Pada tahun 155 M ada seorang Uskup di Smirna bernama Polycarpus, saat
itu ia ditawarkan untuk menyangkal iman agar bebas atau mati. Tetapi ia berkata
”selama 86 tahun Yesus yang kusembah tidak pernah mengecewakan saya, bagaimana
saya dapat menyangkal-Nya”. Karena menolak menyangkal Yesus dan tidak mau
menyembah Kaisar maka Polycarpus dijatuhkan hukuman mati dengan cara dibakar
hidup-hidup. Kata ”saksi” dalam kata dasar Yunani : ”ma,rtuj”[2]
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris witness yang artinya saksi. Dari
kata witness ini saksi ini memiliki fungsi yaitu mencerminkan, juga menyaksikan
sebuah peristiwa (incident) atau pengalaman (experience). Oleh karena itu
menjadi saksi Yesus juga memberitakan peristiwa yang dialami. Namun dalam
sebuah buku berjudul Batu-Batu
Tersembunyi memberikan arti istilah Martir yaitu membela &
mempertahankan iman sampai mati. Jadi Menjadi
Saksi Yesus dapat diartikan sebuah proses kehidupan yang mencerminkan
karakteristik Yesus Kristus dan juga memberitakan peristiwa mengenai Yesus
Kristus (karya kelahiran, pelayanan, kematian, kebangkitan, kenaikan dan janji
kedatangan-Nya) serta pengalaman hidup di dalam iman kepada Yesus Kristus. Melalui
firman Tuhan ini bagaimana orang Kristen dapt menjadi saksi Yesus?
1.
Diberikan Kuasa Rohani (ay. 6-8)
Dalam ayat 6-8 ada perbedaan pandangan tentang ’kuasa’ antara para murid
dan Tuhan Yesus Kristus.
a. Para Murid mengharapkan kuasa secar politik duniawi. Hal tersebut dapat
kita lihat dari istilah ”…. Kerajaan
Israel”. Israel dahulu sempat Berjaya di bawah kekuasaan raja Daud. Namun
setelah Raja Salomo terjadi perpecahan kerajaan, yaitu Keraajaan Israel Utara
dengan ibu kota di Samaria dan Kerajaan Israel Selatan dengan ibu kota di
Yerusalem. Pada tahun 721 BC Israel Utara dibuang ke Asyur dan tidak kembali
lagi. Lalu pada tahun 597 BC Israel Selatan dibuang ke Babel dan 586 BC kembali
dibuang ke Babel, namun setelah 70 tahun mereka kembali lagi ke Yerusalem. Pada
tahun 539 mereka pulang ke Yerusalem namun tidak ada lagi raja yang memerintah
mereka di Yerusalem. Jika dihitung dari awal pulang pada tahun 539 BC ke zaman
KPR 67 M maka ada 606 tahun sudah Israel tidak ada raja lagi. Karena itu para
murid mengharapkan Yesus menjadi raja secara politik. Karena memang Yesus juga
berasal dari garis keturunan Daud. Jika dibayangkan ekspresi para murid seperti
seorang anak yang merengek minta sesuatu sebelum ditinggal orang tuanya.
Keadaan demikian jugalah yang masih tampak hadir dalam kehidupan orang Kristen.
Misi tidak berjalan karena banyak orang Kristen masih pada level
merengek-rengek minta sesuatu sama Tuhan. Jika orang Kristen sudah dewasa dalam
iman maka misi pasti berjalan.
b. Tuhan Yesus memberikan kuasa rohani. Tuhan Yesus tidak serta merta
menolak atau mengabaikan kerinduan hati para murid yang menginginkan hadirnya
kekuasaan Israel, Tuhan Yesus tetap memberikan kuasa, namun kuasa yang bernilai
rohani. Tuhan Yesus menghadirkan kekuasaan Israel rohani bukan duniawi. Dalam
ayat 7 dan 8 menuliskan kata kuasa. Dalam ayat 7 ada istilah ”…. menurut kuasa-Nya”
dan dalam ayat 8 ada istilah ”…. menerima kuasa”. Kata kuasa dalam ayat 7
ditulis dalam bahasa Yunani ”evxousi,a|” yang memiliki
arti authority, absolute power. Lalu kata kuasa dalam ayat 8 ditulis dalam bahasa
Yunani ” du,namij” yang artinya power, ability,
capability. Ada perbedaan antara authority dan power. Untuk menjelaskan
perbedaan kata ini saya memberikan ilustrasi seorang raja yang mengutus
prajurit untuk mengirimkan surat. Raja tersebut memiliki otoritas atas prajurit
dan prajurit tersebut mendapat kuasa untuk mengantar surat karena kuasa dari
raja. Secara sederhana jika ditarik pada konteks masa kini seperti tukang parkir.
Tukang parkir memiliki kuasa menentukan posisi mobil dan mobil mempunyai power
untuk bergerak mengikuti arahan tukang parkir. Jadi Allah yang berotoritas
memberikan kemampuan untuk menjadi saksi.
C. Kesimpulan
Para murid mendapatkan kuasa dari pribadi yang
berotoritas yaitu Roh Kudus itu artinya penginjilan bergerak karena kuasa
Allah, kuasa tersebut memberikan hikmat, kreatifitas dan semangat untuk
penginjilan. Oleh karena itu orang Kristen sejati pasti mendapat hikmat untuk
menginjili, kreatifitas untuk menyampaikan Injil dan tidak putus asa dalam
penginjilan. Jadi Allah yang mulia, ingin mempermuliakan diri-Nya dengan
memberikan kuasa bagi orang yang dipilih-Nya, untuk bersaksi bagi kemuliaan
Tuhan.
2.
Siap Diutus Kemana Saja (ay. 8)
Jika Allah memberikan kemampuan untuk menjadi saksi, maka orang Kristen
tidak memiliki alasan untuk menolak menjadi saksi di mana saja. Dalam ayat 8
Tuhan Yesus mengatakan bahwa ”… kamu akan
menjadi saksiku di Yerusalem, Yudea, Samaria dan Ujung Bumi”. Mengapa Tuhan
Yesus mengatakan hal demikian? Apa tujuannya?
a. Yerusalem : Ditempat inilah Tuhan Yesus diadili dan dianiaya, ditempat
inilah kebencian kepada Yesus diluapkan, ditempat inilah ancaman menakutkan
bagi yang mengikuti Yesus. Di tengah kebencian, Yesus mengutus para murid untuk
menjadi saksi, hal ini mengajarkan sebuah prinsip kasih kepada para Murid,
bagaimana mereka bersaksi juga mengasihi mereka yang membenci, menganiaya dan
membunuh. Permulaan kita menjadi saksi dimulai dari hati yang mampu mengasihi.
Siapakah orang yang memusuhi kita jangan jauhi tetapi kasihi dengan tetap
menyaksikan cinta kasih Tuhan. Dalam konteks Indonesia ada banyak tempat-tempat
yang membenci Kristus, kita tidak boleh mengabaikan begitu saja karena kita
tidak tahu kapan waktu Tuhan, seperti sejarah penginjilan di Sumatera Utara
oleh Muson dan Liman, mereka terbunuh, tempat itu serasa begitu berbahaya,
mengancam dan mematikan namun seorang penginjil bernama Nommensen tetap
mengasihi dan mau menyaksikan cinta kasih Tuhan, dan Tuhan akhirnya membuat
hati banyak orang di Sumatera Utara mengasihi Tuhan.
b. Yudea: Daerah ini merupakan wilayah Israel selatan. Inilah sisa umat
Israel yang kembali dari pembuangan dari Babel. Para Murid diutus menjadi saksi
untuk umat pilihan Allah, karena berkat rohani ini memang dijanjikan juga bagi
mereka. Yudea juga merupakan tempat keluarga para Murid. Hal ini mengajarkan
bahwa keluarga juga harus kita perhatikan, penginjilan kepada keluarga juga
tidak boleh dilupakan. Yudea adalah penduduk yang banyak tahu hukum Taurat
tetapi belum mengerti anugerah keselamatn di dalam Yesus Kristus. Sama seperti
orang berstatus Kristen namun belum mengerti keselamatan di dalam Yesus, oleh
karena itu harus ada gerakan dari sesama orang percaya untuk menolong mereka.
STTAB pada tahun 2017 sekitar bulan Juni-Juli akan mengadakan Mission Trip ke
Pulau Siberut-Mentawai dan Ke Sumatera Utara, pelayanan ini guna membagun
semangat rohani saudara-saudara kita. Da ini merupakan tanggung jawab kita
bersama. Oleh karena itu jika ada saudara-saudara kita yang berstatus jemaat
ditempat ini namun tidak memiliki semangat rohani maka tanggung jawab kita untuk
bersaksi dan menolong mereka, bukan mengabaikan.
c. Samaria: Daerah ini dahulunya bagian Israel Utara, namun setelah
pembuangan raja Asyur menempatkan orang-orang asing ditanah tersebut sehingga
terjadilah kawin campur, hasil perkawinan campur antara umat Israel dan
penduduk asing itulah yang menjadi warga Samaria. Penilaian orang Yahudi
terhadap orang Samaria, mereka dianggap sebagai warga kelas dua. Hal ini
mengajarkan kita bahwa orang-orang Kristen harus menjangkau orang-orang yang
terasingkan, kita tidak bisa membiarkan mereka terabaikan, mereka juga butuh
berita keselamatan dan penghiburan, kelegaan di dalam Yesus Kristus. Puji Tuhan
masa kini sudah banyak lembaga-lembaga misi yang memiliki fokus kepada
suku-suku yang terabaikan: GEKISIA Kota Bengkulu telah mengutus melayani daerah
Krui dan rencana penjangkauan misi ke Batam. STTAB juga membuat gerakan doa
suku terabaikan (GDST) setiap hari Sabtu, pukul 10.00 WIB.
d. Ujung Bumi: Istilah ujung bumi dalam
konteks Kitab Kisah Para Rasul menunjuk kepada Kota Roma. Itu artinya ujung
bumi bisa diartikan penjangkauan inetrnasional. Oleh karena itu kita bisa
melihat banyak para missionaris yang pergi menjadi saksi ke berbagai belahan
dunia. Salah satu pandangan seorang pendidik dan pembidik bernama Bpk. Daniel
Alexander menganggap ujung dunia ialah Papua, sehingga pada tahun 1994 ia
tinggalkan Amerika dan Australia untuk tinggal di Papua. Namun dimana ujung
bumi? Bentuk bumi itu bulat (elips pada kedua kutubnya), di manakah ujungnya? Maka
konsep ini melampaui pemahaman pada tempat, tetapi pada esensi. Oleh karena itu
sebuah filosofi mengatakan: ”Bisa saja orang yang paling dekat itulah yang
paling jauh”. Artinya bisa saja orang yang dekat dengan kita jika ia belum
percaya pada Yesus maka ia adalah orang yang paling jauh karena ia terhilang.
Fenomena masa kini banyak orang tua Kristen anak tidak, atau anak Kristen orang
tua tidak. Sekalipun mereka dekat karena hubungan darah namun sesungguhnya
mereka sangat berjauhan dalam iman. Mari kita jangkau orang-orang disekitar
kita, baik teman satu kantor, satu profesi, tetangga dll. Ujung Bumi ini juga
bisa berarti titik dimana kita berdiri, itu artinya menunjuk pada diri kita,
mari kita lihat apakah kita pribadi yang jauh dari Tuhan.
Kesimpulan:
Orang Kristen harus siap bersaksi dalam segala keadaan dimana saja ia
berada fokusnya ialah kesaksian. Nyatakanlah Kristus dalam-Mu.
3.
Setia Sampai Maranatha (ay. 9-11)
Istilah Maranatha terdapat dalam 1 Korintus 16: 22 yang memiliki arti ”The
Lord Comes (Tuhan Datang)”. Sampai kapan para murid harus bersaksi? Dalam ayat
11 menunjukkan bahwa Tuhan Yesus akan datang ke dua kali. Namun faktanya Tuhan
Yesus belum datang kedua kali namun para Murid sudah meninggal. Ungkapan setia
sampai maranatha memiliki dua arti, yaitu: pertama: setia sampai akhir hidup.
Kedua: setia melanjutkan penginjilan dari generasi ke generasi. Oleha karena
itu setiap pribadi kita harus memiliki kesetiaan dalam penginjilan dan
meregenerasikan semangat penginjilan kepada generasi zaman ini. Fenomena saat
ini banyak tokoh yang setia dalam penginjilan namun gagal mewariskan semangat
penginjilan. Sehingga muncul sebuah keadaan orang tua aktif pelayanan anak
pasif dalam pelayanan, atau sebaliknya anak setia pelayanan orang tua pasif dalam
pelayanan.
Kesimpulan
Menjadi saksi Yesus Kristus adalah
tanggung jawab setiapa orang yang percaya pada Yesus Kristus. Kuasa yang
diberikan Roh Kudus adalah dasar untuk menjadi saksi, dalam menjadi saksi orang
percaya juga disiapkan untuk bersaksi dalam konteks apa saja. Menjadi saksi
Yesus Kristus tidak hanya dimiliki oleh pribadi, orang percaya diberi tanggung
jawab meregenerasikan semangat injili
kepada generasi masa kini. Allah yang mulia ingin memuliakan diri-Nya dengan
memberikan kuasa kepada orang yang dipilih-Nya untuk bersaksi bagi
kemuliaan-Nya.
[1]Eksposisi Teks
Ayat 6menunjukkan
harapan para murid-murid, yaitu memulihkan kerajaan bagi Israel. Kerajaan yang
dimaksud ialah kerajaan secara politik, sama seperti kerajaan Daud. Pola pikir
demikian juga masih melekat dalam kehidupan orang Israel yang belum percaya
kepada Yesus Kristus, banyak diantara mereka percaya Mesias akan datang dan
membangun kerajaan Israel sama seperti pemerintahan Raja Daud. Namun bukan
hanya orang Israel yang berpikir demikian dalam kalangan umat Kristen juga
berpikir demikian, sehingga munculah pengajaran kerajaan seribu tahun
(millenium). Banyak pengajar Kristen mengajarkan adanya kerajaan 1.000 tahun,
bahwa Yesus akan datang dan memerintah sebagai raja selama 1.000 tahun. Lalu orang
percaya akan diangkat (rapture) sebelum datangnya penderitaan besar
(tribulasi), sehingga yang mengalami penderitaan hanya orang yang belum
percaya. Lalu setelah itu Yesus datang untuk mengalahkan musuh dan memerintah
di bumi selama 1.000 tahun. Ini adalah kelompok yang sebenarnya ingin
mengajarkan Teologi Kemakmuran, sehingga apa pun diajarkan asalkan menghindari
penderitaan, sampai-sampai merumuskan ajaran kerajaan 1.000 tahun yang
diperintah oleh Yesus. Dalam Matius 24: 13 menyatakan bahwa orang yang bertahan
sampai pada kesudahannya akan selamat, itu artinya penderitaan akan terus ada
sampai dan akan berakhir pada kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua. Lalu dalam
menanti kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua manusia diberi mandat untuk
memberitakan Injil (lih. Mat. 24: 14).
Ayat 7-8 Tuhan Yesus
menjawab pertanyaan Para Murid yang merindukan pemulihan kerajaan Israel. Namun
Tuhan Yesus menjawab kalau mereka tidak perlu tahu masa dan waktu yang
ditetapkan oleh Bapa sendiri. Jawaban Tuhan Yesus ini tidak mengindikasikan
akan adanya sebuah kerajaan Israel secara politis. Namun Tuhan Yesus
mengarahkan pemikiran mereka agar tidak memikirkan hal-hal duniawi seperti itu.
Namun Tuhan Yesus juga tidak mengabaikan apa yang dibutuhkan oleh para murid,
dalam ayat ke 8 Tuhan Yesus memberikan janji bahwa mereka akan diberi kuasa
oleh Roh Kudus, hal ini bertolak belakang dengan konsep kuasa dari para murid
dan Tuhan Yesus. Para murid menghendaki kuasa
politik dan Tuhan Yesus memberi kuasa
rohani. Tuhan Yesus juga mengingatkan kita dalam Matius 28: 18 menyatakan
bahwa segala kuasa di Sorga dan di bumi telah diberikan kepada Yesus Kristus.
Itu artinya pada waktu itu Yesus secara esensi adalah raja, saat ini Ia juga
raja dan kedepan-Nya nanti ia tetap raja. Yesus tidak memikirkan konsep
kerajaan secara politis. Jika kuasa secara politis maka para murid akan
memerintah dan mengatur bawahan dan mereka bukan melayani tetapi dilayani.
Tetapi kuasa yang diberikan Yesus membuat mereka bukan memerintah secara
duniawi, tetapi memimpin manusia untuk datang kepada Yesus, melayani
orang-orang yang membutuhkan kasih. Kuasa yang diberikan oleh Yesus merupakan
kuasa yang mendorong para murid untuk menjadi saksi baik di Yerusalem yang
merupakan tempat Yesus dibenci, dihakimi dan dijatuhkan hukuman Salib. Itu
artinya para murid memberitakan kebangkitan Yesus Kristus dan kenaikkan-Nya di
tempat orang-orang yang membenci Yesus. Hal ini mengajarkan bahwa titik mula
dalam menjadi saksi ialah kita bisa menunjukkan kasih kepada orang-orang yang
membenci kita. Para murid harus bisa mengampuni penduduk Yerusalem yang
menyalibkan Yesus, mereka tidak boleh membalas dendam kepada orang-orang yang
telah menghukum guru mereka. Demikian juga setiap orang percaya sebelum menjadi
saksi ke tempat lain pastikan bahwa hatinya sudah bisa mengampuni orang-orang
yang membenci. Selanjutnya para murid bersaksi di Yudea yang merupakan daerah
umat Israel yang sisa dari pembuangan, hal tersebut menunjukkan bahwa para
murid juga harus memikirkan nasib bangsanya. Demikian juga setiap orang yang
mengikut Kristus harus memikirkan nasib bangsanya, meskipun tidak mengubah
situasi politik tetapi mengubah situasi rohani bangsa, dengan cara bersaksi
bagi bangsa. Oleh karena itu seorang bangsawan yang baik adalah seorang yang
menyaksikan kabar baik kagi bangsanya. Selanjutnya Tuhan Yesus juga menyarankan
mereka bersaksi ke Samaria. Daerah itu merupakan daerah Israel yang telah
dibuang ke Asyur dan penduduknya kawin campur dengan bangsa lain, sehingga
merek disebut juga sebagai warga kelas dua dari umat Yahudi. Penduduk Samaria
dikucilkan, dihina dan dianggap tidak layak bergaul dengan umat Yahudi, namun
dengan bangsa seperti ini Tuhan Yesus mengutus murid-murid untuk bersaksi.
Demikian juga kita tidak boleh ikut mengucilkan orang-orang yang dikucilkan
tetap harus melayani mereka, orang Kristen harus mau menjangkau saudara-saudara
yang terhina dan terbuang. Selanjutnya Tuhan Yesus mengarahkan para murid untuk
bersaksi ke seluruh dunia, dalam konteks Kisah Para Rasul seluruh dunia
menunjuk pada kerajaan Roma. Itu artinya seluruh dunia ialah keluar dari batas
nasional para murid. Orang Kristen juga harus mau menjakau saudara-saudara yang
ada di luar negara kita. Jika ada orang-orang yang mengalami bencana di luar
negara kita maka kita tidak boleh mengabaikan mereka kita juga harus bersaksi
bisa dengan menolong mereka, bahkan harus lebih dari itu, jika mereka bangsa
yang belum mendengarkan Injil maka kita juga harus bertanggung jawab
memberitakan Injil kepada mereka.
Ayat 9-11 merupakan
momentum kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga, kenaikannya memiliki bukti yang kuat,
karena ada saksi dari bumi yaitu para murid dan saksi dari langit yaitu dua
orang yang berpakaian putih. Dalam tradisi Yahudi sebuah peristiwa terbukti
kebenarannya jika ada dua saksi mata. Dari bumi yaitu para murid kurang lebih
11 orang (lih. Kis. 1: 13). Pada saat kenaikan Tuhan Yesus merupakan
pemandangan yang menyenangkan sehingga membuat murid-murid terpaku. Demikian
juga banyak orang Kristen yang terpaku pada hal-hal yang indah sehingga enggan
berpaling. Pada waktu itu dua orang yang berpakaian putih mengingatkan kepada
para murid agar tidak melihat ke langit terus, lalu mereka memberitahu bahwa
Yesus akan datang kembali sama seperti ketika Ia naik ke Sorga. Kedatangan
Tuhan Yesus yang kedua merupakan akhir zaman, karena saat keadaan pada waktu
kedatangan Tuhan Yesus ialah terjadinya masa kesusahan yang besar (tribulasi)
(lih. Mat. 24; 29-31).
[2]ma,rturej noun nominative masculine plural common from ma,rtuj, ma,rturoj, o` witness—1. in a legal
sense Mt 18:16; Mk 14:63; Ac 6:13; 7:58; Hb 10:28.—2. in a
nonlegal sense, esp. in reference to attestation in response to noteworthy
performance or communication Lk 11:48; Ac 1:8, 22; 26:16; Ro 1:9; 2 Cor 1:23; 1 Ti 6:12; Hb 12:1; 1 Pt 5:1; Rv 11:3.—3. of one whose
witness or attestation ultimately leads to death (the background for the later
technical usage ‘martyr’) Ac 22:20; Rv 1:5; 2:13; 3:14; 17:6. [Gingrich, Greek
New Tesatment Lexicon, 122]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar