Jumat, 18 Desember 2015

NUBUAT KEHIDUPAN MESIAS (Seri Theologi Sistematika)


Disusun oleh: Made Nopen Supriadi, S.Th

Fakta Perjanjian Lama tentang kehidupan Kristus juga sudah dipaparkan dalam nubuat-nubuat PL dan juga sudah digenapi dengan sangat jelas dalam fakta historis PB. Berikut beberapa fakta nubuatan tentang kehidupan Mesias dalam PL dan penggenapan-Nya dalam PB.
a.    Kelahiran Mesias
Kelahiran Mesias (Kej. 3:15 digenapi dalam Gal. 4:4), yaitu melalui seorang dara (Yes. 7:14), daftar silsilah-Nya (Kej. 49:10; 2Sam. 7:16 digenapi dalam Mat. 1:1; Luk. 3:23) dan tempat kelahiran-Nya (Mik. 5:2 digenapi dalam Luk. 2:4-7).[1]
b.      Penyambutan Mesias
Penyambutan Mesias yang masuk ke Yerusalem dengan menunggang keledai muda dinubuatkan dalam PL dalam Zakharia 9:9 yang digenapi dalam Markus 19:35-38. 
c.    Pelayanan Mesias
Pelayanan-Nya (Maz. 69:8-10; Yes. 9:1-2 digenapi dalam Mat. 4:14-16), dituliskan Ia adalah nabi yang akan datang (Ul. 18:15, 18, 19 di genapi dalam Kis. 3:20,22), Ia akan bertugas sebagai seorang Imam (Maz. 110:4 digenapi dalam Ibr. 5:5,6), Ia akan menjadi domba paskah (Kel. 12:46 digenapi dalam Yoh. 19:36).[2] Karya Mesias yang dinubuatkan dalam PL yang digenapi dalam PB, yaitu: meredakan angin ribut (Maz. 107:29 digenapi dalam Mat. 8:23-27), Menyembuhkan orang buta (Maz. 146:8 digenapi dalam Yoh. 9:1-7), mengampuni dosa (Yes. 43:25; 44:42 digenapi dalam Mat. 9:2), membangkitkan orang mati (Maz. 49:15 digenapi dalam Mat. 9:25), memberi makan 5000 orang (Yoel 2:22-24 digenapi dalam Mat. 14:15-21).[3]
d.      Penderitaan Mesias
Pdt Dr. Sthepen Tong menuliskan tentang pemahaman istilah “.....segala sesuatu sudah terjadi....” dalam Yohanes 19:28 yang menunjukkan penggenapan mesianis dalam PL pada person Yesus Kristus. Ada sepuluh fakta penderitaan Mesias yang dinyatakan dan yang digenapi, yaitu: Dia dijual oleh kawan-Nya sendiri (Maz. 55:13-15 digenapi dalam Mat. 26:47-56), Dia akan dijual dengan tiga puluh keping perak (Zak. 11:12 digenapi dalam Mat. 26:15-16), Penggembala harus dibunuh dan domba-dombanya akan bercerai berai (zak. 13:7 di genapi dalam Mat. 26:56), Mesias akan dituduh dan difitnah oleh saksi-saksi dusta (Maz. 109:2-5 digenapi dalam Mat. 27:12), Orang-orang akan mencambuk, memukuli, melukai serta meludahi muka-Nya (Yes. 53:3-8 digenapi dalam Mat. 26:67-68), Dia akan dihukum beserta dengan perampok-perampok (Yes. 53:9,15 digenapi dalam Mrk. 15:7, 28), Tangan dan kaki Mesias akan ditusuk (Maz. 22:16 digenapi dalam Yoh. 20:25-29), Pakaian-Nya akan direbut dan dibagi-bagi di antara orang-orang yang menyalibkan Dia (Maz. 22:18 digenapi dalam Yoh. 19:23-24), Dia berdoa untuk orang-orang kriminal yang disalibkan bersama-sama dia (Yes. 53:12), Kegelapan menudungi Kristus (Ams. 8:9 digenapi dalam Mat. 27:45).[4]
e.       Kebangkitan Mesias dari Kematian
Kebangkitan-Nya (Maz. 16:10 digenapi dalam Luk. 24:7; Kis. 2:24-28).[5] Paul Enns menjelaskan nubuat Daud tentang kebangkitan Kristus (Mzr. 16:10); Petrus mengindikasikan kebangkitan Kristus menggenapi nubuat Mazmur 16:10.[6]
f.     Kenaikan Mesias Ke Surga
Kenaikan Mesias ke Sorga dan duduk disebelah kanan Allah dinubuatkan dalam Mazmur 110:1 yang digenapi dalam Markus 16:19.
            Jadi kedatangan Yesus Kristus yang pertama adalah penggenapan tetang kehidupan Mesias yang sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Oleh karena itu sesungguhnya rasul Paulus menjadi sangat yakin Yesus itulah Kristus karena Paulus benar-benar menegetahui Yesus yang dinubuatkan dalam PL.[7] Sehingga ketika Paulus melihat dan mendengar tentang Yesus, ia langsung membukakan dan mengarahkan pemikirannya pada person Yesus yang adalah Kristus.


[1] Trivena Ambarsari, Doktrin Kristus (Surabaya: Momentum, 2011) hal, 10
[2]  Trivena Ambarsari, Doktrin Kristus,..., hal. 10
[3]  Paul Enns, The Moody Hand Book Of Theology 1 (Malang: Literatur SAAT, 2004), hal. 283
[4]  Sthephen Tong, 7 Perkataan Salib (Surabaya: Momentum, 2011), hal. 95-99
[5]  Trivena Ambarsari, Doktrin Kristus,....., hal. 10
[6] Paul Enns, The Moody,..., hal. 287
[7] Marlon Butar-Butar, Teologi Paulus (Tanjung Enim: STTE, 2012), hal. 25

Jumat, 25 September 2015

Dosa Turunan (Mazmur 51: 7)

  Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud, (2) ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba. (3) Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! (4) Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! (5) Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. (6) Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. (7) Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.        
        John Locke (1632 – 1704) adalah seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Empirisme adalah paham yang menjadikan pengalaman sebagai standar kebenaran. Jadi apa yang dialami itulah yang benar. Salah satu teori mengenai manusia yang dikemukakan oleh John Locke (1632-1704) ialah teori Tabula rasa. Teori mengajarkan bahwa pikiran (manusia) ketika lahir berupa “kertas kosong” tanpa aturan untuk memroses data, dan data yang ditambahkan serta aturan untuk memrosesnya dibentuk hanya oleh pengalaman alat inderanya. Anggapan Locke, tabula rasa berarti bahwa pikiran individu “kosong” saat lahir, dan juga ditekankan tentang kebebasan individu untuk mengisi jiwanya sendiri. Teori tabula rasa ini sudah banyak melekat pada pemikiran manusia. Sehingga manusia sering memberi asumsi bahwa anak berdosa karena belajar dari lingkungan.
  1. Teori tabula rasa bertentangan dengan ajaran Alkitab. Dalam Mazmur 51 : 7 manyatakan: ”Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” Dalam NIV menuliskan : ” Surely I was sinful at birth, sinful from the time my mother conceived me.” Jadi sejak dalam kandungan manusia bukanlah kertas kosong namun telah melekat natur dosa (tabiat dosa), itu artinya pengetahuan tentang dosa sudah ada pada seorang bayi. Maka teori tabula rasa itu salah. Selanjutnya pemahaman yang berpotensi menjurus pada pemahaman tabula rasa juga hadir dalam kekristenan. Ada sebuah syair : ”ku tak membawa apa pun juga saat ku datang ke dunia…” Jika dicermati syair lagu ini maka Saya memberikan evaluasi. Apa yg tidak kita bawa saat lahir?
    1. Jika bicara soal harta kekayaan it bisa saja.
    2. Jika bicara secara esensi maka it tdk bisa, karena kita lahir sudah dalam tabiat dosa.
    3. Kita lahir juga sudah membawa materi yaitu tubuh fisik.
    Jadi saat kita lahir secara esensi kita sdh membawa sesuatu. Dalam Mazmur 51: 7 menyatakan bahwa ”… dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”. Itu artinya manusia saat dalam kandungan dan lahir sudah memiliki natur dan sifat yang dibawa secara daging dari orang tuanya. Dalam perkembangan ilmu sains kedokteran merumuskan teori sifat-sifat manusia dari DNA (Deoxyribo Nucleic Acid), kajian pewarisan sifat pada DNA pertama kali berhasil dimurnikan pada tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss Friedrich Miescher di Tubingen, Jerman. Namun, penelitian terhadap peranan DNA di dalam sel baru dimulai pada awal abad 20. DNA dan protein dianggap dua molekul yang paling memungkinkan sebagai pembawa sifat genetis berdasarkan teori tersebut. Crick, Watson, dan Wilkins mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada 1962 atas penemuan ini. Pada manusia telah diketahui cukup banyak sifat yang diturunkan. Hal tersebut juga didukung dalam teori psikologi yg membuktikan bahwa manusia telah memiliki natur sifat. Pertama kali penelitian dilakukan oleh neuro-psikolog Michael Persinger di awal tahun 1990-an, dan laporan yang lebih baru pada tahun 1997 oleh neurolog V.S. Ramachandran bersama timnya di Universitas California mengenai adanya ”Titik Tuhan” (God Spot) dalam otak manusia.[1] Penemuan tersebut menekankan bahwa God Spot sebagai wadah yang memiliki potensi spiritual.[2] Titik Tuhan (God Spot) ini menyebabkan manusia bersikap idealistis mencari solusi-solusi ideal, memiliki hasrat pada sesuatu yang tinggi, memimpikan masa depan yang baik dan Titik Tuhan (God Spot) aktif ketika manusia merasa sedang berhubungan dengan kebenaran-kebenaran sebuah agama.[3] Oleh karena itu benar apa yang dikatakan dalam Yohanes 3: 6 “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” Dari data-data di atas menjelaskan bahwa manusia memiliki natur sifat yang telah di bawa sejak dalam kandungan, Oleh karena manusia telah jatuh dalam dosa maka natur tersebut dikuasai dosa.
     Ajaran dosa turunan ini ditegaskan oleh John Calvin dengan mengatakan:  ”… anak-anak pun, meski belum menghasilkan perbuatan yang merupakan buah kefasikan, telah mengandung benihnya di dalam dirinya.”[4] Jadi bayi yang baru dilahirkan tidak akan berbuat dosa tetapi ia sudah berada dalam "keadaan" atau "tabiat" dosa. Contoh sederhana, siapa yang mengajar seorang anak berbohong? Atau kumpulkan bayi-bayi yang sudah bisa merangkak atau berjalan, letakkan di suatu tempat dan berikan pula sesuatu – katakanlah mainan -- yang menarik perhatian mereka. Apakah yang mereka perbuat? Pasti bakal terjadi rebutan mainan, dan pasti bakal ada yang menangis karena tidak kebagian. Apakah yang menyebabkan semua ini? Sejak kecil udah berebut, apalagi kalo udah besar.  Banyak pakar yang menyelidiki bahwa seorang anak berbohong tanpa diajar atau tanpa pengaruh lingkungannya. Demikian pula seorang anak kecil dapat saja merampas mainan temannya tanpa diajar oleh orang tuanya, melainkan atas dorongan di dalam dirinya sendiri. Inilah "tabiat dosa".







    [1] Agus Nggermanto, Quantum…, h.118
    [2] Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan, (Jakarta: Penerbit Arga, 2007), h.96
    [3]  Danar Zohar, Ian Marshall, Spiritual…, h.122-123
    [4] John Calvin, Institutio (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 61

HATI DAN AKAL DALAM BERIMAN

Oleh: Made Nopen Supriadi, S.Th
         Kedua pola ini selalu hadir dalam argumentasi manusia. Ada yang menekankan konsep "I think" dan juga "I fill". Para penganut paham rasionalisme lebih menekankan konsep "I think" (saya pikir) karena ia mempunyai bukti yang dapat dipikirkan. Penganut konsep ini sering mengumpulkan bukti-bukti yang telah teruji, sehingga ia berkata karena pernah melihat bukti sebelumnya, sehingga memunculakn konsep "pasti". Dalam karya-karya pemikir seperti Hegel (1770-1831), Charles Darwin (1809-1882), Karl Max (1818-1883), Ludwig Feurbach (1804-1872), Imanuel Kant (1724-1804) beberapa orang besar ini tidak memihak keKristenan, bahkan di antara mereka belajar teologi dan menjadi musuh gereja. Mengapa? karena ada kegagalan bagaimana caranya mempertemukan dan menyikronkan, mengharmoniskan iman dengan pengetahuan. (Stephen Tong, Iman, Rasio dan Kebenaran, 16). Lalu para penganut paham empirisme menekankan "I Fill" (saya rasa) karena lebih menekankan perasaan sebagai bukti, penganut konsep ini akan sering membuat praduga-praduga dari perasaan hanya karena perasaan tidak nyaman, sehingga sering memunculkan konsep "kemungkinan" pada pemahamannya.  Mengenai kedua hal tersebut R.C. Sproul menuliskan: 
 "Kita hidup di dalam periode yang alergi pada rasionalitas. Pengaruh filsafat eksistensial sangat besar. Kita telah menjadi bangsa yang perasa. Bahkan bahasa kita menyatakannya. Mahasiswa di seminari saya berulang kali menulis seperti ini di kertas ujiannya: saya merasa salah bahwa... atau saya merasa benar bahwa... saya mencoret kata merasa dan menggantikannya dengan berpikir. Ada perbedaan antara merasa dan berpikir." (R.C. Sproul, Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen, xx)
         Pdt. Stevri Indra Lumintang pernah menjelasakan bahwa baik para penganut Rasionalisme dan empirisme sama-sama terjebak dalam "Subyektivisme" (Paham yang berpusat pada diri sendiri) (Stevri I. Lumintang, Pengantar Filsafat, Diskusi Kuliah di STTE). Dalam subyektivisme manusia bisa memakai Rasionya dan juga perasaannya. Maka saya menanggapi bahwa kedua konsep tersebut tidak boleh dipisahkan dan tidak boleh juga dicampurkan namun di sinergiskan. Maka baik rasio dan perasaan tetap berdiri masing-masing dan saling mendukung bukan saling menjatuhkan. selanjutnya menetapkan obyek menjadi basic untuk mendasari rasio dan mengarahkan perasaan. Bukan merasiokan obyek dan "meperasakan" obyek.
           Kebenaran itu obyektif maka baik orang yang lebih menekankan think atau fillnya tetap tidak obyektif ia masih tetap subyektif. Para Theolog Reformed, (John Calvin, Edwin H. Palmeer, Han. Marris, Stephen Tong) setuju bahwa Rasio dan Hati Nurani (Counscience) telah rusak dan tercemar oleh dosa. Dalam menggali pengetahuan para ilmuwan hanya mempelajari karya yang diciptakan Tuhan yaitu alam semesta. Hingga kini penyingkapan ilmu tersebut belum tuntas dan dimengerti. Apa yang dirumuskan rasio memberikan keheranan pada perasaan. Dan apa yang diungkapkan perasaan memberikan keraguan pada rasio. Jadi disinilah perlunya "kesimultanan" dalam "be-rasio" dan "be-rasa". Dibutuhkan keseimbangan dalam "be-rasio" dan "be-rasa". Menekankan salah satu hanya akan menimbulkan konflik. Sehubungan dengan relasi antara hati dan akal, Sproul kembali menjelaskan: 

"Apabila saya memiliki doktrin yang benar di dalam benak saya, tetapi tidak ada kasih untuk Kristus di dalam hati saya, maka saya telah kehilangan kerajaan Allah. Tentu saja lebih penting hati saya benar di hadapan Allah daripada teologi saya benar atau tidak salah. Namun demikian, supaya hati saya benar, ada keutamaan intelektual sehubungan dengan urutan. Tidak ada sesuatu pun yang akan ada di dalam hati saya, yang tidak ada terlebih dahulu di benak saya. Bagaimana saya dapat mencintai Allah atau Yesus yang saya tidak ketahui sama sekali? tentu saja, semakin saya mengerti tentang karakter Allah, maka kapasitas saya untuk mengasihi Dia semakin besar." (R.C. Sproul, Kebenaran, xxi)
        Dengan demikian Sproul menyatakan bahwa hati yang benar itu lebih penting dari pada akal, tetapi tetap saja hati yang benar membutuhkan akal yang benar juga, maka hati dan akal tetap saling memiliki hubungan erat dalam kehidupan iman orang Kristen. Paulus mengatakan "Aku tahu siapa yang aku percaya (2 Tim. 1:12)." Jika Paulus mengetahui dengan rasionya tentang apa yang ia percayai atau imani, maka pengetahuan dan iman dapat berjalan sejajar.  
       Jadi iman merupakan bagunan bersama dari akal dan hati, beriman tanpa berakal maka iman tersebut iman yang rapuh. Namun jika beriman tanpa hati maka kasih tidak terpancar. Perasaan dan pemikiran memiliki hubungan yang unik, bisa merasa tapi tidak berpikir, maka manusia gagal menganalisa perasaannya sehingga perasaan hanya terpendam di hati. Tetapi jika mampu berpikir tanpa perasaan maka pikiran kita menjadi sombong dan bahkan hanya berguna untuk merusak sesama manusia. Jadi mari berpikir agar yang dirasa dapat dimengerti dan mari memiliki rasa agar apa yang dipikir dapat memberi arti, namun keduanya hanya dapat bertemu dalam iman. Yesus Kristus berhasil mempertemukan rasio, hati dan iman Tomas. Tomas yang rasionil akhirnya perasaannya tunduk saat bukti rasio diberikan Yesus tentang kebangkitannya dan imannya juga bertumbuh sehingga ia mengakui Yesus adalah Tuhan. Namun saat ini kita ditantang dalam iman yang tidak melihat secara rasionil, tetapi kita bersandar pada iman yang merasa yakin bahwa apa yang kita rasa adalah benar secara rasio dan dapat kita pertanggungjawabkan meskipun kita tidak melihat Yesus secara rasio.
Ecclesia Reformata Semper Reformanda, secundum Verbum Dei, Soli Deo Gloria.

Sejarah Hidup John Calvin



       Tiada hari tanpa memikirkan bagaimana menjalani kehidupan dengan pusat pemikiran yang teguh. Oleh karena itu satu sosok yang memiliki pemikiran yang teguh telah memberi motivasi bagi saya pribadi. Saya percaya Allah dapat memakai banyak aspek dan cara untuk membuat para pelayan-Nya menemukan titik berpikir yang jelas. Oleh karena itu saya menyusun riwayat sebuah sejarah hidup, pemikiran, perkembangan dan pengaruh dari satu pribadi yang telah Allah pakai untuk membuat perubahan dalam kehidupan gereja di abad ke 16 yaitu John Calvin. Meskipun ia telah tiada namun prinsip-prinsip rohani dan pemkirannya tetap dihidupi banyak orang Kristen saat ini. Biarlah tulisan ini bukan untuk mengangungkan satu pribadi manusia tetapi hanya mengagunkan Allah yang memakai pribadi tersebut.

Sejarah Kehidupan John Calvin
            Riwayat hidup dari John Calvin (1509-1564):
1509            10 Juli: Calvin lahir di Noyon (Perancis, ± 120 Km kea rah utara dari Paris, ibu kota Perancis).
1523-1528  Studi di universitas di Paris (College de la Marche dan College Montaigu). Ia meraih gelar Magister dalam ‘liberal arts’ (Studi dalam ilmu pengetahuan umum sebelum meneruskan studi dalam salah satu bidang spesialisasi, yaitu Theologi, ilmu hukum atau ilmu kedokteran).
1528-1531  Studi sarjana hukum di Orleans dan Bourges. Ia meraih gelar ‘Licentiate of Law’.
1531-1533  Studi di universitas di Paris dan Orleans. Ia meraih gelar Doktor dalam bidang hukum. Studi di bidang Theologi.
1533            Calvin terpaksa harus melarikan diri karena di cap ‘injili’. Kemungkinan besar bahwa pertobatannya terjadi pada tahun 1533. Sejak 1532 ia mengenal tulisan-tulisan Reformasi (Luther).
1534            Pengembaraan Calvin sesudah ia harus menyelamatkan diri: Paris, Angouleme, Orleans, Poitiers, Metz, Starsburg.
1535            Calvin tiba di Basel. Peyelesaian buku ‘Institutio oleh Calvin’.
1536            Buku termashyur Calvin yang berjudul lengkap ‘Institutio Religionis Christianae’ (‘pPengajaran Tentang Agama Kristen’) terbit. Buku ini pada umumnya disingkat ‘Institutio’.
                     Meneruskan pengembaraan: Ferara, Aosta, Basel, Paris, kembali ke Strasburg, pada waktu ia singgah di Jenewa ia diminta dengan sangat oleh Farel untuk tinggal di Jenewa.
1537            ‘Peraturan-peraturan Gereja’ diajukan disusul dengan ‘Pengakuan Iman’ dan ‘Katekismus’ semua buku itu diterima baik oleh dewan kota.
1538            Perselisihan dengan dewan kota seputar upacara-upacara gerejawi dan soal disiplin gereja. Calvin dan Farel dibuang ke Bern dan Zurich. Calvin ke Basel. Ia dipanggil ke Strasburg dan menjadi pendeta jemaat orang-orang Perancis di Strasburg dan sekaligus ia diangkat menajdi dosen di Sekolah Tinggi Theologia di Strasburg (pada waktu itu Strasburg sebuah kota di Jerman; pada masa kini Starsburg termasuk wilayah Perancis, namun terletak di dalam suatu wilayah yang pada mulanya berbahasa Jerman).
1539            Edisi kedua ’Institutio’ diterbitkan (dengan banyak bahan tambahan), komentar tentang surat Roma diterbitkan.
1540            Pernikahan Calvin dengan Idelette de Bure di Starsburg.
1541            Calvin diminta kembali pulang ke Jenewa. Pada tanggal 13 September ia tiba kembali di Jenewa. Diangkat menjadi Pendeta dan guru besar di St. Pierre. Ia tingga di Jenewa sampai wafatnya (1564). Peraturan-peraturan Gereja diterima dan disahkan oleh dewab Jenewa. ’risalah ringkas tentang perjamuan suci diterbitkan.’
1542            Anak pertama Calvin lahir (28 Juli) dan wafat beberapa waktu kemudian. ’pedoman untuk doa dan nyayian terbit.’
1543            Pembelaan ajaran tentang pelayanan dan pembebasan kemauan, ter pighus. Terbitan mengenai Istitutio traktat mengenai relikwi.
1545            Katekismus dan melawan  sekte libertine yang berkhayal komentar mengenai 1 dan 2 Petrus.
1546            Komentar mengenai 1Korintus, perkara Ameaux.
1547            Komentar tentang 2 Korintus.
1548            Komentar tentang beberapa suratv Paulus.
1549            istrinya meninggal. Perundingan dengan H. Bullinger di Zurich. Consensus Tigurinus (agreement of Zurich) menggabungkan reformasi Zwingli  dengan Reformasi Calvin. Comengtar tentang Surat Ibrani.
1550            Komentar tentang Tesalonika dan Yakobus, Traktat mengenai kejengkelan-kejengkelan.
1551            perkara Bolsec
1552            Pembelaan ajaran predestinasi, komentar tentang kitab Nabi Yesaya, komnetar tentang Kitab Kisah Para Rasul.
1553            Perkara Servet. Perkara Berthelier. Servet dibakar (27 Oktober). Komentar tentang Injil Yohanes.
1554            Pembelaan Trinitas, komentar tentang kitab Kejadian.
1555            Pembelaan ajaran tentang sakramen, komentar tentang harmonin yang terdapat di dalam keempat Injil.
1557            Komentar tentang kitab Mazmur
1558            Fitnah seorang pembual (melawan Castellio yang meninggalkan Jenewa karena perselisihan dengan Calvin).
1559            Pembukaan Sekolah Tinggi Teologi di Jenewa (5 Juni). Edisi terakhir ‘Institutio’ Calvin menerima kewarganegaraan Jenewa.
1560            Komentar tentang kitab Nabi Kecil.
1561            Komentar tentang kitab Daniel, penjelasan yang terang mengenai ajaran sekitar perjamuan suci.
1562            Jawaban kepada seorang Belanda (Coornhert).
1563            Komentar tentang kelima kitabn Musa.
1564            Komentar tentang kitab Yosua. Calvin wafat pada tanggal 27 Mei. Pemakamannya dilaksanakan dengan sederhana, sebagaimana hidupnya juga sederhana.[1]

Doktrin Pemilihan Allah

Oleh: Ev. Made N. Supriadi, S. Th
Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.
(Efesus 1: 4)
 Pemilihan adalah ajaran Alkitab dan bukan ajaran manusia, dan alasan inilah mengapa orang sering begitu sulit untuk menerimanya (Richard D. Philips). Jika kita bergumul dengan doktrin pemilihan, seharusnya pertanyaan pertama adalah apakah hal itu diajarkan di dalam Alkitab? pertanyaannya bukan apakah anda belum mengerti atau apakah anda menyukainya. Gunakan rasio untuk meneliti dan mengkaji Alkitab dan gunakan perasaan dalam ketaatan dan pimpinan Roh Kudus. Jika rasio kita menemukan Alkitab mengajarkannya, maka ketaatan hati kita kepada Allah mengharuskan kita menerimanya. Dan melalui ketaatan pikiran kita, mengharapakan Allah untuk memimpin kita ke dalam pemahaman atas doktrin ini dan bersukacita di dalamnya.
Pembahasan mengenai doktrin pemilihan (election of God) dimulai dengan sebuah analogi, jika kita melihat pembangunan sebuah gedung, semakin tinggi gedung tersebut maka fondasi yang dibangunya semakin dalam sehingga bagunan tersebut menjadi kokoh. Begitu juga pemilihan Allah, manusia dipilih to hidup kekal maka pemilihan itu juga dimulai dari kekal. Maka benar kata firman Tuhan bahwa ”…Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan”. Karena di dalam Yesus Kristus kita akan hidup kekal di Sorga maka pemilihan itu tidak dimulai di dunia maka pemilihan itu dimulai dari kekekalan.
Richard D. Philips menuliskan: ”Rasul Paulus menunjukkan perhatian yang sama ketika ia membangun konsep keselamatan Kristen sesuai dengan rencana Allah. Jadi ia mulai dengan menggali dalam-dalam, membangun fondasi yang seteguh mungkin untuk sesuatu yang akan mencapai sorga. Allah memimpin kita, demikian Paulus mengajarkan, ke dalam kekekalan di masa depan, maka di dalam kekekalan masa lalulah Allah meletakan dasar untuk keamanan kita.”[2]
Doktrin pemilihan mengutip serangkaian tujuan yang ditetapkan Allah di dalam Kristus sebagai penyebab keselamatan pribadi kita. ”Mengapa seseorang menjadi Kristen? Karena ia percaya Injil”. Itu adalah kebenaran yang esensial. Tetapi kita bertannya kembali, ”Kenapa ia percaya sedangkan yang lain tidak? Apakah karena ada sesuatu di dalam orang Kristen yang lebih rohani, yang lebih baik dalam beberapa cara, yang memungkinkan mereka untuk percaya sementara orang lain mendengar berita yang sama tetapi tidak percaya?” Alkitab menjawab: ”Bukan! Ini bukan karena ada sesuatu di dalam diri mereka, tetapi karena ada sesuatu di dalam Allah, yaitu pemilihan-Nya yang kekal dan berdaulat atas individu-individu untuk menjadi milik-Nya sendiri melalui iman dalam Yesus Kristus.”
Ini adalah kabar baik bagi semua orang yang percaya, karena inilah fondasi dari keselamatan kita: bukan karena ada sesuatu di dalam diri kita, yang begitu lemah dan berubah-ubah, yang begitu campur aduk dalam afeksi kita, begitu tidak konstan dalam iman kita, tetapi pilihan Allah sendiri yang berdaulat dan tidak dapat diubah sejak kekekalan. Ia ”memilih kita sebelum dunia dijadikan.”

Arti Kata Pemilihan Dalam Efesus 1: 4
Alkitab berbicara mengenai pemilihan dari suatu arti seperti:
1.    Pemilihan orang-orang Israel sebagai umat Allah di PL (Ul. 4: 37’ 7: 6-8; 10: 15; Hos. 13: 5).
2.    Pemilihan orang-orang untuk beberapa jabatan atau pelayanan khusus (Ul. 18:5; 1Sam. 10: 2; Maz. 78: 70)
3.    Pemilihan orang-orang pada keselamatan (Mat. 22: 14; Rm. 11: 5; Ef. 1: 4).
Yang terakhir ini adalah pemilihan yang dibicarakan dalam hubungannya dengan predestinasi. Pemilihan ini dapat didefinisikan sebagai maksud Allah yang kekal untuk menyelamatkan beberapa keturunan manusia di dalam dan oleh Yesus Kristus. Secara khusu untuk mengerti arti kata pemilihan maka akan membahas secara khusus teks firman Tuhan dari Efesus 1: 4.
Efesus 1: 4 menyatakan salah-satu penyataan yang terang dari doktrin pemilihan. Dalam teks Yunani dituliskan ” kaqw.j evxele,xato h`ma/j evn auvtw/| pro. katabolh/j ko,smou ei=nai h`ma/j a`gi,ouj kai. avmw,mouj katenw,pion auvtou/ evn avga,ph|(” Kata pemilihan ditulis dengan kata evxele,xato (eselesato) merupakan kata kerja indicative aorist middle 3rd person singular dari kata dasar  evkle,gw Dalam Greek-English Lexicon of The New Testament mengartikan evkle,gomai choose, select Mk 13:20; Lk 9:35; 10:42; J 15:16; Ac 15:22, 25; Eph 1:4; Js 2:5.[3] Dalam teks tersebut kata evxele,xato (eselesato) ditulis dalam bentuk kata kerja indicative aorist yang menunjukkan bahwa kata kerja itu sudah selesai dilakukan dan dampaknya terasa sampai sekarang. Jadi pemilihan itu sudah dilakukan Allah dari semula sebelum dunia dijadikan dan pemilihan itu tidak hilang namun tetap dirasakan sampai sekarang.
Dalam bahasa Inggris ada dua kata yang perlu dipahami megenai pemilihan, pertama choosen dan election. Choosen dari kata dasar choose artinya memilih, memutuskan berdasarkan kehendak. Lalu election dari kata dasar elect artinya orang-orang yang terpilih atau kelompok golongan terpilih. Dalam Efesus 1: 4 menggunakan kata chose / choosen untuk menunjukkan keaktifan. Dalam teks tersebut jelas menunjukkan Allah yang aktif memilih dan memutuskan pemilihan tersebut baik waktu dan orangnya. Kata election menunjukkan kepasifan, jadi orang-orang yang sudah terpilih (election) merupakan tindakan dari pemilihan Allah (The choosen of God). Maka jelas mengapa dalam Theology Reformasi Injili memakai istilah election bukan choosen Karena itu untuk menunjukkan orang yang dipilih.
            Dalam bagian-bagian Alkitab yang lain seperti Markus 13: 20 menunjukkan istilah ”…orang-orang pilihan yang dipilih-Nya.” Dalam NIV dituliskan ” But for the sake of the elect, whom he has chosen.” Maka jelas bahwa orang-orang pilihan (the election) merupakan pilihan Allah yang memilih (choosen). Jadi Allah aktif memilih dan manusia pasif. Jika manusia terpilih karena keaaktifan Allah semata. Lalu dalam Lukas 9: 35 menunjukkan pemilihan Allah atas Anak-Nya Yesus Kristus. Yesus Kristus Anak Allah yang kekal (The Son of God of Eternality), Allah Bapa juga kekal, maka jika Allah Bapa menyatakan Yesus sebagai Anak-Nya maka itu pasti sudah terjadi dari kekal sampai kekal. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan itu sudah terjadi dalam kekekalan.
Dalam Yohanes 15: 16 menuliskan : ”Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu…” Dalam NIV menuliskan: ” You did not choose me, but I chose you.” Tuhan Yesus menyatakan bahwa para murid bukanlah penentu untuk mengikut Yesus tetapi Yesuslah yang menentukan siapa yang mengikut-Nya sesuai dengan pemilihan Yesus sendiri. Ungkapan ”tetapi Akulah yang memilih kamu.” Menunjukkan bahwa Tuhan Yesus pemilih murid-Nya (The choosen of Election). Richard D. Philips menuliskan: ”Yesus memilih mereka, padahal Ia mungkin saja dengan mudah membuat pilihan yang lain. Pemilihan-Nya yang menentukan kemuridan mereka”. Tuhan Yesus yang memanggil ke 12 murid dengan latar belakang berbeda, hal tersebut menunjukkan pemilihan tersebut tidak berdasarkan kualifikasi dari diri para murid tetapi Tuhanlah yang tahu.
 Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus telah ada dalam kekekalan. Alkitab memberikan cukup banyak bukti bahwa ada kovenan atau perjanjian di dalam kekekalan antara Allah Bapa dan Allah Anak, yang ditetapkan dalam pembicaraan prapenciptaan. Berikut penyataan Alkitab mengenai adanya perjanjian (kovenan) kekal:
Ibrani 13: 20 menyatakan: ” Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita.” Yohanes 17: 4 menyatakan: ” Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” 1Petrus 1: 19-20 menyatakan: ”19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.  20 Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.
Keputusan yang kekal ini disebut sebagai kovenan penebusan. Allah Bapa meletakan suatu tanggungan pada Allah Anak demi orang-orang yang dipilih sebelumnya. Sang Anak secara sukarela menerima tanggungan ini, yaitu bahwa Ia akan mengambil perkara mereka dan mati untuk mereka di atas salib. Sebagai imbalannya, Bapa menjanjikan kepada-Nya keselamatan bagi semua kaum pilihan, mereka yang dipilih dalam kekekalan untuk hidup kekal sebagai umat-Nya.
             Dalam Yesaya 46: 9-10 menyatakan: ”9 Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku,  10 yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan”. Ayat tersebut menunjukkan kedaulatan keputusan Allah. Dalam Perjanjian Lama kedaulatan keputusan kasih Allah dalam memilih umat Israel juga dinyatakan. Dalam Ulangan 7: 7-8 menyatakan: ”7 Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa?  8 tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir.
            Dalam Perjanjian Baru di dalam pemilihan Bapa sendiri yang berdaulat memberikan orang pilihan kepada Yesus Kristus untuk ditebus. Yohanes 6: 37-39 menyatakan: ”Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.” Edwin H. Palmeer menuliskan:
”Di sini terlihat jelas bahwa orang-orang yang akan dibangkitkan pada akhir zaman, semua orang percaya sejati, diberikan oleh Bapa kepada Kristus. Dan hanya mereka yang diberikan oleh Bapa kepada Kristus yang dapat datang kepada-Nya. Keselamatan sepenuhnya terletak ditangan Allah Bapa. Bapalah yang memeberikan mereka kepada Yesus untuk diselamatkan. Sekali mereka telah diberikan kepada Yesus, Yesus akan menjaga sehingga tak satu pun dari mereka yang akan terhilang. Maka keselamatan tergantung sepenuhnya kepada Bapa yang memberikan sejumlah orang yang diselamatkan kepada Kristus. Ini tidak lain adalah pemilihan tanpa syarat.”[4]
 Di dalam Roma 9: 10, Paulus menggunakan contoh Esau dan Yakub untuk menunjukkan pemilihan dan penolakan Allah sebelum mereka lahir. Dasarnya ialah rencana Allah tentang pemilihan yang jelas dinyatakan dalam Roma 9: 11 ”Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya.” Dari ayat-ayat tersebut sangat jelas bahwa pemilihan adalah kedaulatan Allah. Maka jika Allah berdaulat, Allah memilih siapa saja yang dikehendaki, pemilihan Allh tidak dibatasi oleh faktor-faktor fisik manusia dan pemilihan Allah tidak dapat ditolak. Soli Deo Gloria


[1] Richard D. Philips adalah hamba Tuhan senior di First Presbyterian Church of Carol Springs di Margate, Florida. [Richard D. Philips, Apakah Pemilihan dan Predestinasi itu?, (Surabaya: Momentum, 2013), 11]

[2] Richard D. Philips, Apakah Pemilihan dan Predestinasi itu?...., 5
[3] William F. Arnddt Dan F. Wilbur Gingrich, A Greek-English Lexicon Of The New Testament and other Early Chriatian Literature, (Chicago: The University of Chicago Press, 1982), 60  

[4] Edwin H. Palmeer. The Five Points of Calvinism, (Surabaya: Momentum, 2011), 33