Oleh: Made Nopen Supriadi
Penutup
Mazmur 133:1-3 adalah salah-satu Mazmur Ziarah. Mazmur ziarah merupakan tulisan yang menunjukkan keriduan Pemazmur berjalan menuju tempat yang kudus. Dalam Kitab Mazmur ada 15 Mazmur Ziarah, yaitu Mazmur 120-134. Dalam Mazmur
Ziarah ada beberapa latar belakang yang perlu kita tahu, yaitu:
1.
Ziarah
menunjuk kepada kerinduan Daud kembali ke Yerusalem pada waktu dia keluar dari
Yerusalem karena dikejar-kejar musuh.
2.
Ziarah
menunjuk pada Salomo yang merindukan anak-anaknya datang kepada Tuhan.
3.
Ziarah
yang menunjuk umat Israel datang ke rumah Tuhan.
Mazmur
133 menunjuk kepada latar belakang yang ke tiga. Jadi Daud menggubah Mazmur ini untuk
mengingatkan umat Israel yang datang ke rumah Tuhan bersama-sama. Dalam terjemahan NIV istilah 'diam bersama' dituliskan dengan 'live together' yang artinya 'hidup bersama'. Maka istilah 'Hidup Bersama' dalam pembahasan ini menunjuk kepada kebersamaan manusia datang ke rumah Tuhan dan berada bersama di rumah Tuhan. Oleh karena itu melalui firman Tuhan ini kita akan belajar apa yang ditekankan dalam Pemazmur, ketika manusia 'hidup bersama'?.
1.
Kebersamaan dalam Persatuan (ay. 1)11
Istilah
‘diam bersama dengan rukun’ (NIV: Brothers live together in unity). Memiliki
arti saudara-saudara hidup bersama dalam kesatuan. Jadi kebersamaan datang ke
rumah Tuhan, juga diwarnai dengan rasa kesatuan. Konteks Alkitab menunjukkan
bahwa Umat Israel memiliki 12 suku, Daud mengharapkan mereka tetap memiliki
kesatuan dalam kebersamaan mereka datang ke Bait Suci. Lalu saat datang ke Bait
Suci bukan hanya ada orang Israel, tetapi bangsa luar juga hadir, sehingga persatuan
dalam kebersamaan datang ke rumah Tuhan, tidak hanya kepada pada orang-orang
satu Kerajaan, tetapi juga dari luar kerajaan.
Tuhan
Yesus juga mengajarkan para Murid agar membangun sikap positif dan baik kepada
orang-orang di luar Suku Isarel. Kisah Yesus dan perempuan Samaria menunjukkan
bagaimana Yesus memberikan sebuah prinsip bahwa kebersamaan dalam Kebersamaan
menembus batas-batas tradisi, suku dan bangsa. Dalam membangun kesatuan ada banyak problematika yang dihadapi, salah satunya adalah megalomania, hal ini merupakan sebuah kondisi dimana manusia merasa lebih besar dari yang lainnya. Tuhan Yesus pernah menghadapi masalah ini saat bersama dengan para Murid, ketika Yohanes dan Yakobus 'berambisi' untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus (Mat. 20:20-28). Namun Tuhan Yesus mengatasi pemahaman tersebut dengan memberikan prinsip jika ingin menjadi yang terutama maka menjadi hamba bagi semuanya.
Kesatuan dalam kebersamaan merupakan prinsip penting yang perlu dibuat dalam sebuah persekutuan. Kebersamaan tanpa perskeutuan maka kebersamaan tersebut adalah kebersamaan yang palsu. Kesatuan memang penting, namun untuk mewujudkannya tidaklah mudah, sejarah menunjukkan ada banyak ancaman dalam kesatuan Gereja, baik eksternal maupun internal. Oleh karena itu sangat penting membentuk sebuah kebersamaan dalam kesatuan, meskipun sulit namun setiap orang percaya setidaknya telah berusaha membangun kesatuan.
Kesatuan dalam kebersamaan merupakan prinsip penting yang perlu dibuat dalam sebuah persekutuan. Kebersamaan tanpa perskeutuan maka kebersamaan tersebut adalah kebersamaan yang palsu. Kesatuan memang penting, namun untuk mewujudkannya tidaklah mudah, sejarah menunjukkan ada banyak ancaman dalam kesatuan Gereja, baik eksternal maupun internal. Oleh karena itu sangat penting membentuk sebuah kebersamaan dalam kesatuan, meskipun sulit namun setiap orang percaya setidaknya telah berusaha membangun kesatuan.
2.
Kebersamaan dan Kekudusan (ay. 2)
Minyak
yang baik yang meleleh dari janggut ke jubah Harun menunjukkan minyak yang baik
tersebut berfungsi sebagai pengurapan untuk Harun. Dalam Keluaran 30:30
menyatakan bahwa Harun dan anak-anaknya diangkat menjadi Imam bagi umat Israel
dan sebelum memegang jabatan imam maka Harun dan anak-anaknya diurapi dengan
minyak urapan kudus. Hal tersebut menunjukkan pengudusan dalam pentahbisan
Harun. Demikian juga Kebersamaan yang dituliskan Daud bukan hanya Kebersamaan
yang memiliki kesatuan, tetapi Kebersamaan yang juga memiliki kekudusan.
Ada
kelompok teroris mereka bersekutu dan bersatu tetapi bersama-sama untuk
melakukan aksi terorisme, apakah demikian juga dalam kehidupan keKristenan di
Gereja?. Karena itu yang membedakan Gereja dengan dunia adalah adanya nilai
kekudusan dalam sebuah Kebersamaan yang bersatu. Calvin menuliskan: "Jika Allah menerapkan standar kekudusan-Nya maka semua orang Kristen akan keluar dari Gereja. Namun tetaplah bersyukur jika hanya satu langkah kecil atau sedikit perubahan yang terjadi, itu artinya masih ada harapan."
Oleh karena itu Gereja tidak cukup hanya membangun kesatuan, tetapi hendaknya mengikat kesatuan dengan kekudusan. Jika kesatuan Gereja tidak diikat dengan kekudusan, maka munculnya sebuah kondisi di mana dosa mengisi sebuah kesatuan Gereja atau pun sebuah persekutuan. Kasus demikian telah terjadi pada waktu Tuhan Yesus hadir di Bait Suci, Ia melihat banyak orang bersatu bersama-sama di Bait Suci untuk berjualan dan di dalamnya mereka melakukan sebuah kejahatan, sehingga Tuhan Yesus mengusir mereka. Kemudian para imam-imam di Bait Suci yang bersatu namun memikirkan hal yang berdosa, yaitu mereka memikirkan rencana untuk membunuh Yesus. Dengan demikian celakalah Gereja!, jika bersatu namun tanpa kekudusan, maka Gereja tersebut atau lembaga rohani apa pun hanya akan menjadi alat setan, untuk merusak kehidupan orang percaya. Maka Gereja sangat perlu membangun kesatuan dan juga kekudusan.
Oleh karena itu Gereja tidak cukup hanya membangun kesatuan, tetapi hendaknya mengikat kesatuan dengan kekudusan. Jika kesatuan Gereja tidak diikat dengan kekudusan, maka munculnya sebuah kondisi di mana dosa mengisi sebuah kesatuan Gereja atau pun sebuah persekutuan. Kasus demikian telah terjadi pada waktu Tuhan Yesus hadir di Bait Suci, Ia melihat banyak orang bersatu bersama-sama di Bait Suci untuk berjualan dan di dalamnya mereka melakukan sebuah kejahatan, sehingga Tuhan Yesus mengusir mereka. Kemudian para imam-imam di Bait Suci yang bersatu namun memikirkan hal yang berdosa, yaitu mereka memikirkan rencana untuk membunuh Yesus. Dengan demikian celakalah Gereja!, jika bersatu namun tanpa kekudusan, maka Gereja tersebut atau lembaga rohani apa pun hanya akan menjadi alat setan, untuk merusak kehidupan orang percaya. Maka Gereja sangat perlu membangun kesatuan dan juga kekudusan.
3.
Kebersamaan yang Menghidupkan (ay. 3)
Daud dalam perenungannya, melihat bahwa kebersamaan orang-orang yang datang berziarah, tidak hanya cukup mereka membangun kesatuan dan kekudusan, tetapi perlu untuk menciptakan suasana yang hidup dalam persekutuan. Dalam ayat ke 3 menunjukkan Gunung
Hermon adalah gunung yang berada di sebelah Utara Israel dan Gunung Sion ada
disebelah selatan Israel, jarak Gunung Hermon ke Gunung Sion adalah 400 KM.
Apakah mungkin embun dari Hermon menuju ke Sion?. Tidak mungkin. Gunung Hermon
memiliki embun atau es, embun dan es yang mencair mejadi sumber air bagi sungai
Yordan. Air sungai Yordan inilah yang dimanfaatkan menjadi sumber air yang
memberi kehidupan bagi umat Israel di Sion.
Jadi
Daud mengharapakn agar Umat Israel membentuk Kebersamaan yang tidak hanya
bersatu dan kudus, tetapi memberikan kehidupan. Kebersamaan yang bersatu dan
kudus tanpa memberikan kehidupan, sama seperti sebuah Kebersamaan yang terikat
pada legalitas agama. Jika tidak kudus maka tidak bisa bersekutu, jika berdosa
maka tidak bisa bersekutu dengan Tuhan. Apakah demikian konsep dalam iman
Kristen?. Tuhan Yesus menunjukkan kasus dimana manusia bersekutu namun terikat
legalisme, yaitu ketika kelompok orang Farisi, ahli Taurat dan Para Imam Bait
Suci yang memandang hina orang berdosa, perempuan yang berzinah, orang yang
miskin, pemungut cukai dan orang yang di salib dipandang hina. Mereka
bersekutu? Ya!. Mereka bersatu? Ya!. Mereka menjaga kekudusan lahiriah? Ya!.
Tapi kelompok mereka memberikan rasa kematian kepada orang-orang berdosa. Tuhan
Yesus justru menunjukkan bahwa Ia datang kepada orang yang sakit, baik jasmani
dan rohani. Datang kepada orang yang miskin, baik materi dan rohani.
Tuhan
Yesus memberikan gambaran sebuah Kebersamaan yang kudus namun tidak terikat
oleh legalisme yang mematikan. Tuhan Yesus mengajarkan sebuah Kebersamaan yang bersatu,
kudus dan memberi kehidupan. Ungkapan ’Kesanalah
Tuhan memerintahkan berkat’ menunjukkan bahwa sumber berkat adalah Tuhan.
Sebagai sumber berkat Tuhan memerintahkan berkat tersebut tertuju kepada umat
Israel yang pergi bersekutu ke rumah Tuhan. Artinya bukan karena hebatnya Kebersamaan
maka berkat pasti diberikan Tuhan. Tetapi karena Tuhan memberkati maka Kebersamaan
memberikan kehidupan. Bahkan Kebersamaan tersebut membawa manusia untuk
menikmati sebuah kehidupan yang bernilai. Dengan demikian jika dalam kebersamaan, telah berhasil menciptakan kesatuan, kekudusan dan kehidupan namun tidak ada hak untuk menuntut Tuhan memberkati kebersamaan tersebut. Karena Tuhanlah yang berhak memberikan berkat tersebut.
Penutup
Hidup
bersama itu perlu, namun dalam kebersamaan juga harus menjaga prinsip-prinsip
penting, yaitu dengan memiliki kesatuan, kekudusan dan kehidupan. Ketiga prinsip
tersebut perlu diseimbangkan dalam sebuah Kebersamaan. Kesatuan yang baik dan
indah memperlihatkan kekudusan dan kekudusan yang sejati memberikan kehidupan.
Soli Deo Gloria.
(Tulisan ini sudah dikhotbahkan di Pos PI GEKISIA Kota Bengkulu, di Kelapa, Bangka
pada 15 Desember 2019).