Tampilkan postingan dengan label Introduksi Perjanjian Baru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Introduksi Perjanjian Baru. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Mei 2019

LATAR BELAKANG INJIL MATIUS

Oleh: Made Nopen Supriadi, S.Th
Dalam penulisan latar belakang ini akan menuliskan tentang historisitas Injil Matius, yaitu: siapa penulis, penerima, waktu penulisan dan tujuan penulisan. Selanjutnya membahas tentang Karakteristik Injil Matius yang mencakup antara lain genre Injil Matius, struktur,  ringkasan Injil Matius, tema mesianik, partikularitas dan Universalitas, aspek gerejawi dan ajaran yang eskatologis. Kemudian menuliskan tentang rumusan inti berita Injil Matius, keabsahan teks Injil Matius baik dalam bahasa Yunani dan kanonisasi Injil Matius. Dan point terakhir menuliskan garis besar Injil Matius.

A. Historisitas Injil Matius
Dalam latar belakang ini membahas tentang siapa penulis Injil Matius, penerima Injil matius, waktu penulisan dan tujuan penulisan.

1. Penulis
Injil Matius ditulis oleh Matius seorang pemungut cukai yang dipanggil menjadi murid Tuhan Yesus (Mat. 9:9, 10:3).[1] Ola Tulluan menuliskan:
Gereja mula-mula menganggap rasul Matius sebagai penulis Injil pertama itu. Seorang Uskup di Hierapolis, yaitu Papias, menulis pada tahun 130 bahwa ”Matius telah mencatat pengajaran-pengajaran Yesus.” Hal ini pula telah disinggung oleh Eusebius (seorang ahli sejarah pada abad ke-3 dan ke-4). Menurut Ireneus (± 185 A.D) ”pengajaran-pengajaran” itu adalah Injil Matius. Demikian juga menurut Tertulianus, Origenes dan Klement dari Alexandria. Secara tidak langsung Injil itu sendiri mendukung pandangan ini. Hanya Injil Matius yang mengatakan: ”Matius, Pemungut Cukai” (Mat. 10:3, bd. Mrk. 3:13-19, Luk. 6:12-16). Hanya seorang hamba Tuhan yang merendahkan diri, berani menyebut diri sebagai pemungut cukai, karena para pemungut cukai sangat dibenci di Israel. Penulis yang lain itu tidak mau menjelekkan temannya dengan menyebut hal itu secara terus terang. Juga dalam daftar murid-murid itu (Mat. 10:3, Mrk. 3:13-19, Luk. 6:12-16) terdapat beberapa perbedaan antara ke-4 Injil. Dalam Injil Markus dan Lukas, Matius disebut sebelum Tomas, sedangkan dalam Injil Matius sesudahnya. Inipun adalah tanda atau bukti kerendahan hati dari si penulis sendiri.[2]
Jadi Ola Tulluan menyatakan bahwa dasar kepenulisan Matius berdasarkan kesaksian eksternal yaitu Bapa-bapa Gereja dan kesaksian internal yaitu Kitab Injil Matius sendiri. Mengenai kesaksian internal Donald Guthrie juga menuliskan:
Setidaknya tidak terlalu sulit untuk membayangkan Injil Matius dihasilkan oleh seorang yang tadinya adalah pemungut cukai. Perlu diperhatikan bahwa dalam perdebatan tentang membayar bea yang dicatat di semua Sinoptik, hanya Matius yang memakai kata yang lebih tepat yaitu nomisma (nomisma, koin negara) dan bukan kata yang lebih umum yaitu denarion (denarion).[3]
Jadi berdasarkan data eksternal yaitu pengakuan Bapa-bapa Gereja Mula-mula dan data Internal maka membuktikan bahwa Matius, Anak Alfeus, mantan pemungut cukai yang telah menjadi murid Tuhan Yesus adalah penulis Injil Matius.

2. Penerima dan Tempat Penulisan
Donald Guthrie menyatakan bahwa untuk tidak bersikap dogmatik dalam menentukan penerima dan tempat penerima, hal ini karena ada banyak dugaan.[4] Mengenai penerima dan tempat penulisan Ola Tulluan menuliskan bukti berdasarkan model penulisan Injil Matius:
Matius tidak menjelaskan arti dari adat-istiadat orang Yahudi. Seolah-olah ini sudah diketahui oleh para Pembaca (15:2, 23:5). Kalau Kitab ini ditujukan kepada orang-orang yang berlatar belakang agama-agama lain, maka ada istiadat orang Yahudi harus diterangkan lebih dalam. Perlu diperhatikan bahwa Matius sering mengutip atau menyinggung PL (Perjanjian Lama) tanpa penjelasan apapun. Ini hanya mungkin untuk orang-orang yang telah mengenal isi PL itu (Bdg. Mat. 4:12-16)[5]
Jadi penerima Injil Matius adalah orang Kristen Yahudi. John Balchim juga menuliskan bahwa pembaca Injil Matius adalah orang Kristen Yahudi, sehingga Injil ini diberikan untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.[6] Selanjutnya untuk tempat penulisan Tulluan menuliskan:
”Kita tidak tahu bahwa Kitab ini banyak dipakai oleh jemaat-jemaat di Siria, di mana kebanyakan anggotanya adalah orang Yahudi. Jemaat yang paling tua dan yang paling mempunyai pengaruh terhadap yang lain di daerah itu adalah jemaat di Antiokhia. Oleh karena itu ada banyak ahli theologia yang berpendapat bahwa Injil ini ditulis di Anthiokhia.”[7]
Pandangan tersebut juga didukung oleh Donald Guthrie[8] dan M.E. Duyverman[9] yang menyatakan bahwa Injil Matius membutuhkan wadah yaitu dukungan jemaat dan jemaat yang kuat adalah Anthiokhia. Jadi dari pendapat di atas penulisan Injil Matius di Anthiokhia.

3. Waktu Penulisan
Waktu penulisan yang dimaksud adalah waktu kapan Injil tersebut ditulis, Willi Marxsen dalam metode historis kritisnya memberikan spekulasi waktu penulisan Injil Matius yaitu pada waktu penyerangan pada tahun 70 M oleh jendral Titus.[10] Namun pendapat berbeda diberikan oleh Ola Tulluan, berdasarkan analisis internal Injil Matius, ia menuliskan:
Dalam Matius 24:15 disebut tentang kejatuhan Yerusalem, tetapi dalam bentuk nubuat. Tidak ada satu katapun tentang penggenapan nubuat itu. Hal itu menunjukkan bahwa Injil Matius ditulis sebelum tahun 70 A.D. pada tahun itu Bait Allah diruntuhkan oleh pasukan Romawi. Aneh sekali bilamana peristiwa itu sudah lewat dan tidak disebut ataupun disinggung dalam Injil Matius yang mempunyai makna khusus untuk orang Yahudi. Ireneus mengatakan bahwa Matius menulis Injilnya “pada waktu Petrus dan Paulus mengabarkan Injil di Roma dan mendirikan jemaat di sana”. Tetapi ada kemungkinan besar bahwa mereka berdua berada di Roma pada waktu yang sama antara tahun 60-65. Kalau ini benar maka Injil Matius ditulis antara tahun 60-65.[11]
Jadi berdasarkan analisa internal (Injil Matius) dan kesaksian Bapa Gereja Ireneus maka waktu penulisan Injil Matius yaitu sekitar tahun 60-65 M.

4. Tujuan Penulisan
Tujuan Matius menuliskan Injil ini adalah untuk menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Yesus menggenapi nubuat PL.[12] Selanjutnya Ola Tulluan juga menambahkan tujuan penulisan Injil Matius, yaitu: Pertama, Matius mau menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dalam PL. Kedua, Injil Matius menyatakan Tuhan Yesus sebagai Raja. Ketiga, Matius ingin membela kebenaran Injil terhadap serangan-serangan orang Yahudi. Keempat, menunjukkan universalitas misi dalam Amanat Agung.[13] Selanjutnya dalam Intisari Alkitab PB menjelaskan tujuan Injil Matius ditulis:
1). Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama. 2). Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya. 3). Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari Murid-murid-Nya. 4). Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh jemaat, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali. 5). Untuk menjelaskan tentang cara mengelola gereja.[14]  
Jadi penulisan Injil Matius ini memiliki tujuan yang kompleks, yaitu sebagai penegasan penggenapan nubuat PL, sebagai apologetika terhadap serangan pandangan Yudaisme dan sebagai pendorong gerakan universalitas penginjilan.
  
B. Karakteristik Injil Matius
Karakteristik menunjukan sifat khas dari Injil Matius. Karakteristik Injil Matius dapat dilihat dari genre Injil Matius, struktur, keringkasan Injil Matius, tema Mesianik, prinsip Partkularisme dan Universalisme, Aspek gerejawi dan daya tarik eskatologis dalam Injil Matius.
1. Genre Injil Matius
Istilah genre merupakan kata bahasa Ingggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia merupakan kata benda yang memiliki arti gaya, aliran dan macam.[15] Jadi jika membahas mengenai genre Injil Matius artinya menentukan Injil Matius ini termasuk dalam karya sastra apa. Donald Guthrie menuliskan banyaknya pendapat yang dikemukan tentang genre Kitab-kitab Injil, yaitu Injil sebagai tulisan-tulisan biografi[16], aretologi[17], lektionari[18] dan Midrash.[19]
M.D. Goulder yang dikutip oleh Donald Guthrie menuliskan hasil studinya mengenai genre Injil Matius, ia menyatakan Injil ini (Matius) dapat disesuaikan ke dalam sistem lektionari Yahudi. Injil Matius dibagi ke dalam bagian-bagian yang sesuai dengan pembacaan Perjanjian Lama yang ditetapkan untuk setiap minggunya.[20] Namun pendapat berbeda diutarakan oleh Merrill C. Tenney, ia memasukan Kitab Injil Matius ke dalam Kitab yang berisi sejarah.[21] Selanjutnya dalam pembahasan secara spesifik mengenai Injil Matius Tenney juga menuliskan sifat-sifat khusus dari Injil Matius yaitu Matius adalah Injil pengajaran, Matius adalah Injil jemaat dan Matius adalah Injil Raja.[22]
Jadi dari penjelasan di atas menunjukkan tidak ada indikasi kuat yang menyatakan genre Injil Matius menujuk kepada konsep aretologi Yunani maupun konsep biografi yang berhubungan dengan mitologi Yunani. Maka dapat disimpulkan bahwa genre sastra Injil Matius  memiliki sifat pengajaran (didaktis), historis dan leksionari.

2. Struktur
Struktur yang dimaksud ialah susunan teks dalam Injil Matius.[23] Philip Johnston menyatakan bahwa Injil Matius memiliki dua bagian struktur, hal tersebut dijelaskan dari para pengikut-pengikut Yesus dalam Injil Matius yang akhirnya mengetahui bahwa Dia adalah Sang Mesias. Ia juga menjelaskan bahwa Injil Matius lebih banyak memuat perkataan dan pengajaran Yesus dari pada Injil Markus.[24]
Pernyataan Johston tersebut semakin jelas ketika mengamati penjelasan Ola Tulluan. Ia memberikan komentar mengenai susunan dalam Injil Matius sebagai berikut:
Injil Matius disusun di sekitar 5 khotbah besar. Kelima khotbah itu ialah: 1). Khotbah di Bukit (5:1 – 7:27), 2). Pengutusan kedua belas rasul (10:1 - 42), 3). Perumpaan-perumpamaan (13:1 - 52), 4). Khotbah tentang jemaat Allah (18:1 - 53) dan 5). Khotbah tentang akhir zaman.[25]  
Jadi struktur yang terbentuk dalam Injil Matius berdasarkan dari pengajaran-pengajaran Yesus Kristus. Namun fokus berbeda diberikan John Drane dalam menuliskan struktur Injil Matius:
Perhatian utama Matius adalah untuk menunjukkan Yesus adalah Anak Allah dan Mesias, dan bahawa Kitab Injil disusun menurut pokok sekeliling tema itu: 1). Pribadi Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah (Mat. 1:1-4:16). 2). Pemberitaan berita Yesus (Mat. 4:17 – 16:20). 3). Penderitaan, kematian dan kebangkitan Mesias dan Anak Allah (Mat. 16:21 – 28:20) [26]
Jadi dengan demikian struktur Injil Matius tidak disusun menurut urutan waktu karena penekanan kepada pengajaran (khotbah) dan terfokus menunjukkan Yesus adalah Anak Allah dan Mesias.

3. Ringkasan Injil Matius
Dalam Injil Matius banyak peristiwa yang terjadi ditulis dengan ringkas. Sehingga memudahkan pembaca untuk menemukan inti tulisan dari Injil Matius, sehingga dengan demikian Injil ini telah sering dipakai dan dijadikan liturgi Gereja mula-mula.[27] Ola Tulluan menyatakan ringkasan Injil Matius tentang Yesus Kristus Raja orang Yahudi diperkenalkan dalam Kitab Injil Matius.[28]
Dalam Injil Matius juga menuliskan hal-hal yang khusus tentang Yesus Kristus yang tidak terdapat dalam Kitab-kitab Injil lainnya.[29] Selanjutnya Balchim juga menambahkan bahwa ”Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya”.[30] Hal tersebut juga ditegaskan oleh Philip Johnston yang menyatakan bahwa Matius mengatur laporannya ke dalam lima bagian pengajaran yang dibubuhi dengan kisah-kisah penyembuhan Yesus.[31]
Dari penjelasan di atas maka Injil Matius menuliskan dengan ringkas tentang kehidupan, pengajaran dan pelayanan Yesus dengan teratur sehingga mudah dimengerti oleh pembaca. Ringkasan Injil Matius juga terlihat dari banyaknya ayat-ayat PL yang dikutip tanpa penjelasan yang panjang.
   
4. Tema Mesianik
Tema dalam Injil Matius dapat kita pahami berdasarkan dari teks Injil tersebut. Stanley D. Toussaint menyatakan bahwa Matius menangkap pengharapan Mesianik dan eskspetasi orang Yahudi. Ia memberikan petunjuk kepada pembacanya bahwa Mesias sejati, Anak Daud, benar telah datang.[32] Senada dengan itu Ola Tulluan menuliskan Injil Matius menekankan tentang ”Yesus Kristus Raja orang Yahudi”.[33] Namun Drane menambahkan:
Matius menekankan Perjanjian Lama secara khusus. Kehidupan dan pengajaran Yesus disajikan sebagai penggenapan janji-janji yang dibuat Allah kepada Israel. Hal ini dinyatakan bukan hanya secara umum, Yesus adalah ”anak Daud”, tetapi lebih sering dengan rujukan khusus nats-nats Perjanjian Lama. Umpamanya, ketika Matius menceritakan tentang kembalinya Yesus dari Mesir sebagai seorang anak kecil ke negeri asalnya, ia mengutip pernyataan Hosea tentang pengungsian Israel dari Mesir: ”Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku” (Mat. 2:15; Hos. 11:1).[34]
Merrill J. Tenney menegaskan konsep yang sama dengan Drane, ia menyatakan tema dari Injil Matius dinyatakan pada kata-kata pembukaannya: ”Silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham” (Matius 1:1).[35] Abraham Park juga menyoroti bagian silsilah sebagai point penting dalam memahami Injil Matius.[36] Menurut Guthrie wajar jika orang Kristen mula-mula amat tertarik pada nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang digenapi dalam Yesus Kristus, dan Injil Matius cukup banyak mencatat hal tersebut,[37] sehingga tema mesianik sangat kental dalam Injil Matius.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa penjelasan tentang Yesus sebagai Mesias ditunjukkan baik dalam pelayanan, pengajaran dan kehidupan Yesus. Jadi banyak teks dalam Injil Matius diarahkan kepada Yesus Kristus sebagai Mesias yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Dengan demikian menunjukkan bahwa dalam Injil Matius sangat jelas menuliskan tema Mesianik.

5. Partikularitas dan Universalitas
Istilah Partikular dalam konteks Alkitab sering dipahami sebagai sistem yang mengutamakan kepentingan pribadi/kelompok di atas kepentingan umum yaitu tekanannya pada bangsa Israel.[38] Partikularisme dalam Injil Matius terlihat dari tujuan penulisan Injil tersebut ditujukan kepada orang Yahudi yang percaya. Namun isi Injil Matius sendiri menunjukkan sifat universalitasnya[39] di mana dalam Amanat Agung (Mat. 28:18-20) menunjukkan bahwa kabar baik diberitakan secara universal kepada semua suku dan bangsa.
Donal Guthrie menyetujui adanya sifat pertikularisme dan universalisme dalam Injil Matius.[40] Selanjutnya mengenai adanya gambaran partikularisme dan universalisme dalam Injil Matius ditegaskan juga oleh John Drane, ia menuliskan:
Di dalam Matiuslah kita menemukan kecaman yang paling pedas tentang kemunafikan orang Farisi (Mat. 23:1-36), dan ada sejumlah indikasi bahwa masa Israel sebagai umat Allah telah berlalu (Mat. 8:10-12; 21:43). Hal ini diimbangi dengan penekanan yang menonjol terhadap pelayanan misioner jemaat. Hal itu menjadi sangat eksplisit dalam amanat misioner besar yang diberikan Yesus kepada murid-murid-Nya pada akhir Kitab Injil ini (Mat. 28:16-20).[41]
Jadi secara partikularisme konteks Injil yang khusus bagi orang Yahudi dan Universalisme menunjukkan bahwa Injil tersebut memiliki sifat yang Universal.

6. Aspek Gerejawi
Dari keempat Injil, hanya Injil Matius yang mencatat pengajaran khusus tentang gereja.[42] Paul Enns dalam pembahasannya mengenai ekklesiologi (doktrin gereja) menjelaskan Di Kitab Injil istilah ekklesia hanya muncul dua kali di matius 16:18 dan 18:17.[43] Merrli C. Tenney dalam pembahasannya mengenai sifat-sifat khusus Injil Matius juga menuliskan bahwa Matius adalah Injil Jemaat. Ia menuliskan:
Injil Matius adalah satu-satunya Injil yang memunculkan kata ”jemaat” (16:18; 18:17). Kedua ayat ini diucapkan oleh Yesus, yang menunjukkan bahwa Ia mempunyai gagasan yang pasti tentang gereja sebagai suatu lembaga yang akan datang.[44]
Mengenai dasar gereja yang dinyatakan dalam Matius 16:18 jelas menunjuk kepada Yesus Kristus. Meskipun timbul penafsiran lain yang menyatakan bahwa dasar gereja adalah Petrus.[45] Oleh karena itu aspek gerejawi menjadi unik karena Yesus adalah dasarnya. Prinsip tersebut juga ditegaskan oleh Donald Guthrie, ia menyatakan bahwa kata Ekklesia (ekklhsia) keluar dari mulut Yesus sendiri, serta ungkapan bertemunya dua tiga orang di dalam nama Kristus (Mat. 18:20) dan Gereja harus memuridkan segala bangsa dan membaptiskan para murid di dalam Nama Tritunggal, mengajarkan semua perintah Yesus serta janji penyertaan sampai akhir zaman (Mat. 28:19-20).[46]
Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa hanya di dalam Injil Matius Tuhan Yesus memberikan adanya konsep jemaat atau gereja bagi orang yang percaya.  Jadi konsep tentang gereja merupakan ajaran yang unik dalam Injil Matius, karena secara literal dan eksplisit hanya terdapat dalam Injil Matius.

7. Ajaran Yang Eskatologis
Injil Matius memberikan catatan mengenai hal-hal yang bersifat eskatologis. Donald Guthrie menjelaskan:
Matius tidak membatasi catatan eskatologisnya pada materi pembahasan di pasal 24-25, karena unsur-unsur ini muncul di beberapa perumpaan yang hanya tercatat dalam Injilnya. Penafsiran akan perumpaan lalang (13:36 dst.), kesimpulan dari perumpaan sepuluh anak dara (25:13) dan perumpaan talenta (25:30), yang begitu berfokus pada akhir zaman, menjadi ciri khas Matius.[47]
Philip Johnston juga menuliskan adanya muata esaktologis dalam ajaran Injil Matius, ia menuliskan:
Cara Yesus memakai perumpamaan untuk melukiskan bagaimana kerajaan Allah akan bertumbuh, dan bagaimana hal itu akan berujung pada suatu penghukuman terakhir, di mana mereka yang menolak masuk ke dalam kerajaan itu tidak mendapat bagian dari berkat-berkatnya dan akan menderita kerugian yang tak terkira (pasal 13).[48]
Pernyataan Johnston tersbut juga didukung oleh Tenney, ia menuliskan:
Mulai dari bagian keempat Injil Matius (11:2 – 13:53) cerita perumpamaan banyak dipakai. Tidak semuanya terdapat dalam bagian ini, tetapi kumpulan kisah perumpamaan yang terbanyak terdapat dalam pasal ketiga belas ini. Dalam gambaran yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, mereka melukiskan sifat dan program kerajaan surga, terutama yang berhubungan dengan masa yang akan datang.[49]
Berdasarkan penjelasan di atas maka jelaslah bahwa dalam Injil Matius banyak membicarakan tentang hal-hal eskatologis yang berkaitan tentang akhir zaman dan kedatangan Tuhan Yesus yang banyak disampaikan Yesus melalui perumpamaan.

C. Rumusan Inti Berita Injil Matius
Dalam rumusan inti berita kita akan melihat hal utama (mayor) yang menjadi inti pembahasan dalam Injil Matius. Ola Tulluan menuliskan dengan jelas mengenai hal tersebut:
a). Kalimat pertama menjelaskan tentang tujuan si penulis: ”inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham” (Mat. 1:1). Matius mau menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dalam PL. Oleh karena itu dikatakan ”anak Daud, anak Abraham”. Seolah-olah Matius menekankan bahwa tidak usah lagi orang Yahudi menantikan kedatangan Mesias untuk melepaskan mereka dari kesesakan. Di dalam Yesus Kristus, Mesias itu sudah datang. Yesus Kristus telah menggenapi segala janji Allah mulai dengan Abraham. ”Seluruh Inji Matius menitikberatkan bahwa hidup Yesus Kristus tertuju kepada menggenapi Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama (2:17-18, 3:15, 4:14, 5:17 dst.). Ada lebih 60 kutipan dari PL. Jumlah ini lebih besar daripada jumlah kutipan dalam Kitab-Kitab Injil yang lain. Hal ini dikuatkan mengingat bahwa Matiuslah yang paling banyak memakai istilah ”genaplah” (Bd. 1:22, 2:15, 17, 23, 4:14, 26:54, 56 dst).”
b). Injil Matius menyatakan Tuhan Yesus sebagai Raja. Oleh sebab itu Injil ini mulai dengan ”Kuasa Allah” yang diberikan kepada Yesus. Hal ini nampak dalam istilah ”anak Daud”. Dalam pengertian orang Yahudi raja daud adalah lambang kekuasaan. Kitab Matius juga diakhiri dengan perkataan tentang kuasa Yesus, yaitu Amanat Agung (Mat. 28:18).
c). Ada tujuan lain, yaitu bahwa Injil Matius ingin membela kebenaran Injil terhadap serangan-serangan orang Yahudi. Seluruh Injil ini berbau anti agama Yahudi. (Mat. 5:20, 22:1-14, 23:1-36 dst). bahwa pembelaan ini adalah terhadap orang-orang Yahudi menjadi jelas dalam beberapa istilah yang dipakai.
i). Kerajaan Surga. Dalam Kitab-kitab Injil yang lain disebut ”Kerajaan Allah”. Seorang Yahudi tidak bisa memakai nama Allah (Yahwe). Nama Allah itu terlalu suci sifatnya, sehingga tidak boleh disebut. Oleh karena itu Matius memakai istilah ”Kerajaan Surga”.
ii). Hanya Matius yang mengatakan: ”Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari Umat israel” (Mat. 15:24). Hal inipun menggarisbawahi bahawa latar belakang para pembaca adalah agama Yahudi.
d). Walaupun Inji Matius diwarnai oleh latar belakang Yahudi, hal itu tidak berarti bahwa skopusnya sempit. Matiuslah yang menyinggung orang-orang Majus dari Timur (2:1 dst), dan yang menyampaikan perintah Yesus untuk memberitakan Injil secara Unviersalisme sampai ke ujung bumi (Mat. 28:18-20).
e). Satu-satunya Kitab Injil yang menyebut akan jemaat Kristen secara langsung adalah Injil Matius (16:18, 18:17, dst.) Menurut Matius jemaat ini akan didirikan atas pekabaran Injil, baptisan dan penggembalaan. (bd. 28:18-20): ”jadikanlah murid-Ku, baptislah, ajarlah”. [50]
Jadi inti berita dalam Injil Matius tentang penggenapan Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dalam PL, Yesus sebagai Raja, apologetika terhadap ajaran-ajaran Yudaisme, konteks partikular dan universal dan tentang konsep gereja.

D. Keabsahan Teks Injil Matius
Keabsahan teks Injil Matius perlu untuk dipaparkan, agar memberikan keyakinan bahwa apa yang dibahas betul-betul sebuah dokumen yang bukan hanya sekedar tulisan historis tetapi juga bernilai teologis sebagai Firman Allah. Oleh karena itu pada bagian ini akan membahas mengenai keabsahan teks Injil Matius dalam bahasa Yunani dan fakta kanonisasi Injil Matius.
1. Injil Matius ditulis dalam Bahasa Yunani
Meskipun banyak padangan yang menyatakan bahwa Injil Matius ditulis dalam bahasa Aramik dan Ibrani[51], mengenai hal tersebut Merrill C. Tenney menuliskan:
Tradisi yang mengatakan bahwa aslinya Injil ini tertulis dalam bahasa Aram tidak menutup kemungkinan bahwa penulis ini kemudian menerbitkannya dalam bahasa Yunani yang segera mengalahkan popularitas Kitab yang pertama-tulisan sebelumnya.[52]
Jadi menurut Tenney ada kemungkinan Injil Matius pernah ditulis dalam bahasa Ibrani atau Aramik tetapi kemudian digantikan dengan bahasa Yunani oleh Matius sendiri. Samuel Benyamin Hakh dalam bukunya Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-Pokok Teologisnya menolak pemahaman dari Tenney, ia menuliskan:
Papias, seorang Bapa Gereja, melaporkan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius murid Yesus dalam dialek Bahasa Ibrani, kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Yunani. Namun demikian, laporan Papias ini sulit diterima. Ada dua alasan yang dapat dikemukakan. Pertama, tidaklah mungkin seorang saksi mata seperti matius, yang mengalami pelayanan Yesus, menjadikan tulisan dari Markus, seorang yang bukan saksi mata sebagai dasar tulisannya. Kedua, perubahan nama dari Lewi dalam markus 2:14 menjadi Matius dalam Matius 9:9, secara jelas mencerminkan suatu proses penulisan yang bukan berasal dari saksi mata. Perubahan yang sama juga dilakukan oleh Matius pada penggatian nama Salome dalam Markus 15:40 menjadi ibu anak-anak Zebedeus dalam Matius 27:56.[53]
Jadi Injil Matius tetap dituliskan dalam huruf Yunani. Pendapat tersebut juga ditegaskan oleh seorang Sekretaris Lembaga Alkitab di Belanda seksi penerjemahan bernama M.E. Duyverman menyatakan:
Kitab Perjanjian Baru – anggapan ini umum diterima sekarang – ditulis mula-mula dalam bahasa Yunani... agaknya Yesus juga berbicara bahasa Yunani (percakapan dengan Pilatus: Yoh. 18:33, dst.), tetapi bahasa ibu mereka zaman itu ialah bahasa Aram. Bekas-bekasnya masih terdapat di sana-sini dalam Perjanjian Baru, misalnya: ”Rabuni” (Yoh. 20:16). ”Talita kum” (Mrk. 5:41), ”Maranatha” (1Kor. 16:22), ”Abba” (Gal. 4:6).[54] 
Jadi menurut Duyverman Injil tetap ditulis dalam bahasa Yunani, meskipun bahasa Aram menjadi bahasa keseharian dalam kehidupan pelayanan Yesus. Hal tersebut juga diakui oleh tim penerjemah Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia yang juga menyatakan bahwa meskipun Yesus berbicara dalam bahasa Aram, kitab-kitab Injil ditulis dalam bahasa Yunani.[55] Selanjutnya Adina Chapman menyatakan bahwa bahasa Yunani merupakan bahasa universal pada saat penulisan Injil dan Yesus juga menggunakan terjemahan Septuaginta (Kitab-kitab PL dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan ke bahasa Yunani).[56] Menegaskan hal tersebut Philip Johnston menyatakan bahwa Kitab-kitab Injil itu aslinya ditulis dalam bahasa Yunani,[57] dan bahasa Yunani sebanyak dalam Injil Matius sebanyak 18.300 kata.[58] Maka dengan demikian sangat jelas bahwa Injil Matius yang pertama kali ditulis dalam bahasa Yunani.

2. Kanonisasi Injil Matius
Kanonisasi berasal dari kata kanon yang artinya pengukur. Kanonisasi Kitab-kitab Perjanjian Baru tidak lepas dari karya Roh Kudus, seperti yang dikatakan oleh F.F. Bruce:
Biasanya iman Kristen yang historis mengatakan bahwa Roh Kudus yang memimpin penulis masing-masing kitab, Dia juga yang memimpin seleksi dan pengumpulannya, jadi melanjutkan pemenuhan janji Tuhan bahwa Ia akan memimpin murid-murid-Nya dalam segala kebenaran. Bagaimana pun juga, ini merupakan sesuatu yang harus disingkapkan oleh penglihatan rohani, dan bukan oleh penelitian historis.[59]
Kanonisasi terjadi pada tahun 397 pada konsili Karthago. Pada waktu itu ke – 66 Kitab (39 – PL dan 27 - PB) disahkan sebagai totalitas Firman Allah, dan pada abad ke 17 ke 66 Kitab ini diakui secara tidak meragukan oleh Sidang Gereja (Konsili) Westminster.[60] Selanjutnya W. Gary Crampton menuliskan kualifikasi dalam kanonisasi Kitab-Kitab Perjanjian Baru sama dengan kualifikasi kanon Perjanjian Lama, ia menuliskan:
Perjanjian Lama diterima karena: 1). Kepenulisannya bersifat kenabian, 2). Penerimaan oleh orang/agama Yahudi (secara historis), dan 3) konsistensi doktrin dalam keseluruhan Perjanjian Lama. Kriteria untuk Perjanjian Baru juga sama: 1) kepenulisannya bersifat kerasulan, 2). Penerimaan oleh Gereja mula-mula, dan 3). Konsistensi doktrin dengan keselarasan Alkitab.[61]

Mengenai teks Kitab-kitab PB, Philip Johnston juga menuliskan mengenai bukti tekstual Alkitab PB:

Bukti naskah untuk Alkitab PB lebih banyak ketimbang Alkitab PL, yaitu meliputi lebih dari 5.000 naskah dalam bahasa Yunani. Kebanyakan naskah tersebut berupa fragmen, memuat bagian-bagian dari Alkitab PB (misalnya, Kitab-Kitab Injil dan Surat-surat kiriman). Naskah-naskah tertua (abad ke – 2 sampai ke - 7) terbuat dari papirus, bahan semacam kertas dari alang-alang yang tumbuh di Mesir. Yang masih bertahan kurang lebih 100 papirus. Sebagaian besar naskah yang ada terbuat dari perkamen atau kulit binatang. Semua naskah itu memiliki dua gaya penulisan. Yang lebih tua menggunakan unsial, mirip dengan huruf-huruf besar, yang ditulis pada abad ke – 4 sampai ke – 9. Yang belakangan menggunakan miniskul, huruf-huruf miring yang mirip dengan huruf kecil, yang ditulis pada abad ke – 9 dan seterusnya. Ada sekitar 300 naskah unsial dan 3.000 naskah miniskul. Selain itu, ada lebih dari 2.000 lektionar, yaitu buku bacaan jemaat yang terdiri dari bacaan liturgi pilihan untuk kalender gerejawi. Lektionar ini ditulis pada abad ke – 9 sampai ke – 14.[62]

Dari tulisan di atas jelas bahwa keabsahan Kitab-kitab Injil tidak diragukan karena banyaknya bukti naskah-naskah kuno ditemukan. Selanjutnya ia juga menuliskan uji sejarah untuk kanonisasi PB sebagai berikut:

1). Rasul-rasul sebagai sumber. Apakah kitab itu menunjukkan bukti otoritas ilahi? Yesus memberikan amanat kepada rasul-rasul-Nya untuk memberitakan pesan-Nya yang penuh kuasa, Ketika menilai Kitab-kitab untuk kanonisasi, gereja mula-mula sangat menekankan pada otoritas rasuli, bahkan kitab-kitab yang tidak ditulis langsung oelh seorang rasul (misalnya Injil Markus dan Injil Lukas) diakui memiliki otoritas rasuli karena para penulisnya mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan para rasul.
2). Konsistensi teologis dengan tulisan Alkitab yang lain: ketetapan iman. Karena Allah adalah Tuhan kebenaran, penyataan yang baru tidak mungkin bertentangan denagn penyataan sebelumnya, tetapi akan selaras dengan bentuk tradisi yang diturunkan oleh komunitas iman yang autentik.
3). Pengakuan oleh komunitas yang dipenuhi Roh. Meskipun ujian ini tidak menolak perbedaan-perbedaan pendapat atau memperdebatkan tentang kanonisasi, pada saatnya gereja telah mengakui kehadiran Roh Kudus dalam tulisan-tulisan yang benar-benar diilhamkan.
4). Kuasa yang mengubahkan. Apakah karya itu memperlihatkan kuasa Allah yang mengubah kehidupan? Firman Allah dikenal dari kemampuannya yang hidup dan dinamis untuk memperbaharui dan memulihkan kehidupan orang (Ibr. 4:12)[63]
Dalam 66 Kitab yang telah disahkan dalam kanon, Kitab Injil Matius jarang mendapatkan kesangsian. Banyak Theolog tidak membuat kesangsian terhadap Kitab Injil Matius begitu juga para Reformartor baik Marthin Luther dan Calvin tidak memberikan keberatan terhadap Kitab Injil Matius dalam Perjanjian Baru.[64]
Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teks Injil Matius tidak diragukan keabsahannya dalam tulisan-tulisan kanonik. Dengan demikian tidak ada keraguan untuk memegang teguh pesan-pesan dalam Kitab Injil Matius.

E. GARIS BESAR INJIL MATIUS
Garis besar Injil Matius diperlukan untuk memudahkan memahami pembahasan keseluruhan dalam Injil Matius. Mengenai hal tersebut Donald Guthrie menuliskan:
I.                   KISAH KELAHIRAN TUHAN YESUS (1:1-2:23)
a.       Silsilah (1:1-17)
b.      Kelahiran Yesus (1:18-25)
c.       Kunjungan orang Majus (2:1-12)
d.      Penyingkiran dan kembalinya keluarga Yesus dari Mesir (2:13-23)
II.                PERSIAPAN UNTUK PELAYANAN (3:1-4:11)
a.       Misi Yohanes Pembaptis (3:1-12)
b.      Baptisan Yesus (3:13-17)
c.       Pencobaan di padang gurun (4:1-11)
III.             PELAYANAN DI GALILEA (2:12-25)
a.       Permulaan pelayanan (4:12-17)
b.      Pemanggilan murid-murid pertama (4:18-22)
c.       Perjalanan pengajaran di Galilea (4:23-25)
IV.             BAGIAN DISKURSUS I: KHOTBAH DI BUKIT (5:1-7:29)
a.       Pengantar (5:1-2)
b.      Ucapan Bahagia (5:3-23)
c.       Garam dan terang dunia (5:13-16)
d.      Sikap Yesus terhadap Hukum Taurat (5:17-48)
e.       Pengajaran akan praktik agamawi (6:1-7:27)
f.       Reaksi pendengar (7:28-29)
V.                NARASI (8:1-9:34)
a.       Penyembuhan orang kusta, hamba seorang perwira, ibu mertua Petrus dan banyak orang lain (8:1-17)
b.      Ujian bagi dua orang murid (8:18-22)
c.       Peredaan badai (8:23-27)
d.      Penyembuhan orang kerasukan dan orang lumpuh (8:28-9:8)
e.       Matius dipanggil (9:9-13)
f.       Hal berpuasa (9:14-17)
g.      Penyembuhan anak kepala rumah ibadat, perempuan yang sakit pendarahan, dua orang buta, dan seorang bisu yang kerasukan setan (9:18-34)
VI.             BAGIAN DISKURSUS II: DISKURSUS PENGUTUSAN (9:35-10:42)
a.       Belas kasihan Yesus (9:35-38)
b.      Para murid dipanggil (10:1-15)
c.       Peringatan terhadap aniaya yang akan datang (10:16-25)
d.      Dorongan agar tidak takut (10:26-33)
e.       Peringatan tentang pemisahan dalam rumah tangga (10:34-39)
f.       Janji pemberian upah (10:40-42)
VII.          NARASI (11:1-12:50)
a.       Yesus mengajar di Galilea (11:1)
b.      Pertanyaan Yohanes Pembaptis (11:2-6)
c.       Kesaksian Yesus tentang Yohanes (11:7-15)
d.      Penilaian Yesus akan generasi-Nya (11:16-19)
e.       Yesus mengecam beberapa kota (11:20-24)
f.       Yesus mengucap syukur kepada Allah (11:25-27) dan mengundang yang lesu dan berbeban berat (11:28-30)
g.      Sabat di ladang gandum (12:1-8)
h.      Penyembuhan di Sinagoge (12:9-14)
i.        Penyembuhan orang banyak (12:15-21)
j.        Kritik orang Farisi dan jawaban Yesus (12:22-37)
k.      Pencari tanda dan tanda Yunus (12:38-42)
l.        Kembalinya roh jahat (12:43-45)
m.    Sanak saudara Yesus yang sejati (12:46-50)
VIII.       BAGIAN DISKURSUS III: PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN KERAJAAN ALLAH (13:1-52)
a.       Penabur dan benih (13:1-52)
b.      Alasan bagi pemakaian perumpaan (13:10-15) dan posisi istimewa para murid (13:16-17)
c.       Penjelasan perumpamaan pertama (13:18-23)
d.      Lalang dan gandum (13:24-30)
e.       Biji sesawi dan ragi (13:31-33)
f.       Dukungan Perjanjian Lama bagi pemakaian perumpaan (13:34-35)
g.      Penjelasan perumpamaan lalang dan gandum (13:36-43)
h.      Harta terpendam, mutiara berharga, dan pukat (13:44-51)
i.        Ahli Taurat yang mengetahui tentang Kerajaan (13:52)
IX.             NARASI (13:53-17:27)
a.       Yesus ditolak di Nazaret (13:53-58)
b.      Kematian Yohanes Pembaptis (14:1-12)
c.       Mujizat: lima ribu orang diberi makan; berjalan di atas air; penyembuhan di Genesaret (14:13-36)
d.      Adat istiadat para tua-tua (15:1-20)
e.       Mujizat lain: orang yang kerasukan setan di daerah Tirus dan Sidon; penyembuhan orang banyak; empat ribu orang diberi makan (15:21-39)
f.       Orang Farisi menuntut tanda (16:1-4)
g.      Diskursus tentang ragi (16:5-12)
h.      Pengakuan Petrus di Kaisarea Filipi (16:13-20)
i.        Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus (16:21-23) dan pemberitahuan tentang penderitaan para murid (16:24-28)
j.        Pemuliaan dan ucapan tentang Elia (17:1-13)
k.      Penyembuhan anak muda yang sakit ayan (17:22-23)
l.        Pembicaraan tentang bea Bait Allah (17:24-27)
X.                BAGIAN DISKURSUS IV: BERBAGAI-BAGAI UCAPAN (18:1-35)
a.       Pertanyaan tebntang siapa yang terbesar (18:1-5)
b.      Tanggung jawab karena membuat orang lain tersandung (18:6-10)
c.       Contoh domba yang hilang (18:11-14)
d.      Teguran dan rekonsiliasi (18:15-22)
e.       Perumpamaan hamba yang tidak berbelaskasihan (18:23-35)
XI.             NARASI : PERIODE YUDEA (19:1-22:46)
a.       Yesus pergi ke Yudea (19:1-2)
b.      Soal pernikahan dan perceraian (19:3-12)
c.       Yesus memberkati anak-anak (19:13-15)
d.      Anak muda yang kaya datang kepada Yesus (19:16-22)
e.       Komentar Yesus tentang kekayaan dan upah (19:23-30)
f.       Perumpamaan tentang para pekerja di Kebun Anggur (20:1-16)
g.      Pemberitahuan tentang penderitaan Yesus (20:17-19)
h.      Istri Zebedeus meminta tempat terhormat bagi kedua anaknya (20:20-28)
i.        Penyembuhan dua orang buta (20:29-34)
j.        Masuk ke Yerusalem (21:1-11)
k.      Penyucian Bait Allah (21:12-17)
l.        Kontroversi di pelataran Bait Allah (21:23-22:46)
XII.          BAGIAN DISKURSUS V: PENGAJARAN ESKATOLOGI (23:1-25:46)
a.       Kecaman kepada orang Farisi (23:1-36)
b.      Ratapan terhadap Yerusalem (23:37-39)
c.       Diskursus apokaliptik (24:1-25:46)
XIII.       NARASI PENDERITAAN DAN KEBANGKITAN (26:1-28:20)
a.       Persiapan (26:1-19)
b.      Pemberitahuan tentang pengkhianatan (26:20-25)
c.       Perjamuan terakhir (26:26-29)
d.      Pemberitahuan tentang penyangkalan Petrus (26:30-35)
e.       Di getsemani (26:36-46)
f.       Penahanan, peradilan, dan penyaliban (26:47-27:56)
g.      Penguburan (27:57-66)
h.      Kebangkitan, pemunculan, dan mandat perpisahan (28:1-20)[65]

Jadi Guthrie menyusun garis besar berdasarkan diskursus dan narasi dalam Injil Matius. Selanjutnya Ola Tulluan memberikan konsep yang berbeda mengenai garis besar Injil Matius, ia menuliskan:
PENDAHULUAN
a.    Silsilah (1:1-17)
b.   Kelahiran (1:18-2:23)
c.    Baptisan (3:1-17)
d.   Pencobaan (4:1-11)
I.    PELAYANAN TUHAN YESUS DI GALILEA
a.    Pendahuluan (4:12-25)
b.   Pengajaran: Khotbah di Bukit (5:1-7:27)
c.    Pekerjaan: 10 macam tanda mujizat (8:1-9:38)
d.   Pengajaran: Khotbah pengutusan (10:1-42)
e.    Berita pelayanan Tuhan Yesus (11:1-12:50)
f.    Pengajaran: perumpamaan-perumpamaan (13:1-52)
g.   Berita pelayanan Tuhan Yesus (13:53-17:27)
h.   Pengajaran: Tentang jemaat Allah (18:1-35)
II. PELAYANAN TUHAN YESUS DI YUDEA
a.    Berita pelayanan Tuhan Yesus (19:1-22:46)
b.   Pengajaran: tentang akhir zaman (23:1-25:46)
c.    Penyaliban Yesus (26:1-27:66)
d.   Kebangkitan Yesus (28:1-15)
e.    Perintah untuk memberitakan Injil (28:16-20)[66]

Jadi Tulluan merumuskan garis besarnya dengan berfokus pada konteks pelayanan Tuhan Yesus. Hal serupa juga ditulisakn oleh Homer A. Kent, namun ia membuat pemisahan tersendiri antara kesengsaraan Yesus dan Kebangkitan-Nya. Berikut susunan garis besarnya:
I.                   Kelahiran dan Masa Kecil Yesus Kristus (1:1-2:23)
A.    Silsilah Kristus (1:1-17)
B.     Kelahiran Kristus (1:18-25)
C.     Kunjungan Orang Majus (2:1-12)
D.    Penyingkiran ke Mesir dan Pembunuhan Anak-anak (2:13-18)
E.     Tinggal di Nazaret (2:19-23)
II.                Awal Pelayanan Yesus Kristus (3:1-4:11)
A.    Pendahulu Kristus (3:1-12)
B.     Baptisan Kristus (3:12-17)
C.     Pencobaan yang dialami Kristus (4:1-11)
III.             Pelayanan Yesus Kristus (4:12-25:46)
A.    Di Galilea (4:12-18:35)
1.      Penetapan untuk tinggal di Kapernaum (4:12-17)
2.      Panggilan Atas Empat Murid (4:18-22)
3.      Ulasan Umum Mengenai Pelayanan di Galilea (4:23-25)
4.      Khotbah di Bukit (5:1-7:29)
5.      Sepuluh Mukjizat dan Berbagai Peristiwa Terkait (8:1-9:38)
6.      Misi Kedua Belas Murid (10:1-42)
7.      Jawaban Yesus kepada Yohanes dan Khotbah yang Bertalian 11:1-30
8.      Pertentangan dari Golongan Farisi (12:1-50)
9.      Serangkaian Perumpamaan Tentang Kerajaan Allah (13:1-58)
10.  Penyingkiran Yesus Setelah Kepala Yohanes Dipenggal (14:1-36)
11.  Pertentangan mengenai Adat Istiadat dengan Orang Farisi (15:1-20)
12.  Menyingkir ke Fenisia dan Penyembuhan Putri Seorang Perempuan Kanaan (15:21-28)
13.  Kembali ke Danau Galilea dan Mengadakan Mukjizat (15:29-38)
14.  Pertentangan Baru dengan Orang Farisi dan Saduki (15:39-16:4)
15.  Kepergian Yesus ke Wilayah Kaisarea, Filipi (16:5-17:23)
16.  Pengajaran kepada Kedua Belas Murid di Kapernaum (17:24-18:35)
B.     Daerah Seberang Sungai Yordan (Perea) 19:1-20:16
1.      Pengajaran Tentang Perceraian (19:1-12)
2.      Yesus memberkati Anak-anak (19:13-15)
3.      Wawancara dengan Orang Muda yang Kaya (19:16-30)
4.      Perumpamaan Tentang Para pekerja di Kebun Anggur (20:1-16)
C.     Di Yudea (20:17-34)
1.      Pemberitahuan Lain Mengenai Kematian dan Kebangkitan Kristus (20:17-19)
2.      Permohonan Ambisius Putra-putra Zebedeus (20:20-28)
3.      Penyembuhan Dua Orang Buta (20:29-34)
D.    Di Yerusalem (21:1-25:46)
1.      Masuk Yerusalem dengan Penuh Kemenangan (21:1-11)
2.      Penyucian Bait Allah (21:12-17)
3.      Pengutukan Pohon Ara (21:18-22)
4.      Mempersoalkan Kuasa Yesus dan Jawaban-Nya yang Bersifat Perumpamaan (21:23-22:14)
5.      Beberapa Kelompok Mempersoalkan Yesus (22:15-46)
6.      Kecaman Yesus Terhadap Orang Farisi di Depan Umum (23:1-39)
7.      Khotbah di Bukit Zaitun (24:1-25:46)
IV.             Kesengsaraan Yesus Kristus (26:1-27:66)
A.    Komplotan Menentang Yesus (26:1-16)
B.     Perjamuan terakhir (26:17-30)
C.     Nubuat Tentang penyangkalan Petrus (26:31-35)
D.    Rangkaian Peristiwa di Getsemani (26:36-56)
E.     Rangkaian Peristiwa di Pengadilan Yahudi (26:57-27:2)
F.      Penyesalan yang Mendalam oleh Yudas (27:3-10)
G.    Rangkaian Peristiwa di Pengadilan Romawi (27:11-31)
H.    Penyaliban (27:32-56)
I.       Penguburan (27:57-66)
V.                Kebangkitan Yesus Kristus (28:1-20)
A.    Penemuan Kubur yang Kosong (28:1-18)
B.     Penampakan Yesus (28:9-10)
C.     Laporan Para Penjaga (28:11-15)
D.    Amanat Agung (28:16-20)[67]

Jadi dari ketiga susunan garis besar Injil Matius maka dapat disimpulkan, semua teks dalam Injil Matius merupakan satu kesatuan karena dari ketiga contoh tersebut tidak menunjukkan adanya penolakan terhadap bagian teks dalam Injil Matius terutama Matius 19:1-12. Lalu perbedaan perumusan garis besar hanya berdasarkan dari fokus terhadap Injil Matius, jika memfokuskan pada bentuk sastra maka dapat mengikuti garis besar dari Donald Guthrie, dan jika fokus pada konteks pelayanan bisa mengikuti garis besar dari Ola Tulluan dan jika ingin fokus pada konteks dan karya Kristus dapat mengikuti susunan dari Homer A. Kent.  


[1]John Balchim, dkk, Intisari Alkitab Perjanjian Baru (Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2009), 9
[2] Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru (Batu: Departemen Literatur YPPII, 1999), 34
[3] Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru, Vol. 1 (Surabaya: Momentum, 2010), 35
[4] Tujuan Palestina banyak dilawan karena berasal dari Papias yang dianggap bisa jadi tidak menunjuk Injil Matius . Juga dikatakan bahwa bahasa asli Injil Matius, bahasa Yunani, tidak mendukung tujuan Palestina. Alternatifnya adalah Siria. Jikia benar demikian, mungkin Injil Matius ditujukan bagi pusat KeKristenan yang penting di Siria, dan tempat apa yang lebih baik daripada Antiokhia. Sebagaian besar theolog menamakan jemaat yang menerima Injil Matius dengan jemaat Injil ini dituliskan. Ini karena mereka menganggap Injil Matius sebagai produk komunitas atau setidaknya, ditulis untuk memenuhi kebutuhan komunitas tertentu. Jika seorang editor mengerjakan Injil Matius, maka mungkin sekali ia berasal dari komunitas yang sama. Lihat: (Donald Guthrie, Pengantar,..., 22-23) 
[5] Ola Tullan, Introduksi,36
[6] John Balchim, Intisari, 9
[7]Ola Tulluan, Introduksi, 35
[8] M.E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 2011), 49
[9] Donald Gutrie, Pengantar, 23
[10] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2012), 184
[11] Ola Tulluan, Introduksi, 35
[12] Donald Guthrie menuliskan: Pertama, Silsilah dalam Injil Matius mau menunjukkan bahwa Yesus adalah keturunan langsung Abraham dan hal ini dengan jelas mengindikasikan maksud Matius. (Lihat: Donald Guthrie, Pengantar, 18).
[13] Ola Tulluan, Introduksi, 36-37 
[14] John Balchim, dkk, Intisari,...., 9
[15] John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2010), 265
[16] Arti kata biografi adalah riwayat hidup; buku yang menguraikan riwayat hidup seorang tokoh. (Lih.: Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Semarang: Widya Karya, 2014), 89). Menurut C.H. Talbert yang dikutip oleh Donald Guthrie, perbandingan ini merupakan kunci kita mengerti Injil. Ia mengklaim menemukan sudut pandngan mistik dari karya biografi kuno terhadap Injil. Ia menunjukkan adanya kesejajaran dalam hal kategori ilah dan manusia, dan kategori tengah dari yang kekal dan yang abadi. Lalu, mitos manusia ilahi yang muncul di budaya Yunani dan budaya kuno lainnya dianggap bisa menjelaskan cara sebagian orang Kristen mula-mula memikirkan Kristus. (Lih.: Donald Guthrie, Pengantar, 2). 
[17]Aretologi [Yun arete kebajikan + logia]: bahan yang menceritakan tentang kehebatan (karena mis. Kebajikan; perbuatan ajaib dsb.) seorang dewa ataupun manusia (Lih.: Henk ten Napel, Kamus Teologi Inggris-Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 40). Donald Guthrie menjelaskan bahwa ada pemikiran tentang genre Injil Matius yaitu kisah perbuatan ajaib yang dilakukan oleh para ilah atau pahlawan. Di sini, manusia-ilahi Yunani juga dijadikan pola bagi narasi Injil tentang Yesus (Lih.: Donald Guthrie, Pengantar, 3). 
[18] Lektionari: daftar bacaan-bacaan Alkitab untuk digunakan dalam ibadah jemaat (Lih.: Hen ten Napel, Kamus, 192). 
[19] Midrash artinya penjelasan oleh para Rabi tentang teks PL. (Hen ten Napel, Kamus, 211)
[20] Donale Guthrie, Pengantar, 3
[21] Merrill C. Tenney, Survei, 160-161
[22] Tenney, Survei, 194-195
[23] Kritik sastra berguna untuk menentukan jenis-jenis pertanyaan yang dapat diajukan terhadap teks. Bagaimanakah suatu dokumen dapat dipecah menjadi bagian demi bagian? Makna apakah yang dapat dikenakan pada keseluruhan dan makna apakah yang dapat dikenakan pada setiap bagian? Bagaimanakah kita menjelaskan tatanan dari bagian-bagian itu? (Lih.: Donald Guthrie, Pengantar, 5)
[24] Philip Johnston, IVP, 302
[25] Ola Tulluan, Introduksi, 38-39
[26] (John Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011), 217
[27] ”Dibandingkan dengan Markus, narasi dalam matius umumnya lebih ringkas, misalnya catatan kematian Yohanes Pembaptis (Mat. 14:3-12; Mrk. 6:17-29) dan peristiwa penyembuhan anak muda yang sakit ayan (Mat. 17:14-21; Mrk. 9:14-29). Selain struktur yang begitu tertata, keringkasan inilah yang tampaknya membuat gereja mula-mula banyak memakai Injil Matius demi keperluan liturgi. (Lih.: Donald Guthrie, Pengantar, 13)
[28] Ola Tulluan, Introduksi, 29
[29] Beberapa peristiwa khusus terdapat dalam Matius. Hal-hal ini tidak termuat dalam Kitab-Kitab Injil lainnya: penglihatan Yusuf (1:20-24), kunjungan orang-orang Majus (2:1-12), pelarian ke Mesir (2:13-15), pembunuhan bayi-bayi (2:16), mimpi istri Pilatus (27:19), kematian Yudas (27:3-10), kebangkitan orang-orang kudus pada waktu kematian Yesus di kayu Salib (27:52), pemberian uang suap pada para penjaga (28:12-15), dan amanat pembaptisan (28:19-20). Dan kisah-kisah perumpamaan ini pun hanya terdapat dalam Matius: lalang di anatara gandum (13:24-30, 36-43), harta yang terpendam (13:44), mutiara (13:45, 46), pukat (13:47), hamba yang tidak pengampun (18:23-35), orang-orang upahan di kebun anggur (20:1-16), dua orang anak (21:28-32), perjamuan kawin putra raja (22:1-13), sepuluh gadis pengiring mempelai (25:1-13), dan talenta (25:14-30). Tiga mukjizat yang hanya terdapat dalam Matius: dua orang buta (9:27-31), orang bisu yang kerasukan setan (9:32-34), dan mata uang di dalam mulut ikan (17:24-27). Penggunaan mukjizat dalam Matius lebih banyak ditujukan utnuk memberi bukti tentang kekuasaan Yesus sebagai Mesias daripada untuk mengembangkan cerita meskipun ia banyak mencatat yang sudah termuat dalam Markus dan Lukas. (Lih. : Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2009), 193)
[30] John Balchim, Intisari, 10
[31] Philip Johnston, IVP Introduction to the Bible (Bandung: Kalam Hidup, 2011), 245
[32] Stanley D. Toussaint, Behold the King (Portland: Multnomah, 1980), 18-20
[33] Ola Tulluan, Introduksi, 29
[34] John Drane, Memahami, 217
[35] Merrill C. Tenney, Survei, 185
[36] Abraham Park, Pelita Perjanjian Yang Tak Terpadamkan Silsilah Yesus Kristus Abrham-Daud (Jakarta: Grasindo, 2013), 65
[37] Donald Guthrie, Pengantar, 13
[38] Ola Tulluan, Introduksi, 36
[39] Universal (Lat. Universum) artinya umum (Lih. : Henk Ten Napel, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,), 320)
[40] Selain rujukan Perjanjian Lama, perhatian Matius terhadap keyahudian tampak dari berbagai hal. Injilnya kerap mencerminkan cara pandangan Yahudi-Kristen yang lebih ketat. Satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat (Mat. 5:18 dst); ahli Taurat dan orang Farisi menduduki kursi Musa (23:2 dst); Yesus memerintahkan penggenapan perintah-perintah Allah (19:17 dst.; 23:23); pajak Bait Allah dibayar (Mat. 17:24 dst.); para murid diharapkan untuk berpuasa, memelihara sabat, dan memberikan persembahan dalam tradisi Yahudi (6:16 dst.; 24:20; 5:23 dst.); Yesus sendiri berkata bahwa Ia hanya diutus bagi ”domba-domba yang hilang dari umat Israel” (15:24); nenek moyang Yesus ditarik dari Abraham dan diatur dalam tiga kelompok masing-masing empat belas, yang merupakan ciri khas rabinik (1:1 dst.); dan kebudayaan dan frasa-frasa Yahudi dimasukan tanpa penjelasan (di 15:2, ”adat-istiadat nenek moyang” muncul dalam perdebatan tentang membasuh tangan; 23:5 menyebutkan tali sembahyang; dan 23:27 merujuk kepada kubur yang dilabur putih). Selain itu, tema Yesus sebagai Anak Daud terus dimunculkan dan peristiwa masuknya Yesus dengan penuh kemenangan ke Yerusalem, berfokus pada orang Kristen Yahudi yang menganggap Yesus sebagai penggenap dari pengharapan bangsa mereka. Namun hal penting dalam Injil Matius adalah munculnya universalisme bersama-sama dengan pertikularisme ini. KeKristenan dilihat sebagai israel ideal juga dilihat sebagai Israel Baru yang tidak terikat oleh lingkungan terbatas dari mana ia muncul. Pada yesus lahir, Matius mencatat penghormatan dari bangsa-bangsa lain (2:1 dst.). Dalam kesimpulannya, Injil Matius merekam mandat Agung yang menjangkau seluruh bangsa (28:18 dst.). (Lih.: Donald Guthrie, Pengantar, 15)
[41] John Drane, Pemahaman, 218
[42] John Balchim, dkk, Intisari, 10
[43] Paul Enns, The Moody Handbook of Theology (Malang: Literatur SAAT, 2004), 431
[44] Merrill C. Tenney, Survei, 195
[45]  Gereja Katholik Roma mengatakan bahwa Tuhan mendirikan gereja-Nya di atas Petrus, dan apa yang diikat oleh Petrus akan diikat di Sorga serta apa yang dilepaskan lehnya aka terlepas di Sorga. Penafsiran  semacam ini tentu tidak dapat dibenarkan. Dua alasan yang perlu diperhatikan: 1) Tuhan mengeluarkan pernyataan tersebut setelah Petrus menyatakan pengakuan imannya. Jadi, poin signifikan yang menyatakan Yesus mengeluarkan pernyataan tersebut adalah pengakuan Petrus dan bukan pribadi Petrus. 2). Petrus sendiri adalah anggota tubuh (gereja) Kristus dimana tubuh Kristus ditandai oleh adanya penbgakuan iman terhadap Yesus Kristus dan oleh karenanya Petrus dan pengakuan imannya mewakili seluruh anggota gereja yang tidak kelihatan yang juga mengucapkan pengakuan iman yang sama (Lih. : Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen Dari Perspektif Reformed (Malang: GKKR, 2017), 811-812).
[46]Donald Guthrie, Pengantar, 16
[47]Donald Guthrie, Pengantar, 17
[48] Philip Johnston, IVP, 303
[49] Merrill C. Tenney, Survei, 189
[50] (Ola Tulluan, Introduksi, 38)
[51] Ada dukungan awal yang menyatakan bahwa Matius, sang pemungut cukai, pada awalnya menulis dalam Aramik, suatu kesaksian penting untuk keutamaan dari Matius. Kira-kira tahun 150 AD, Papias, seorang bishop dari Hierapolis, memberi kesaksian: ”Demikianlah, Matius menyusun pernyataan-pernyataan itu dalam bahasa Ibrani, dan setiap orang menafsirkannya sebisanya.” Origen (185-254 AD) menyatakan bahwa Matius dipersiapkan untuk ”petobat Yudaisme, dan menerbitkan dalam bahasa Ibrani.” Paul Enns, The Moody,..., 96
[52] Merrill C. Tenney, Survei, 184
[53]Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar, dan Pokok-Pokok Teologisnya (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 277-278
[54] M.E. Duyverman, Pembimbing,16-17
[55] ...., Menyingkap Alkitab (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2005), 4
[56] Adina Chapman, Pengantar Perjanjian Baru (Bandung: Kalam Hidup, 2014), 4
[57] Philip Johnston, IVP,316
[58] Philip Johnston, IVP, 299, 316
[59]F.F. Bruce, Dokumen-Dokumen Perjanjian Baru (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1997), 17
[60] W. Gary Crampton, Verbum Dei (Surabaya: Momentum, 2000), 44-46
[61] Berikut penjelasan mengenai kualifikasi kanon tersebut: pertama, Permasalahan mengenai ‘kepenulisan yang bersifat kerasulan’ tidaklah sederhana. Seorang Rasul adalah seorang yang dipanggil Kristus secara pribadi (Mat. 10:1-4) dan seorang yang pernah menjadi murid-Nya dan menyaksikan Dia pda kondisi setelah kebangkitan (Kis. 1:21, 22; 1Kor. 9:1). Orang-orang ini, seperti yang dijelaskan sebelumnya, telah ditugaskan oleh Tuhan untuk berbicara dan menuliskan firman Allah yang mutlak (infallible). Karena itu, apapun yang mereka tuliskan harus lebih dipertimbangkan sebagai diinsiprasikan oelh Allah. Tetapi beberapa penulis Perjanjian Baru bukan Rasul (misalnya, Markus, Lukas, Yakobus, Yudas). Karena itu, tradisi apostolik (orang-orang yang bersifat kerasulan) dipertimbangkan bersama dengan otoritas kerasulan. Kristus menurunkan tradisi-tradisi tertentu kepada para rasul-Nya (2Tes. 2:15; 1Kor. 11:23) yang kemudian diturunkan dari orang-orang ini kepada mereka yang lain (Ibr. 2:3, 4). Yakobus dan Yudas merupakan sanak saudara dari Tuhan Yesus (Mrk. 6:3). Lukas adalah teman dekat Paulus (Kol. 4:14; 2Tim. 4:11). Markus adalah anak rohani dari Petrus (1Pet. 5:13). Maka orang-orang ini dianggap memenuhi kriteria otoritas/tradisi kerasulan. Kedua, para penyusun kanon memikirkan kriteria dari penerimaan suatu kitab oleh Gereja mula-mula (abad pertama dan kedua). Dalam banyak situasi, para bapak Gereja mula-mula terbiasa dengan para rasul dan tradisi kerasulan. Waktu mereka menerima manuskrip-manuskrip tertentu sebagai bagian dari Alkitab, hal ini memberikan pertimbangan yang sangat menentukan kepada para pengkanon. Ketiga, konsistensi ajaran juga dipertmbangkan. Bagaimana dokumen-dokumen Perjanjian Baru dibandingkan dengan keselarasan Alkitab berkenaan dengan bermacam-macam doktrin. (Ibid, 46-47)
[62] Philip Johnston, IVP, 25
[63] Johnston, IVP, 32-33
[64] Stephen Tong, Seri Teologi Reformed Reformasi dan Teologi Reformed (Surabaya: Momentum, 1994), 28
[65] Donald Guthrie, Pengantar, 39-42
[66] Ola Tulluan, Introduksi, 40
[67] Homer A. Kent, The Wycliffe Bible Commentary Volume 3 (Malang: Gandum Mas, 2008), 21-22