikasi Allah dengan manusia melalui penglihatan yang diberikan-Nya dan perbuatan yang dilakukan-Nya. menurut pandangan yang ditekankan dewasa ini, penyataan juga didapati dalam peristiwa-peristiwa sejarah tertentu yang dipandang sebagai karya Allah.”[1]

Dari pengertian istilah penyaataan tersebut maka di dalam PL ada dua cara bagaimana Allah menyatakan firman-Nya.

a.       Penyataan umum

Dalam Mazmur 19: 2-5 menyatakan ”langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawal memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari menruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam, tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi…”Allah menyatakan firman-Nya secara umum kepada semua manusia melalui karya-Nya dalam penciptaan Alam semesta, peristiwa sejarah dan hati nurani manusia.

b.      Penyataan Khusus

Penyataan Khusus ialah Allah menyatakan firman-Nya secara khusus kepada orang pilihan-Nya melalui pertemuan khusus , seperti: penglihatan dan perkataan langsung. Beberapa fakta tersebut dapat kita lihat dalam Kejadian 12: 1 yang menunjukkan Allah memanggil Abraham dan memberikan firman-Nya. Selanjutnya Keluaran 3: 1-2 menyatakan Allah menampakkan diri-Nya kepada Musa, dalam wujud Malaikat di dalam nyala api untuk memberikan firman-Nya.

            Jadi penyataan Allah menunjukkan bahwa karena Allah yang mengenalkan diri-Nya maka manusia mengenal Allah. Karena Allah membuka firman-Nya maka manusia menerima firman Tuhan. Penyataan Allah tidak sekaligus, namun bertahap (progress revelation),oleh karena itu pada zaman ini ada dua sistem yang digunakan untuk mendekati atau mempelajari Alkitab:

a.       Sistem perbandingan agama dan kebudayaan. Sisitem menerapkan prinsip evolusi agama. Sistem ini menyatakan bahwa PL dipelajari sama seperti mempelajari sastra yang lain yang ditemukan seumuran dengan PL.

b.      Sistem prinsip Sui ipsius interpretes / Scriptura Scripturae interpres (Alkitab menafsirkan Alkitab)[2]  yaitu sistem yang mempelajari firman Allah dengan tidak mengabaikan sejarah, budaya dan latar belakang penulis Alkitab, karena di dalam Alkitab ada keunikan tersendiri, salah satunya hanya di dalam Alkitab terdapat konsep Allah mempertahankan komunikasi dengan umat-Nya.[3] Hal tersebut terlihat dalam konteks penyataan keselamatan bagi umat manusia dari kuasa dosa yang dinyatakan dalam Kejadian 3: 15 yang diterangkan dalam Yohanes 3: 16.

Dari kedua sistem ini maka sistem kedualah yang kita terima. Dasarnya, Alkitab adalah satu kesatuan sehingga bagian-bagian Alkitab yang tidak kita mengerti memiliki jawaban di bagian Alkitab yang lain.

2.      Penulisan

Dalam Keluaran 17: 14 menyatakan ”kemuadian berfirmanlah kepada TUHAN kepada Musa: ”Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan,….” Kata ’tuliskanlah’ dalam bahasa Inggris write yang menunjuk pada menulis diatas alas. Penulisan Alkitab terjadi karena adanya pengilhaman (inspirasi) dan dorongan Allah untuk menulis.

a.       Pengilhaman

Dalam 2 Timotius 3: 16 menyatakan ”segala tulisan yang diilhamkan oleh Allah…Kata ilham (insipirasi) adalah theopneustos yang secara harafiah berarti dihembuskan nafas Allah.[4]Dengan nafas ilahi dan kuasa, Roh kudus menggerakkan para penulis (manusia) untuk menulis apa yang Allah firmankan. Hal ini juga dituliskan oleh William dan Stanley bahwa:

Allah membawa semua penulis Alkitab melalui berbagai pengalaman, menyiapkan mereka sedemikian rupa sehingga Ia dapat memakai mereka untuk menyatakan kebenaran dalam cara yang diinginkan-Nya. Dengan demikian, integritas para penulis sebagai kepribadian individual benar-benar terpelihara melalui tindakan khusus dari inspirasi dan bimbingan Roh kudus. Pada waktu yang sama, hasil tulisan mereka adalah jelas Firman Allah. Roh kudus membisikkan pemikiran yang orisinil kedalam pikiran para penulis (Am. 3:8). Kemudian Roh kudus menuntun mereka memilih kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran itu (Kel. 4:12, 15); dan akhirnya, Ia menerangi pikiran orang yang membaca kata-kata itu sedemikian rupa sehingga pembaca dapat memahami kebenaran yang sama yang semula ada dalam pikiran penulis (I Kor. 2:12; Ef. 1:17-18). Jadi, baik pikiran maupun bahasa merupakan penyataan dan diilhamkan.[5]

            Lebih jauh lagi Millard J Erickson menuliskan: ”Pimpinan Roh Kudus pada para penulis, sehingga meskipun penulisan dilakukan  sesuai dengan gaya dan kepribadian mereka, hasilnya adalah firman Allah yang tertulis, yang berotoritas, patut dipercaya, dan bebas dari salah dalam autobiografi yang asli. Erickson mengatakan bahwa inspirasi adalah pengaruh adikodrati Roh Kudus atas para penulis kitab dalam Alkitab sehingga membuat hasil karya mereka menjadi satu catatan yang akurat tentang penyataan atau yang mengakibatkan karya mereka benar-benar merupakan firman Tuhan.[6]

            Dengan demikian fakta ini menunjukkan bahwa Alkitab PL benar-benar merupakan kebenaran oleh karena Allah dalam Roh-Nya yang berperan utama dalam penulisan Alkitab.

b.      Perintah Allah untuk menulis

Dalam Keluaran 17: 14 menyatakan ”kemuadian berfirmanlah kepada TUHAN kepada Musa: ”Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan,….” W.S. Lasor, D. A. Hubbard, dan F. W. Bush menuliskan mengenai proses penulisan Alkitab: ”menurut ajaran Alkitab, Allah menyusun sejarah keselamatan sedemikian rupa sehingga rangkaian peristiwa yang pada akhirnya akan menggenapi kehendak-Nya yang sempurna. Ia menerangkan peristiwa-peristiwa ini melalui penyataan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, ”oreang-orang yang didorong oleh Roh Kudus” (2Ptr. 1: 21). Ia mengilhami hamba-hamba-Nya ini agar mereka menuliskan peristiwa-peristiwa tersebut serta tafsirannya untuk diteruskan kepada generasi yang akan datang. Selanjutnya, melalui Roh-Nya Ia memberi penerangan kepada manusia pada segala zaman untuk mengakui otoritas tulisan-tulisan ini, menyakininya sebagai firman Allah serta memberi respons dalam iman dan ketaatan.”[7]

Dari penjelasan tersebut ada 3 tujuan Allah menyuruh orang pilihan-Nya menulis firman-Nya:

-          Supaya manusia pada waktu tertentu dan tempat yang lain bisa juga membacanya

-          Karena wahyu Allah adalah kekal  tidak bersifat sementara.

-          Supaya inti berita dari wahyu Allah tetap sama dan tidak diubah oleh manusia yang ingatannya lemah dan punya kecendrungan niat yang jahat.

3.      Pembukuan PL

a.       Bahasa PL

David L. Baker menuliskan sebagian besar PL dikarang dalam bahasa Ibrani, sedangkan bahasa Aram digunakan dalam Ezra 4: 8-6; 7: 12-26; Yeremia 10: 11; dan Daniel 2: 4-7, 28. Kedua bahasa tersebut digolongkan dalam rumpun bahasa ”Semit” disebut sesuai dengan nama Sem anak Nuh, yang dianggap nenek moyang bangsa-bangsa Timur Tengah menurut Kejadian 10.[8]

b.      Bahan tulis naskah PL

-          Batu yang dilicinkan dan dituliskan dengan benda tajam (Kej. 32: 16)

-          Loh kayu yaitu kayu yang ditulisi dengan tinta atau ditaburi lilin. (Yes. 30: 8; Hab. 2: 2).

-          Loh tanah liat yang ditulisi dengan tulisan paku.

-          Ostraka yaitu kepingan-kepingan beling yang ditulis dengan tinta.

-          Papyrus yaitu rumput yang tumbuh dirawa-rawa, tinggi 18-45 cm dipakai sekitar abad 20 BC.

-          Kulit binatang yaitu kulit domba, kambing bahan tulisnya dari arang dan  minyak yang dikeringkan.

-          Perkamen yaitu kulit binatang licin dan memakai karbon yang dicampur dengan getah atau minyak.

4.      Pembakuan dan Penyalinan teks

Penyalinan teks perlu dilakukan untuk menghindari kerusakan naskah asli, dari bahan yang cepat rusak kepada bahan yang lebih baku. Naskah asli PL hampir tidak, penyebabnya:

a.       Rusak karena bahan yang tidak baku, waktu dan penjarahan.

b.      Kebiasaan orang Yahudi menyimpan dalam guci, lalu ditaruh dalam tanah dan memasukkannya ke dalam gua-gua.

Jadi darimanakah sumber naskah PL yang ada saat ini? Naskah-naskah yang sekarang ada diperkirakan diambil dari terjemahan oleh para masyoreth pada abad ke 5 M. Pada tahun 1945 telah ditemukan naskah asli yang tersimpan di sebuah guci dilaut mati oleh para gembala yang perkirakan ditulis pada tahun 200-100 BC/SM. Seorang tokoh bernama Rabi Abika (meninggal 135 M) seorang ahli Alkitab bahasa Ibrani dia seorang penentang Kristen namun ia juga menulis Alkitab PL Bahasa Ibrani yang dipakai hingga saat ini. PL pernah diterjemahkan oleh kaum masora pada abad ke 3-2 BC. Mereka ada 70 orang secara pribadi dan terpisah dan menghasilkan terjemahan yang sama yang kemudian disebut terjemahan LXX (bc: septuaginta). Selain itu ada terjemahan Yunani kuno lainnya oleh Aquila, Symmachus dan Theodosius. Selanjutnya dalam perkembangan zaman pembakuan teks dan penyalinan teks semakin baik dengan ditemukan mesin cetak dan pembuatan angka-angka untuk memisahkan pasal-pasal dari Alkitab oleh Stephen Langton dari Cantebury (1226 M). Dan pada tahun 1551 Robert Estiene yaitu seorang pencetak menamai hampir semua pasal-pasal Alkitab. Sekarang teks PL sudah bisa tersimpan di komputer dan dapat diakses juga dari jaringan internet.

      B.     Kanonisasi Perjanjian Lama

                 Istilah ”kanon” diambil dari kata rumpun Semit artinya adalah buluh, tongkat pengukur, norma, hukum, batas, daftar dan indeks. Jadi jika ada sebutan kanon Alkitab maka artinya daftar Alkitab. Istilah kanonisasi menunjuk pada proses pengumpulan kitab-kitab Firman Allah. Adapun proses kanonisasi dapat dilihat dalam Alkitab sendiri, yaitu di dalam Ulangan 4: 13, 12: 32; Yeremia 26: 2, Amsal. 30: 6; Pengkhotbah 3: 14; II Petrus 3: 15- 16; Wahyu 22: 6- 8, 18 – 19.        Bagaimana manusia dapat menentukkan kitab-kitb yang masuk dalam kanon? Jawab: Alkitab firman Allah difirmankan oleh Allah sehingga Roh Allah sendiri yang akan memimpin manusia kepada firman-Nya, sehingga kanon bukan menjadikan tulisan-tulisan ’agama’ firman Allah. Tetapi menegaskan kembali firman Allah yang telah ada atau tertulis untuk menjadi dasar hidup beragama. Bagaimana proses terjadinya kanon? Allah berkehendak agar setiap perbuatan dan firman-Nya diabadikan oleh manusia, sehingga Ia menghendaki setiap penyataan Allah ditulis dengan teliti atas pimpinan Roh Kudus.

Ada pun syarat-syarat kitab yang masuk kanon:

1.      Berotoritas, artinya kitab tersebut memiliki kuasa mengubah hati mnusia, memberi kekuatan, penghiburan dan perlindungan (Kel. 24: 3-4, 8).

2.      Berwibawa, artinya kitab itu harus ditati ucapannya, tulisannya (Ul. 31: 24-26).

3.      Dinamis, artinya kitab tersebut dipakai terus-menerus, selalu relevan dari waktu ke waktu (Yos. 1: 8).

Dalam sejarah pengelompokan kitab-kitab PL ada dua versi kanon, yaitu kanon Yunani dan kanon Ibrani. Berikut pembagian Kanon tersebut: 

Kanon Yunani
 Kanon Ibrani
 

Kata Bible (Alkitab) dalam bahasa Inggris berasal dari kata Yunani biblia, yang berarti ‘kitab-kitab.’ Orang-orang Kristen memandang koleksi Kitab Suci mereka sebagai ‘Alkitab’ sejak Konsili Karthago menyusun daftar terakhir dari kitab-kitab Perjanjian Baru pada tahun 397. Alkitab berisi banyak macam tulisan. (Baca ‘Sastra Alkitab.’) Dalam bagian ini kami akan memberikan garis besar kitab-kitab yang ada dalam Alkitab dalam setiap bagian utama dari kesusastraan yang berhubungan dengan Alkitab. Orang Yahudi mengatur Perjanjian Lama menjadi tiga bagian utama: lima Kitab Musa (Torah),  Nabi-nabi (Nebi’im),  Tulisan-tulisan (Kethubim). Tetapi di sini kita akan mengikuti bagian-bagian utama yang kita dapatkan dalam versi Septuaginta Yunani.




[1]W. S. Lasor, D. A. Hubbard dan F. W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2005), 34 
[2]Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran, (Malang: Literatur SAAT, 2001), 69
[3] W. S. Lasor, D. A. Hubbard dan F. W. Bush, Pengantar…., 33
[4]William W. Menzies & Stanley M. Horton,Doktrin Alkitab, (Malang: Gandum Mas, 1998), 22
[5]Menzies & Stanley M. Horton, Doktrin..., 22
[6] Millard J. Erickson, Teologi Kristen Jilid I,  (Malang: Gandum Mas, 2004), 317
[7]W.S. Lasor, D. A. Hubbard, dan F. W. Bush, Pengantar…., 39
[8] David L. Baker, Mengenal…., 15