Jumat, 11 November 2016

MENJADI SAKSI YESUS



Sebuah Refleksi Theologis Dari Kisah Para Rasul 1: 6-11[1] 
Oleh: Ev. Made Nopen Supriadi, S.Th 
Pada tahun 155 M ada seorang Uskup di Smirna bernama Polycarpus, saat itu ia ditawarkan untuk menyangkal iman agar bebas atau mati. Tetapi ia berkata ”selama 86 tahun Yesus yang kusembah tidak pernah mengecewakan saya, bagaimana saya dapat menyangkal-Nya”. Karena menolak menyangkal Yesus dan tidak mau menyembah Kaisar maka Polycarpus dijatuhkan hukuman mati dengan cara dibakar hidup-hidup. Kata ”saksi” dalam kata dasar Yunani : ”ma,rtuj[2] yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris witness yang artinya saksi. Dari kata witness ini saksi ini memiliki fungsi yaitu mencerminkan, juga menyaksikan sebuah peristiwa (incident) atau pengalaman (experience). Oleh karena itu menjadi saksi Yesus juga memberitakan peristiwa yang dialami. Namun dalam sebuah buku berjudul Batu-Batu Tersembunyi memberikan arti istilah Martir yaitu membela & mempertahankan iman sampai mati. Jadi Menjadi Saksi Yesus dapat diartikan sebuah proses kehidupan yang mencerminkan karakteristik Yesus Kristus dan juga memberitakan peristiwa mengenai Yesus Kristus (karya kelahiran, pelayanan, kematian, kebangkitan, kenaikan dan janji kedatangan-Nya) serta pengalaman hidup di dalam iman kepada Yesus Kristus. Melalui firman Tuhan ini bagaimana orang Kristen dapt menjadi saksi Yesus?
1.      Diberikan Kuasa Rohani (ay. 6-8)
Dalam ayat 6-8 ada perbedaan pandangan tentang ’kuasa’ antara para murid dan Tuhan Yesus Kristus.
a.       Para Murid mengharapkan kuasa secar politik duniawi. Hal tersebut dapat kita lihat dari istilah ”…. Kerajaan Israel”. Israel dahulu sempat Berjaya di bawah kekuasaan raja Daud. Namun setelah Raja Salomo terjadi perpecahan kerajaan, yaitu Keraajaan Israel Utara dengan ibu kota di Samaria dan Kerajaan Israel Selatan dengan ibu kota di Yerusalem. Pada tahun 721 BC Israel Utara dibuang ke Asyur dan tidak kembali lagi. Lalu pada tahun 597 BC Israel Selatan dibuang ke Babel dan 586 BC kembali dibuang ke Babel, namun setelah 70 tahun mereka kembali lagi ke Yerusalem. Pada tahun 539 mereka pulang ke Yerusalem namun tidak ada lagi raja yang memerintah mereka di Yerusalem. Jika dihitung dari awal pulang pada tahun 539 BC ke zaman KPR 67 M maka ada 606 tahun sudah Israel tidak ada raja lagi. Karena itu para murid mengharapkan Yesus menjadi raja secara politik. Karena memang Yesus juga berasal dari garis keturunan Daud. Jika dibayangkan ekspresi para murid seperti seorang anak yang merengek minta sesuatu sebelum ditinggal orang tuanya. Keadaan demikian jugalah yang masih tampak hadir dalam kehidupan orang Kristen. Misi tidak berjalan karena banyak orang Kristen masih pada level merengek-rengek minta sesuatu sama Tuhan. Jika orang Kristen sudah dewasa dalam iman maka misi pasti berjalan.
b.      Tuhan Yesus memberikan kuasa rohani. Tuhan Yesus tidak serta merta menolak atau mengabaikan kerinduan hati para murid yang menginginkan hadirnya kekuasaan Israel, Tuhan Yesus tetap memberikan kuasa, namun kuasa yang bernilai rohani. Tuhan Yesus menghadirkan kekuasaan Israel rohani bukan duniawi. Dalam ayat 7 dan 8 menuliskan kata kuasa. Dalam ayat 7 ada istilah ”…. menurut kuasa-Nya” dan dalam ayat 8 ada istilah ”…. menerima kuasa”. Kata kuasa dalam ayat 7 ditulis dalam bahasa Yunani ”evxousi,a|” yang memiliki arti authority, absolute power. Lalu kata kuasa dalam ayat 8 ditulis dalam bahasa Yunani ” du,namij” yang artinya power, ability, capability. Ada perbedaan antara authority dan power. Untuk menjelaskan perbedaan kata ini saya memberikan ilustrasi seorang raja yang mengutus prajurit untuk mengirimkan surat. Raja tersebut memiliki otoritas atas prajurit dan prajurit tersebut mendapat kuasa untuk mengantar surat karena kuasa dari raja. Secara sederhana jika ditarik pada konteks masa kini seperti tukang parkir. Tukang parkir memiliki kuasa menentukan posisi mobil dan mobil mempunyai power untuk bergerak mengikuti arahan tukang parkir. Jadi Allah yang berotoritas memberikan kemampuan untuk menjadi saksi.
C. Kesimpulan
Para murid mendapatkan kuasa dari pribadi yang berotoritas yaitu Roh Kudus itu artinya penginjilan bergerak karena kuasa Allah, kuasa tersebut memberikan hikmat, kreatifitas dan semangat untuk penginjilan. Oleh karena itu orang Kristen sejati pasti mendapat hikmat untuk menginjili, kreatifitas untuk menyampaikan Injil dan tidak putus asa dalam penginjilan. Jadi Allah yang mulia, ingin mempermuliakan diri-Nya dengan memberikan kuasa bagi orang yang dipilih-Nya, untuk bersaksi bagi kemuliaan Tuhan.
2.      Siap Diutus Kemana Saja (ay. 8)
Jika Allah memberikan kemampuan untuk menjadi saksi, maka orang Kristen tidak memiliki alasan untuk menolak menjadi saksi di mana saja. Dalam ayat 8 Tuhan Yesus mengatakan bahwa ”… kamu akan menjadi saksiku di Yerusalem, Yudea, Samaria dan Ujung Bumi”. Mengapa Tuhan Yesus mengatakan hal demikian? Apa tujuannya?
a.       Yerusalem : Ditempat inilah Tuhan Yesus diadili dan dianiaya, ditempat inilah kebencian kepada Yesus diluapkan, ditempat inilah ancaman menakutkan bagi yang mengikuti Yesus. Di tengah kebencian, Yesus mengutus para murid untuk menjadi saksi, hal ini mengajarkan sebuah prinsip kasih kepada para Murid, bagaimana mereka bersaksi juga mengasihi mereka yang membenci, menganiaya dan membunuh. Permulaan kita menjadi saksi dimulai dari hati yang mampu mengasihi. Siapakah orang yang memusuhi kita jangan jauhi tetapi kasihi dengan tetap menyaksikan cinta kasih Tuhan. Dalam konteks Indonesia ada banyak tempat-tempat yang membenci Kristus, kita tidak boleh mengabaikan begitu saja karena kita tidak tahu kapan waktu Tuhan, seperti sejarah penginjilan di Sumatera Utara oleh Muson dan Liman, mereka terbunuh, tempat itu serasa begitu berbahaya, mengancam dan mematikan namun seorang penginjil bernama Nommensen tetap mengasihi dan mau menyaksikan cinta kasih Tuhan, dan Tuhan akhirnya membuat hati banyak orang di Sumatera Utara mengasihi Tuhan.
b.      Yudea: Daerah ini merupakan wilayah Israel selatan. Inilah sisa umat Israel yang kembali dari pembuangan dari Babel. Para Murid diutus menjadi saksi untuk umat pilihan Allah, karena berkat rohani ini memang dijanjikan juga bagi mereka. Yudea juga merupakan tempat keluarga para Murid. Hal ini mengajarkan bahwa keluarga juga harus kita perhatikan, penginjilan kepada keluarga juga tidak boleh dilupakan. Yudea adalah penduduk yang banyak tahu hukum Taurat tetapi belum mengerti anugerah keselamatn di dalam Yesus Kristus. Sama seperti orang berstatus Kristen namun belum mengerti keselamatan di dalam Yesus, oleh karena itu harus ada gerakan dari sesama orang percaya untuk menolong mereka. STTAB pada tahun 2017 sekitar bulan Juni-Juli akan mengadakan Mission Trip ke Pulau Siberut-Mentawai dan Ke Sumatera Utara, pelayanan ini guna membagun semangat rohani saudara-saudara kita. Da ini merupakan tanggung jawab kita bersama. Oleh karena itu jika ada saudara-saudara kita yang berstatus jemaat ditempat ini namun tidak memiliki semangat rohani maka tanggung jawab kita untuk bersaksi dan menolong mereka, bukan mengabaikan.
c.       Samaria: Daerah ini dahulunya bagian Israel Utara, namun setelah pembuangan raja Asyur menempatkan orang-orang asing ditanah tersebut sehingga terjadilah kawin campur, hasil perkawinan campur antara umat Israel dan penduduk asing itulah yang menjadi warga Samaria. Penilaian orang Yahudi terhadap orang Samaria, mereka dianggap sebagai warga kelas dua. Hal ini mengajarkan kita bahwa orang-orang Kristen harus menjangkau orang-orang yang terasingkan, kita tidak bisa membiarkan mereka terabaikan, mereka juga butuh berita keselamatan dan penghiburan, kelegaan di dalam Yesus Kristus. Puji Tuhan masa kini sudah banyak lembaga-lembaga misi yang memiliki fokus kepada suku-suku yang terabaikan: GEKISIA Kota Bengkulu telah mengutus melayani daerah Krui dan rencana penjangkauan misi ke Batam. STTAB juga membuat gerakan doa suku terabaikan (GDST) setiap hari Sabtu, pukul 10.00 WIB.
d.      Ujung Bumi: Istilah ujung bumi dalam konteks Kitab Kisah Para Rasul menunjuk kepada Kota Roma. Itu artinya ujung bumi bisa diartikan penjangkauan inetrnasional. Oleh karena itu kita bisa melihat banyak para missionaris yang pergi menjadi saksi ke berbagai belahan dunia. Salah satu pandangan seorang pendidik dan pembidik bernama Bpk. Daniel Alexander menganggap ujung dunia ialah Papua, sehingga pada tahun 1994 ia tinggalkan Amerika dan Australia untuk tinggal di Papua. Namun dimana ujung bumi? Bentuk bumi itu bulat (elips pada kedua kutubnya), di manakah ujungnya? Maka konsep ini melampaui pemahaman pada tempat, tetapi pada esensi. Oleh karena itu sebuah filosofi mengatakan: ”Bisa saja orang yang paling dekat itulah yang paling jauh”. Artinya bisa saja orang yang dekat dengan kita jika ia belum percaya pada Yesus maka ia adalah orang yang paling jauh karena ia terhilang. Fenomena masa kini banyak orang tua Kristen anak tidak, atau anak Kristen orang tua tidak. Sekalipun mereka dekat karena hubungan darah namun sesungguhnya mereka sangat berjauhan dalam iman. Mari kita jangkau orang-orang disekitar kita, baik teman satu kantor, satu profesi, tetangga dll. Ujung Bumi ini juga bisa berarti titik dimana kita berdiri, itu artinya menunjuk pada diri kita, mari kita lihat apakah kita pribadi yang jauh dari Tuhan.
Kesimpulan:
Orang Kristen harus siap bersaksi dalam segala keadaan dimana saja ia berada fokusnya ialah kesaksian. Nyatakanlah Kristus dalam-Mu.
3.      Setia Sampai Maranatha (ay. 9-11)
Istilah Maranatha terdapat dalam 1 Korintus 16: 22 yang memiliki arti ”The Lord Comes (Tuhan Datang)”. Sampai kapan para murid harus bersaksi? Dalam ayat 11 menunjukkan bahwa Tuhan Yesus akan datang ke dua kali. Namun faktanya Tuhan Yesus belum datang kedua kali namun para Murid sudah meninggal. Ungkapan setia sampai maranatha memiliki dua arti, yaitu: pertama: setia sampai akhir hidup. Kedua: setia melanjutkan penginjilan dari generasi ke generasi. Oleha karena itu setiap pribadi kita harus memiliki kesetiaan dalam penginjilan dan meregenerasikan semangat penginjilan kepada generasi zaman ini. Fenomena saat ini banyak tokoh yang setia dalam penginjilan namun gagal mewariskan semangat penginjilan. Sehingga muncul sebuah keadaan orang tua aktif pelayanan anak pasif dalam pelayanan, atau sebaliknya anak setia pelayanan orang tua pasif dalam pelayanan.  
Kesimpulan
            Menjadi saksi Yesus Kristus adalah tanggung jawab setiapa orang yang percaya pada Yesus Kristus. Kuasa yang diberikan Roh Kudus adalah dasar untuk menjadi saksi, dalam menjadi saksi orang percaya juga disiapkan untuk bersaksi dalam konteks apa saja. Menjadi saksi Yesus Kristus tidak hanya dimiliki oleh pribadi, orang percaya diberi tanggung jawab  meregenerasikan semangat injili kepada generasi masa kini. Allah yang mulia ingin memuliakan diri-Nya dengan memberikan kuasa kepada orang yang dipilih-Nya untuk bersaksi bagi kemuliaan-Nya.






[1]Eksposisi Teks
Ayat 6menunjukkan harapan para murid-murid, yaitu memulihkan kerajaan bagi Israel. Kerajaan yang dimaksud ialah kerajaan secara politik, sama seperti kerajaan Daud. Pola pikir demikian juga masih melekat dalam kehidupan orang Israel yang belum percaya kepada Yesus Kristus, banyak diantara mereka percaya Mesias akan datang dan membangun kerajaan Israel sama seperti pemerintahan Raja Daud. Namun bukan hanya orang Israel yang berpikir demikian dalam kalangan umat Kristen juga berpikir demikian, sehingga munculah pengajaran kerajaan seribu tahun (millenium). Banyak pengajar Kristen mengajarkan adanya kerajaan 1.000 tahun, bahwa Yesus akan datang dan memerintah sebagai raja selama 1.000 tahun. Lalu orang percaya akan diangkat (rapture) sebelum datangnya penderitaan besar (tribulasi), sehingga yang mengalami penderitaan hanya orang yang belum percaya. Lalu setelah itu Yesus datang untuk mengalahkan musuh dan memerintah di bumi selama 1.000 tahun. Ini adalah kelompok yang sebenarnya ingin mengajarkan Teologi Kemakmuran, sehingga apa pun diajarkan asalkan menghindari penderitaan, sampai-sampai merumuskan ajaran kerajaan 1.000 tahun yang diperintah oleh Yesus. Dalam Matius 24: 13 menyatakan bahwa orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat, itu artinya penderitaan akan terus ada sampai dan akan berakhir pada kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua. Lalu dalam menanti kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua manusia diberi mandat untuk memberitakan Injil (lih. Mat. 24: 14). 
Ayat 7-8 Tuhan Yesus menjawab pertanyaan Para Murid yang merindukan pemulihan kerajaan Israel. Namun Tuhan Yesus menjawab kalau mereka tidak perlu tahu masa dan waktu yang ditetapkan oleh Bapa sendiri. Jawaban Tuhan Yesus ini tidak mengindikasikan akan adanya sebuah kerajaan Israel secara politis. Namun Tuhan Yesus mengarahkan pemikiran mereka agar tidak memikirkan hal-hal duniawi seperti itu. Namun Tuhan Yesus juga tidak mengabaikan apa yang dibutuhkan oleh para murid, dalam ayat ke 8 Tuhan Yesus memberikan janji bahwa mereka akan diberi kuasa oleh Roh Kudus, hal ini bertolak belakang dengan konsep kuasa dari para murid dan Tuhan Yesus. Para murid menghendaki kuasa politik dan Tuhan Yesus memberi kuasa rohani. Tuhan Yesus juga mengingatkan kita dalam Matius 28: 18 menyatakan bahwa segala kuasa di Sorga dan di bumi telah diberikan kepada Yesus Kristus. Itu artinya pada waktu itu Yesus secara esensi adalah raja, saat ini Ia juga raja dan kedepan-Nya nanti ia tetap raja. Yesus tidak memikirkan konsep kerajaan secara politis. Jika kuasa secara politis maka para murid akan memerintah dan mengatur bawahan dan mereka bukan melayani tetapi dilayani. Tetapi kuasa yang diberikan Yesus membuat mereka bukan memerintah secara duniawi, tetapi memimpin manusia untuk datang kepada Yesus, melayani orang-orang yang membutuhkan kasih. Kuasa yang diberikan oleh Yesus merupakan kuasa yang mendorong para murid untuk menjadi saksi baik di Yerusalem yang merupakan tempat Yesus dibenci, dihakimi dan dijatuhkan hukuman Salib. Itu artinya para murid memberitakan kebangkitan Yesus Kristus dan kenaikkan-Nya di tempat orang-orang yang membenci Yesus. Hal ini mengajarkan bahwa titik mula dalam menjadi saksi ialah kita bisa menunjukkan kasih kepada orang-orang yang membenci kita. Para murid harus bisa mengampuni penduduk Yerusalem yang menyalibkan Yesus, mereka tidak boleh membalas dendam kepada orang-orang yang telah menghukum guru mereka. Demikian juga setiap orang percaya sebelum menjadi saksi ke tempat lain pastikan bahwa hatinya sudah bisa mengampuni orang-orang yang membenci. Selanjutnya para murid bersaksi di Yudea yang merupakan daerah umat Israel yang sisa dari pembuangan, hal tersebut menunjukkan bahwa para murid juga harus memikirkan nasib bangsanya. Demikian juga setiap orang yang mengikut Kristus harus memikirkan nasib bangsanya, meskipun tidak mengubah situasi politik tetapi mengubah situasi rohani bangsa, dengan cara bersaksi bagi bangsa. Oleh karena itu seorang bangsawan yang baik adalah seorang yang menyaksikan kabar baik kagi bangsanya. Selanjutnya Tuhan Yesus juga menyarankan mereka bersaksi ke Samaria. Daerah itu merupakan daerah Israel yang telah dibuang ke Asyur dan penduduknya kawin campur dengan bangsa lain, sehingga merek disebut juga sebagai warga kelas dua dari umat Yahudi. Penduduk Samaria dikucilkan, dihina dan dianggap tidak layak bergaul dengan umat Yahudi, namun dengan bangsa seperti ini Tuhan Yesus mengutus murid-murid untuk bersaksi. Demikian juga kita tidak boleh ikut mengucilkan orang-orang yang dikucilkan tetap harus melayani mereka, orang Kristen harus mau menjangkau saudara-saudara yang terhina dan terbuang. Selanjutnya Tuhan Yesus mengarahkan para murid untuk bersaksi ke seluruh dunia, dalam konteks Kisah Para Rasul seluruh dunia menunjuk pada kerajaan Roma. Itu artinya seluruh dunia ialah keluar dari batas nasional para murid. Orang Kristen juga harus mau menjakau saudara-saudara yang ada di luar negara kita. Jika ada orang-orang yang mengalami bencana di luar negara kita maka kita tidak boleh mengabaikan mereka kita juga harus bersaksi bisa dengan menolong mereka, bahkan harus lebih dari itu, jika mereka bangsa yang belum mendengarkan Injil maka kita juga harus bertanggung jawab memberitakan Injil kepada mereka.  
Ayat 9-11 merupakan momentum kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga, kenaikannya memiliki bukti yang kuat, karena ada saksi dari bumi yaitu para murid dan saksi dari langit yaitu dua orang yang berpakaian putih. Dalam tradisi Yahudi sebuah peristiwa terbukti kebenarannya jika ada dua saksi mata. Dari bumi yaitu para murid kurang lebih 11 orang (lih. Kis. 1: 13). Pada saat kenaikan Tuhan Yesus merupakan pemandangan yang menyenangkan sehingga membuat murid-murid terpaku. Demikian juga banyak orang Kristen yang terpaku pada hal-hal yang indah sehingga enggan berpaling. Pada waktu itu dua orang yang berpakaian putih mengingatkan kepada para murid agar tidak melihat ke langit terus, lalu mereka memberitahu bahwa Yesus akan datang kembali sama seperti ketika Ia naik ke Sorga. Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua merupakan akhir zaman, karena saat keadaan pada waktu kedatangan Tuhan Yesus ialah terjadinya masa kesusahan yang besar (tribulasi) (lih. Mat. 24; 29-31).
[2]ma,rturej noun nominative masculine plural common from ma,rtuj, ma,rturoj, o` witness1. in a legal sense Mt 18:16; Mk 14:63; Ac 6:13; 7:58; Hb 10:28.—2. in a nonlegal sense, esp. in reference to attestation in response to noteworthy performance or communication Lk 11:48; Ac 1:8, 22; 26:16; Ro 1:9; 2 Cor 1:23; 1 Ti 6:12; Hb 12:1; 1 Pt 5:1; Rv 11:3.—3. of one whose witness or attestation ultimately leads to death (the background for the later technical usage ‘martyr’) Ac 22:20; Rv 1:5; 2:13; 3:14; 17:6. [Gingrich, Greek New Tesatment Lexicon, 122]

Tidak ada komentar: