Jumat, 11 November 2016

DOKTRIN PEMILIHAN ALLAH


Oleh: Ev. Made N. Supriadi, S. Th
Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.
(Efesus 1: 4)
 Pemilihan adalah ajaran Alkitab dan bukan ajaran manusia, dan alasan inilah mengapa orang sering begitu sulit untuk menerimanya (Richard D. Philips).[1] Jika kita bergumul dengan doktrin pemilihan, seharusnya pertanyaan pertama adalah apakah hal itu diajarkan di dalam Alkitab? pertanyaannya bukan apakah anda belum mengerti atau apakah anda menyukainya. Gunakan rasio untuk meneliti dan mengkaji Alkitab dan gunakan perasaan dalam ketaatan dan pimpinan Roh Kudus. Jika rasio kita menemukan Alkitab mengajarkannya, maka ketaatan hati kita kepada Allah mengharuskan kita menerimanya. Dan melalui ketaatan pikiran kita, mengharapakan Allah untuk memimpin kita ke dalam pemahaman atas doktrin ini dan bersukacita di dalamnya.
Pembahasan mengenai doktrin pemilihan (election of God) dimulai dengan sebuah analogi, jika kita melihat pembangunan sebuah gedung, semakin tinggi gedung tersebut maka fondasi yang dibangunya semakin dalam sehingga bagunan tersebut menjadi kokoh. Begitu juga pemilihan Allah, manusia dipilih to hidup kekal maka pemilihan itu juga dimulai dari kekal. Maka benar kata firman Tuhan bahwa ”…Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan”. Karena di dalam Yesus Kristus kita akan hidup kekal di Sorga maka pemilihan itu tidak dimulai di dunia maka pemilihan itu dimulai dari kekekalan.
Richard D. Philips menuliskan: ”Rasul Paulus menunjukkan perhatian yang sama ketika ia membangun konsep keselamatan Kristen sesuai dengan rencana Allah. Jadi ia mulai dengan menggali dalam-dalam, membangun fondasi yang seteguh mungkin untuk sesuatu yang akan mencapai sorga. Allah memimpin kita, demikian Paulus mengajarkan, ke dalam kekekalan di masa depan, maka di dalam kekekalan masa lalulah Allah meletakan dasar untuk keamanan kita.”[2]
Doktrin pemilihan mengutip serangkaian tujuan yang ditetapkan Allah di dalam Kristus sebagai penyebab keselamatan pribadi kita. ”Mengapa seseorang menjadi Kristen? Karena ia percaya Injil”. Itu adalah kebenaran yang esensial. Tetapi kita bertannya kembali, ”Kenapa ia percaya sedangkan yang lain tidak? Apakah karena ada sesuatu di dalam orang Kristen yang lebih rohani, yang lebih baik dalam beberapa cara, yang memungkinkan mereka untuk percaya sementara orang lain mendengar berita yang sama tetapi tidak percaya?” Alkitab menjawab: ”Bukan! Ini bukan karena ada sesuatu di dalam diri mereka, tetapi karena ada sesuatu di dalam Allah, yaitu pemilihan-Nya yang kekal dan berdaulat atas individu-individu untuk menjadi milik-Nya sendiri melalui iman dalam Yesus Kristus.”
Ini adalah kabar baik bagi semua orang yang percaya, karena inilah fondasi dari keselamatan kita: bukan karena ada sesuatu di dalam diri kita, yang begitu lemah dan berubah-ubah, yang begitu campur aduk dalam afeksi kita, begitu tidak konstan dalam iman kita, tetapi pilihan Allah sendiri yang berdaulat dan tidak dapat diubah sejak kekekalan. Ia ”memilih kita sebelum dunia dijadikan.”

Arti Kata Pemilihan Dalam Efesus 1: 4
Alkitab berbicara mengenai pemilihan dari suatu arti seperti:
1.    Pemilihan orang-orang Israel sebagai umat Allah di PL (Ul. 4: 37’ 7: 6-8; 10: 15; Hos. 13: 5).
2.    Pemilihan orang-orang untuk beberapa jabatan atau pelayanan khusus (Ul. 18:5; 1Sam. 10: 2; Maz. 78: 70)
3.    Pemilihan orang-orang pada keselamatan (Mat. 22: 14; Rm. 11: 5; Ef. 1: 4).
Yang terakhir ini adalah pemilihan yang dibicarakan dalam hubungannya dengan predestinasi. Pemilihan ini dapat didefinisikan sebagai maksud Allah yang kekal untuk menyelamatkan beberapa keturunan manusia di dalam dan oleh Yesus Kristus. Secara khusu untuk mengerti arti kata pemilihan maka akan membahas secara khusus teks firman Tuhan dari Efesus 1: 4.
Efesus 1: 4 menyatakan salah-satu penyataan yang terang dari doktrin pemilihan. Dalam teks Yunani dituliskan ” kaqw.j evxele,xato h`ma/j evn auvtw/| pro. katabolh/j ko,smou ei=nai h`ma/j a`gi,ouj kai. avmw,mouj katenw,pion auvtou/ evn avga,ph|(” Kata pemilihan ditulis dengan kata evxele,xato (eselesato) merupakan kata kerja indicative aorist middle 3rd person singular dari kata dasar  evkle,gw Dalam Greek-English Lexicon of The New Testament mengartikan evkle,gomai choose, select Mk 13:20; Lk 9:35; 10:42; J 15:16; Ac 15:22, 25; Eph 1:4; Js 2:5.[3] Dalam teks tersebut kata evxele,xato (eselesato) ditulis dalam bentuk kata kerja indicative aorist yang menunjukkan bahwa kata kerja itu sudah selesai dilakukan dan dampaknya terasa sampai sekarang. Jadi pemilihan itu sudah dilakukan Allah dari semula sebelum dunia dijadikan dan pemilihan itu tidak hilang namun tetap dirasakan sampai sekarang.
Dalam bahasa Inggris ada dua kata yang perlu dipahami megenai pemilihan, pertama choosen dan election. Choosen dari kata dasar choose artinya memilih, memutuskan berdasarkan kehendak. Lalu election dari kata dasar elect artinya orang-orang yang terpilih atau kelompok golongan terpilih. Dalam Efesus 1: 4 menggunakan kata chose / choosen untuk menunjukkan keaktifan. Dalam teks tersebut jelas menunjukkan Allah yang aktif memilih dan memutuskan pemilihan tersebut baik waktu dan orangnya. Kata election menunjukkan kepasifan, jadi orang-orang yang sudah terpilih (election) merupakan tindakan dari pemilihan Allah (The choosen of God). Maka jelas mengapa dalam Theology Reformasi Injili memakai istilah election bukan choosen Karena itu untuk menunjukkan orang yang dipilih.
            Dalam bagian-bagian Alkitab yang lain seperti Markus 13: 20 menunjukkan istilah ”…orang-orang pilihan yang dipilih-Nya.” Dalam NIV dituliskan ” But for the sake of the elect, whom he has chosen.” Maka jelas bahwa orang-orang pilihan (the election) merupakan pilihan Allah yang memilih (choosen). Jadi Allah aktif memilih dan manusia pasif. Jika manusia terpilih karena keaaktifan Allah semata. Lalu dalam Lukas 9: 35 menunjukkan pemilihan Allah atas Anak-Nya Yesus Kristus. Yesus Kristus Anak Allah yang kekal (The Son of God of Eternality), Allah Bapa juga kekal, maka jika Allah Bapa menyatakan Yesus sebagai Anak-Nya maka itu pasti sudah terjadi dari kekal sampai kekal. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan itu sudah terjadi dalam kekekalan.
Dalam Yohanes 15: 16 menuliskan : ”Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu…” Dalam NIV menuliskan: ” You did not choose me, but I chose you.” Tuhan Yesus menyatakan bahwa para murid bukanlah penentu untuk mengikut Yesus tetapi Yesuslah yang menentukan siapa yang mengikut-Nya sesuai dengan pemilihan Yesus sendiri. Ungkapan ”tetapi Akulah yang memilih kamu.” Menunjukkan bahwa Tuhan Yesus pemilih murid-Nya (The choosen of Election). Richard D. Philips menuliskan: ”Yesus memilih mereka, padahal Ia mungkin saja dengan mudah membuat pilihan yang lain. Pemilihan-Nya yang menentukan kemuridan mereka”. Tuhan Yesus yang memanggil ke 12 murid dengan latar belakang berbeda, hal tersebut menunjukkan pemilihan tersebut tidak berdasarkan kualifikasi dari diri para murid tetapi Tuhanlah yang tahu.
 Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus telah ada dalam kekekalan. Alkitab memberikan cukup banyak bukti bahwa ada kovenan atau perjanjian di dalam kekekalan antara Allah Bapa dan Allah Anak, yang ditetapkan dalam pembicaraan prapenciptaan. Berikut penyataan Alkitab mengenai adanya perjanjian (kovenan) kekal:
Ibrani 13: 20 menyatakan: ” Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita.” Yohanes 17: 4 menyatakan: ” Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” 1Petrus 1: 19-20 menyatakan: ”19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.  20 Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.
Keputusan yang kekal ini disebut sebagai kovenan penebusan. Allah Bapa meletakan suatu tanggungan pada Allah Anak demi orang-orang yang dipilih sebelumnya. Sang Anak secara sukarela menerima tanggungan ini, yaitu bahwa Ia akan mengambil perkara mereka dan mati untuk mereka di atas salib. Sebagai imbalannya, Bapa menjanjikan kepada-Nya keselamatan bagi semua kaum pilihan, mereka yang dipilih dalam kekekalan untuk hidup kekal sebagai umat-Nya.
             Dalam Yesaya 46: 9-10 menyatakan: ”9 Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku,  10 yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan”. Ayat tersebut menunjukkan kedaulatan keputusan Allah. Dalam Perjanjian Lama kedaulatan keputusan kasih Allah dalam memilih umat Israel juga dinyatakan. Dalam Ulangan 7: 7-8 menyatakan: ”7 Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa?  8 tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir.
            Dalam Perjanjian Baru di dalam pemilihan Bapa sendiri yang berdaulat memberikan orang pilihan kepada Yesus Kristus untuk ditebus. Yohanes 6: 37-39 menyatakan: ”Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.” Edwin H. Palmeer menuliskan:
”Di sini terlihat jelas bahwa orang-orang yang akan dibangkitkan pada akhir zaman, semua orang percaya sejati, diberikan oleh Bapa kepada Kristus. Dan hanya mereka yang diberikan oleh Bapa kepada Kristus yang dapat datang kepada-Nya. Keselamatan sepenuhnya terletak ditangan Allah Bapa. Bapalah yang memeberikan mereka kepada Yesus untuk diselamatkan. Sekali mereka telah diberikan kepada Yesus, Yesus akan menjaga sehingga tak satu pun dari mereka yang akan terhilang. Maka keselamatan tergantung sepenuhnya kepada Bapa yang memberikan sejumlah orang yang diselamatkan kepada Kristus. Ini tidak lain adalah pemilihan tanpa syarat.”[4]
 Di dalam Roma 9: 10, Paulus menggunakan contoh Esau dan Yakub untuk menunjukkan pemilihan dan penolakan Allah sebelum mereka lahir. Dasarnya ialah rencana Allah tentang pemilihan yang jelas dinyatakan dalam Roma 9: 11 ”Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya.” Dari ayat-ayat tersebut sangat jelas bahwa pemilihan adalah kedaulatan Allah. Maka jika Allah berdaulat, Allah memilih siapa saja yang dikehendaki, pemilihan Allh tidak dibatasi oleh faktor-faktor fisik manusia dan pemilihan Allah tidak dapat ditolak. Soli Deo Gloria


[1] Richard D. Philips adalah hamba Tuhan senior di First Presbyterian Church of Carol Springs di Margate, Florida. [Richard D. Philips, Apakah Pemilihan dan Predestinasi itu?, (Surabaya: Momentum, 2013), 11]
[2] Richard D. Philips, Apakah Pemilihan dan Predestinasi itu?...., 5
[3] William F. Arnddt Dan F. Wilbur Gingrich, A Greek-English Lexicon Of The New Testament and other Early Chriatian Literature, (Chicago: The University of Chicago Press, 1982), 60  
[4] Edwin H. Palmeer. The Five Points of Calvinism, (Surabaya: Momentum, 2011), 33

IMAN & PENDERITAAN

Sebuah Refleksi Filosofis-Theologis
Oleh: Made N. Supriadi, S. Th
       Penderitaan akan menjadi penderitaan jika penderita tidak diberikan iman oleh Tuhan. Penderitaan akan menjadi tangisan jika penderita tidak melihat pengharapan. Lalu apakah orang percaya hidup tanpa penderitaan? Penderitaan akan tetap ada namun inilah yang patut kita pelajari yaitu relasi iman dan penderitaan.
       Tuhan memberikan iman, iman memimpin manusia berpusat pada pribadi dan karya Allah, sehingga pikiran (mind) dan hati nurani (counscience) dipimpin berpusat pada pribadi Allah yang kasih dan karya-Nya yang mengasihi, konsep demikianlah yang membuat manusia tahu bahwa kehidupan ini ada dalam pemeliharaan Tuhan.
       Dalam Alkitab banyak tokoh iman yang menderita dalam Ibrani 11 tokoh tersebut hidup dalam iman juga penderitaan. Ayub juga mengalami penderitaan padahal ia orang beriman. Namun fakta Alkitab menyatakan mereka tidak menyebut penderitaan sebagai sebuah penderitaan. Mengapa? karena mereka diberikan iman oleh Tuhan.
      Tuhan Yesus juga mengalami penderitaan padahal Ia sumber Iman itu, namun penderitaan itu bukanlah menjadi penderitaan yang menguasai dan merubah tujuan dan nilai pribadi dan karya-Nya. Jadi penderitaan tidak akan menjadi penderitaan jika Tuhan memberikan iman, penderitaan bukanlah penderitaan jika berpusat kepada Tuhan. Lalu apakah setiap orang yang percaya akan menderita? Maka penderitaan itu hadir bukan karena orang tersebut beriman, karena orang tak beriman pun juga mengalami penderitaan. Penderitaan ada karena orang percaya hidup di dunia dan tidak mengenal Tuhan. Penderitaan orang yang tidak beriman pada Yesus Kristus dialami hingga kekekalan. Oleh karena itu dalam Roma 1: 24, 26, 28 menyatakan bahwa orang yang terus bergelut dalam kefasikan, kecemaran dan berbagai dosa bisa jadi orang tersebut sudah diserahkan Tuhan dalam penghukuman.
     Perhatikan dua orang yang disalib bersama Tuhan Yesus, mereka mengalami penderitaan fisik, namun penderitaan salah seorang yang disalib tidak bernilai kekal karena ia diterima Yesus di Firdaus, lalu yang satunya menderita fisik dan kekal karena menolak Tuhan Yesus.
        Penderitaan adalah sebuah tipuan bagi iman karena penderitaan mencoba merusak konsep iman, namun disaat yang sama penderitaan juga menjadi pengujian kualitas iman karena dalam penderitaan kemurnian konsep berpikir dan hati serta kekuatan iman menjadi terlihat. Penderitaan juga merupakan alat untuk membentuk iman orang percaya, penderitaan akan memperlihatkan gambaran konsep iman apakah itu iman yang diberikan Tuhan atau tidak. Iman dalam penderitaan memimpin orang percaya tetap memuliakan Tuhan, justru dalam penderitaan yang dimenangkan iman akan membuat Tuhan dimuliakan. Maka orang yang menderita dalam iman tetap menunjukkan ekspresi memuliakan Allah. Soli Deo Gloria.