Oleh:
Made Nopen Supriadi, S.Th
3 Terpujilah Allah, Bapa Tuhan
kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala
penghiburan, 4 yang menghibur kami dalam
segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada
dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri
dari Allah. (ITB)
Pengantar
Khotbah:
Kekuatan dan Penghiburan
merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan manusia, Firman Tuhan merupakan
dasar kita untuk mendapatkan kekuatan dan penghiburan, namun dalam sebuah
berita situs Kristen menuliskan bahwa: Pendeta
dari Gereja Protestan Three-Self di kota Shangqiu, Henan mengatakan bahwa
pemerintah juga memintanya untuk mengedit khotbahnya yang dinilai terlalu
rohani.[1]
Jadi mari kita
bersyukur jika saat ini Tuhan masih mengijinkan kita sebagai orang Kristen
masih bisa untuk memiliki Alkitab, membaca dan mendengarkan khotbah yang
bersumber dari Alkitab. Apa yang terjadi jika hal yang terjadi di Tiongkok
terjadi juga dalam kehidupan keKristenan kita di Indonesia?.
Isi
Rasul Paulus
menuliskan surat 2 Korintus sebagai respon terhadap berita yang didengar bahwa
Jemaat sudah mulai mengalami perubahan, surat 2 Korintus ini juga memberikan
penghiburan kepada Jemaat agar mengetahui bagaimana situasi yang pernah di
alami Paulus dalam pelayanannya. Dalam bagian 2 Korintus 1:3-4 merupakan bagian
di mana Rasul Paulus sedang memuji Tuhan, dalam pujian tersebut Rasul Paulus
juga menyatakan konsep imannya tentang Pribadi dan Karya Allah dalam
kehidupannya. Jadi memuji Tuhan itu penting namun dalam pujian tersebut
pastikan kita memuliakan Pribadi Allah dan menyatakan karya Allah dalam
kehidupan kita. Dalam pujian tersebut Paulus menyatakan bahwa Allah sebagai
sumber kekuatan dan penghiburan (Lih. Terj. FAYH), mengapa?
1.
Allah
adalah Pribadi Yang Penuh Belas Kasihan
Paulus mengenal pribadi Allah Tritunggal sebagai
pribadi yang penuh belas kasihan (Yun. oiktirmon : Lih. Rom. 12:1 ’Kemurahan
Allah’). Belas kasihan Allah inilah yang memberikan keyakinan Paulus bahwa
dalam diri-Nya ada kekuatan dan penghiburan. Dalam sebuah sejarah Gereja
menunjukkan ada seorang pribadi yang dikenal jahat oleh orang Kristen
salah-satunya Kaisar Nero. Pengenalan akan pribadi kaisar Nero yang jahat
memberikan konsep kepada umat Kristen tidak mungkin akan ada penguatan dan
penghiburan dari Nero, yang ada justru ketakutan dan penganiayaan yang akan
ditimbulkan. Selanjutnya seorang tokoh bernama Hitler yang dikenal sebagai
pemimpin diktaktor, memberikan konsep kepada umat Yahudi bahwa tidak mungkin
mereka mendapatkan perlidungan dan penghiburan dari Hitler, justru ancaman dan
ketakutan yang diberikan. Lalu ada seorang tokoh Kristen bernama Abraham Kuyper
yang pernah menjadi perdana menteri Belanda yang dikenal rohani maka rakyat pun
tidak takut untuk datang kepadanya guna mendapatkan pertolongan dan
penghiburan.
Oleh karena itu bagaimana pengenalan kita akan
pribadi Allah memberikan konsep kepada diri kita ketika kita percaya kepada
Dia. Jika orang Kristen berpikir Allah adalah Allah yang kejam, maka kita pasti
punya konsep tidak mungkin mendatangi pribadi yang kejam untuk mendapatkan
penghiburan dan pertolongan. Calvin
berkata dalam buku Institutionya: ”mengenal
Allah maka manusia mengenal dirinya, dan mengenal diri maka kita akan mengenal
Allah”. Jadi jika kita tahu siapa Allah maka kita sadar siapa kita. Dan
jika kita tahu siapa diri kita kita sadar siapa Allah. Pengenalan akan Allah
dibarengi juga pengetahuan tentang Alah. (if
we already know who God is, we also know who we are). Artinya jika kita
tahu Allah Mahakudus maka kita sadar kita orang berdosa, dan jika kita tahu
Allah Mahakasih maka kita sadar kita butuh pengampunan-Nya. Jika kita tahu
Allah Mahaadil maka kita sadar untuk menyelesaikan dosa kita di hadapan-Nya.
Rasul Paulus memiliki pengenalan dan pengetahuan
Allah itu penuh belas kasihan, sehingga tanpa ragu ia menjadikan Allah sebagai
sumber kekuatan dan penghiburan dalam hidupnya. Pertanyaan besar dalam benak
kita adalah? Mengapa banyak orang Kristen justru gagal menjadikan Allah sebagai
sumber kekuatan dan penghiburan? Maka disinilah orang Kristen harus mengintrospeksi
diri, bagaimana relasi pribadinya kepada Tuhan. Oleh karena itu jika ada orang
Kristen saat ada dalam pergumulan bukan datang kepada Tuhan tetapi setan
melalui dukun berarti ia lebih mengenal setan dari pada Allah. Oleh karena itu
sangat penting mengenal Allah dalam kehidupan kita, melalui persekutuan doa
kepada Tuhan, baik pribadi maupun comunity, belajar Alkitab baik pribadi maupun
comunity dan persekutuan baik pribadi dan comunity.
Dalam pemikiran manusia, ada prinsip kebutuhan,
prinsip ini mendorong manusia bertindak sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Jika
manusia lapar maka ia butuh makan, jika manusia miskin ia butuh uang untuk kaya,
jika manusia menganggur ia butuh pekerjaan, jika manusia sendiri ia butuh
pasangan hidup. Konsep menjadikan Tuhan sebagai sumber kekuatan dan penghiburan
akan memperlihatkan bahwa manusia memang butuh Tuhan. Tetapi jika manusia tidak
membutuhkan Tuhan, maka konsep bahwa Tuhan sebagai sumber kekuatan dan
penghiburan tidak akan penting. Mengenal Allah harusnya menjadi kebutuhan
manusia. Karena ada banyak kebutuhan materi yang bisa membuat manusia hilang
damai sejahterah, tetapi jika manusia menjadikan Tuhan sebagai kebutuhan utama,
maka langkah awal untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya dimulai dari Tuhan.
2.
Allah
yang memampukan Dalam Menghadapi Pencobaan
Paulus meyakini Allah sebagai sumber kekuatan dan
penghiburan artinya hanya di dalam Allah saja ada penguatan dan penghiburan.
Pertanyaannya, lalu apa arti sesama kita orang Kristen dalam persekutuan atau
gereja?. Paulus juga menjadikan sesama rekan pelayanan sebagai rekan yang
menguatkan dan menghibur. Artinya Paulus memiliki konsep bahwa sesama juga bisa
dipakai Allah untuk memberikan kekuatan dan penghiburan. Pertanyaan bagaimana
dengan pribadi kita? Apakah kita sudah dapat memberikan penguatan dan
penghiburan dalam persekutuan atau sebaliknya kita membanggakan diri kita
menjadi orang yang ditakuti dalam persekutuan. Setiap orang percaya dalam
gereja idealnya harus mau menjadi alat Tuhan untuk memberikan kekuatan dan
penghiburan, namun prinsip ideal ini justru berhadapan dengan realita bahwa
kita justru kita bisa saling menjatuhkan dan menggigit. Rasul Paulus pernah
mengatakan hal ini dalam Galatia 5:14-15 mengingatkan agar sesama kita jangan
saling membinasakan. Sehingga benarlah yang dikatakan dalam 2 Korintus 1:4
bahwa tujuan Allah memberikan kekuatan dan penghiburan bukan untuk kita nikmati
sendiri, tetapi untuk boleh menguatkan sesama kita. (Ilustrasi orang minta
pertolongan pada Tuhan mengabaikan pertolongan sesama saat banjir).
Kata kekuatan dan penghiburan memiliki keterkaitan,
kata penghiburan memiliki makna ’penguatan batin’. Jadi penghiburan sejati yang
diberikan Tuhan ialah kekuatan secara batiniah dalam menghadapi cobaan. Paulus
meyakini Allah sebagai sumber kekuatan secara batiniah, hal tersebut terbukti
dari pengalaman dirinya yang banyak mengahadapi cobaan. Dalam 2 Korintus
11:23-28 menjelaskan hal tersebut:23 Apakah mereka
pelayan Kristus? aku berkata seperti orang gila aku lebih lagi! Aku lebih
banyak berjerih lelah; lebih sering
di dalam penjara; didera di
luar batas; kerap kali dalam
bahaya maut. 24 Lima kali aku disesah orang Yahudi,
setiap kali empat puluh kurang satu pukulan,
25 tiga kali aku didera,
satu kali aku dilempari dengan batu,
tiga kali mengalami karam kapal,
sehari semalam aku terkatung-katung
di tengah laut. 26 Dalam
perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari
pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di
kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak
saudara-saudara palsu. 27 Aku banyak berjerih
lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga;
kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, 28 dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain
lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.
Rasul
Paulus ketika percaya kepada Kristus justru banyak pergumulan yang ia alami,
pergumulan yang dialami justru ia hadapi, dan keyakinannya ketika mampu
menghadapi pergumulan tersebut karena kekuatan batiniah yang diberikan Allah. Calvin mengatakan: ”manusia kembali pada naturnya saat sedang
berada pada titik kritis dalam hidupnya.” Artinya manusia ketika dalam masa
yang kritis maka secara natur ia akan berteriak kepada pribadi yang ilahi.
Begitu juga dengan orang Kristen, secara ideal setiap orang yang percaya kepada
Yesus selalu setia memanggil nama-Nya, namun realita menunjukkan bahwa banyak
orang Kristen justru berteriak kepada Tuhan hanya saat-saat kritis dalam
hidupnya. Di daerah Guangzhou, China, muncul gerakan Yudas mini, gerakan ini
dipelopori oleh pemerintah komunis, yang memberikan imbalan kepada siapa saja
yang melaporkan kegiatan aktivitas keKristenan yang bertentangan dengan paham
komunis. Bayarannya bisa mencapai $ 1.500 AS dan ternyata ada juga
saudara-saudara yang berstatus Kristen tega menjadi Yudas mini, yaitu menjual
sesamanya hanya demi imbalan uang. Bagaimana dengan pribadi kita? Pergumulan
apa yang sedang kita hadapi saat ini?.
Para Rasul kecuali Yudas Iskariot,
mengalami penderitaan dan aniaya, namun mereka siap menerima keadaan tersebut.
Pertanyaanya? Dimanakah kekuatan dan penghiburan yang diberikan Tuhan?. Memang
dalam fakta Alkitab kita menemukan ada banyak fakta Tuhan mengubah keadaan
orang-orang yang bergumul, namun ada juga fakta dimana Tuhan tidak mengubah
keadaan orang-orang yang bergumul tetapi Allah mengubah hati orang-orang yang
begumul untuk menerima dan menghadapi pergumulan tersebut.
Penutup
Allah
adalah sumber kekuatan dan penghiburan kita. Kekuatan dan penghiburan yang
diberikan Allah ialah secara batiniah / rohani. Untuk dapat merasakan kekuatan
dan penghiburan tersebut maka kita harus mengenal pribadi Allah yang penuh
belas kasihan dan merasakan penyertaan Tuhan dalam menghadapi pencobaan.
Soli Deo Gloria (MNS: Khotbah di GKY Bengkulu,
23/06/2019)
[1]Lori
Mora, Makin Semena-mena, Pemerintah
Tiongkok Edit Khotbah Pendeta Yang Terlalu Rohani, diakses dari https://www.jawaban.com/read/article/id/2019/05/09/90/190509105811/makin_semena-menapemerintah_tiongkok_edit_isi_khotbah_pendeta_yang_terlalu_rohani,
pada 23 Juni 2019