Oleh: Ev. Made N. Supriadi, S. Th
”Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan,
supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.”
(Efesus 1: 4)
Pemilihan adalah ajaran Alkitab dan bukan ajaran
manusia, dan alasan inilah mengapa orang sering begitu sulit untuk menerimanya
(Richard D. Philips).[1] Jika kita bergumul dengan
doktrin pemilihan, seharusnya pertanyaan pertama adalah apakah hal itu
diajarkan di dalam Alkitab? pertanyaannya bukan apakah anda belum mengerti atau
apakah anda menyukainya. Gunakan rasio untuk meneliti dan mengkaji Alkitab dan
gunakan perasaan dalam ketaatan dan pimpinan Roh Kudus. Jika rasio kita
menemukan Alkitab mengajarkannya, maka ketaatan hati kita kepada Allah
mengharuskan kita menerimanya. Dan melalui ketaatan pikiran kita, mengharapakan
Allah untuk memimpin kita ke dalam pemahaman atas doktrin ini dan bersukacita
di dalamnya.
Pembahasan mengenai doktrin pemilihan (election of God)
dimulai dengan sebuah analogi, jika kita melihat pembangunan sebuah gedung,
semakin tinggi gedung tersebut maka fondasi yang dibangunya semakin dalam
sehingga bagunan tersebut menjadi kokoh. Begitu juga pemilihan Allah, manusia
dipilih to hidup kekal maka pemilihan itu juga dimulai dari kekal. Maka benar
kata firman Tuhan bahwa ”…Allah telah
memilih kita sebelum dunia dijadikan”. Karena di dalam Yesus Kristus kita
akan hidup kekal di Sorga maka pemilihan itu tidak dimulai di dunia maka
pemilihan itu dimulai dari kekekalan.
Richard D. Philips menuliskan: ”Rasul Paulus menunjukkan perhatian yang sama ketika ia membangun konsep
keselamatan Kristen sesuai dengan rencana Allah. Jadi ia mulai dengan menggali
dalam-dalam, membangun fondasi yang seteguh mungkin untuk sesuatu yang akan
mencapai sorga. Allah memimpin kita, demikian Paulus mengajarkan, ke dalam
kekekalan di masa depan, maka di dalam kekekalan masa lalulah Allah meletakan
dasar untuk keamanan kita.”[2]
Doktrin pemilihan mengutip serangkaian tujuan yang
ditetapkan Allah di dalam Kristus sebagai penyebab keselamatan pribadi kita.
”Mengapa seseorang menjadi Kristen? Karena ia percaya Injil”. Itu adalah
kebenaran yang esensial. Tetapi kita bertannya kembali, ”Kenapa ia percaya
sedangkan yang lain tidak? Apakah karena ada sesuatu di dalam orang Kristen
yang lebih rohani, yang lebih baik dalam beberapa cara, yang memungkinkan
mereka untuk percaya sementara orang lain mendengar berita yang sama tetapi
tidak percaya?” Alkitab menjawab: ”Bukan! Ini bukan karena ada sesuatu di dalam
diri mereka, tetapi karena ada sesuatu di dalam Allah, yaitu pemilihan-Nya yang
kekal dan berdaulat atas individu-individu untuk menjadi milik-Nya sendiri
melalui iman dalam Yesus Kristus.”
Ini adalah kabar baik bagi semua orang yang percaya,
karena inilah fondasi dari keselamatan kita: bukan karena ada sesuatu di dalam
diri kita, yang begitu lemah dan berubah-ubah, yang begitu campur aduk dalam
afeksi kita, begitu tidak konstan dalam iman kita, tetapi pilihan Allah sendiri
yang berdaulat dan tidak dapat diubah sejak kekekalan. Ia ”memilih kita sebelum dunia dijadikan.”
Arti Kata Pemilihan Dalam Efesus 1: 4
Alkitab berbicara mengenai pemilihan dari suatu arti seperti:
1. Pemilihan orang-orang Israel
sebagai umat Allah di PL (Ul. 4: 37’ 7: 6-8; 10: 15; Hos. 13: 5).
2. Pemilihan orang-orang untuk
beberapa jabatan atau pelayanan khusus (Ul. 18:5; 1Sam. 10: 2; Maz. 78: 70)
3. Pemilihan orang-orang pada
keselamatan (Mat. 22: 14; Rm. 11: 5; Ef. 1: 4).
Yang terakhir ini adalah pemilihan yang dibicarakan dalam hubungannya
dengan predestinasi. Pemilihan ini dapat didefinisikan sebagai maksud Allah
yang kekal untuk menyelamatkan beberapa keturunan manusia di dalam dan oleh
Yesus Kristus. Secara khusu untuk mengerti arti kata pemilihan maka akan
membahas secara khusus teks firman Tuhan dari Efesus 1: 4.
Efesus 1: 4
menyatakan salah-satu penyataan yang terang dari doktrin pemilihan. Dalam teks
Yunani dituliskan ” kaqw.j evxele,xato h`ma/j evn auvtw/| pro. katabolh/j
ko,smou ei=nai h`ma/j a`gi,ouj kai. avmw,mouj katenw,pion auvtou/ evn avga,ph|(” Kata pemilihan ditulis dengan kata evxele,xato (eselesato) merupakan kata kerja
indicative aorist middle 3rd person singular dari kata dasar evkle,gw Dalam Greek-English Lexicon of
The New Testament mengartikan evkle,gomai choose, select Mk 13:20; Lk 9:35; 10:42; J 15:16; Ac 15:22, 25; Eph 1:4; Js 2:5.[3] Dalam teks tersebut kata evxele,xato (eselesato) ditulis dalam bentuk
kata kerja indicative aorist yang menunjukkan bahwa kata kerja itu sudah
selesai dilakukan dan dampaknya terasa sampai sekarang. Jadi pemilihan itu
sudah dilakukan Allah dari semula sebelum dunia dijadikan dan pemilihan itu tidak
hilang namun tetap dirasakan sampai sekarang.
Dalam bahasa Inggris ada dua kata yang perlu dipahami megenai pemilihan,
pertama choosen dan election. Choosen dari kata dasar choose
artinya memilih, memutuskan berdasarkan kehendak. Lalu election dari kata dasar
elect artinya orang-orang yang
terpilih atau kelompok golongan terpilih. Dalam Efesus 1: 4 menggunakan kata
chose / choosen untuk menunjukkan
keaktifan. Dalam teks tersebut jelas menunjukkan Allah yang aktif memilih dan
memutuskan pemilihan tersebut baik waktu dan orangnya. Kata election menunjukkan kepasifan, jadi
orang-orang yang sudah terpilih (election)
merupakan tindakan dari pemilihan Allah (The
choosen of God). Maka jelas mengapa dalam Theology Reformasi Injili memakai
istilah election bukan choosen Karena itu untuk menunjukkan
orang yang dipilih.
Dalam bagian-bagian Alkitab yang
lain seperti Markus 13: 20 menunjukkan istilah ”…orang-orang pilihan yang dipilih-Nya.” Dalam NIV dituliskan ” But for the sake of the elect, whom he has
chosen.” Maka jelas bahwa orang-orang pilihan (the election) merupakan
pilihan Allah yang memilih (choosen). Jadi Allah aktif memilih dan manusia
pasif. Jika manusia terpilih karena keaaktifan Allah semata. Lalu dalam Lukas
9: 35 menunjukkan pemilihan Allah atas Anak-Nya Yesus Kristus. Yesus Kristus
Anak Allah yang kekal (The Son of God of Eternality), Allah Bapa juga kekal,
maka jika Allah Bapa menyatakan Yesus sebagai Anak-Nya maka itu pasti sudah
terjadi dari kekal sampai kekal. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan itu sudah
terjadi dalam kekekalan.
Dalam Yohanes 15: 16 menuliskan : ”Bukan
kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu…” Dalam NIV
menuliskan: ” You did not choose me, but I
chose you.” Tuhan
Yesus menyatakan bahwa para murid bukanlah penentu untuk mengikut Yesus tetapi
Yesuslah yang menentukan siapa yang mengikut-Nya sesuai dengan pemilihan Yesus
sendiri. Ungkapan ”tetapi Akulah yang
memilih kamu.” Menunjukkan bahwa Tuhan Yesus pemilih murid-Nya (The choosen
of Election). Richard D. Philips menuliskan: ”Yesus memilih mereka, padahal Ia mungkin saja dengan mudah membuat
pilihan yang lain. Pemilihan-Nya yang menentukan kemuridan mereka”. Tuhan
Yesus yang memanggil ke 12 murid dengan latar belakang berbeda, hal tersebut
menunjukkan pemilihan tersebut tidak berdasarkan kualifikasi dari diri para
murid tetapi Tuhanlah yang tahu.
Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus telah ada dalam kekekalan.
Alkitab memberikan cukup banyak bukti bahwa ada kovenan atau perjanjian di
dalam kekekalan antara Allah Bapa dan Allah Anak, yang ditetapkan dalam
pembicaraan prapenciptaan. Berikut penyataan Alkitab mengenai adanya perjanjian
(kovenan) kekal:
Ibrani 13: 20 menyatakan: ” Maka Allah damai sejahtera, yang
oleh darah perjanjian yang kekal telah
membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus,
Tuhan kita.” Yohanes 17: 4 menyatakan: ” Aku telah mempermuliakan Engkau
di bumi dengan jalan menyelesaikan
pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” 1Petrus 1: 19-20 menyatakan: ”19 melainkan dengan darah yang
mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda
dan tak bercacat. 20 Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan,
tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.”
Keputusan yang kekal ini disebut
sebagai kovenan penebusan. Allah Bapa meletakan suatu tanggungan pada Allah
Anak demi orang-orang yang dipilih sebelumnya. Sang Anak secara sukarela
menerima tanggungan ini, yaitu bahwa Ia akan mengambil perkara mereka dan mati
untuk mereka di atas salib. Sebagai imbalannya, Bapa menjanjikan kepada-Nya keselamatan bagi semua kaum pilihan, mereka
yang dipilih dalam kekekalan untuk hidup kekal sebagai umat-Nya.
Dalam Yesaya 46: 9-10 menyatakan:
”9 Ingatlah hal-hal yang
dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain,
Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku,
10 yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan
dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan
sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan”. Ayat tersebut
menunjukkan kedaulatan keputusan Allah. Dalam Perjanjian Lama kedaulatan
keputusan kasih Allah dalam memilih umat Israel juga dinyatakan. Dalam Ulangan
7: 7-8 menyatakan: ”7 Bukan
karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat
olehmu dan memilih kamu bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala
bangsa? 8 tetapi karena TUHAN
mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek
moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan
menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir.”
Dalam Perjanjian Baru di dalam
pemilihan Bapa sendiri yang berdaulat memberikan orang pilihan kepada Yesus
Kristus untuk ditebus. Yohanes 6: 37-39 menyatakan: ”Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.Dan Inilah kehendak Dia
yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya
kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”
Edwin H. Palmeer menuliskan:
”Di sini terlihat jelas bahwa
orang-orang yang akan dibangkitkan pada akhir zaman, semua orang percaya
sejati, diberikan oleh Bapa kepada Kristus. Dan hanya mereka yang diberikan
oleh Bapa kepada Kristus yang dapat datang kepada-Nya. Keselamatan sepenuhnya
terletak ditangan Allah Bapa. Bapalah yang memeberikan mereka kepada Yesus
untuk diselamatkan. Sekali mereka telah diberikan kepada Yesus, Yesus akan
menjaga sehingga tak satu pun dari mereka yang akan terhilang. Maka keselamatan
tergantung sepenuhnya kepada Bapa yang memberikan sejumlah orang yang
diselamatkan kepada Kristus. Ini tidak lain adalah pemilihan tanpa syarat.”[4]
Di dalam Roma 9: 10, Paulus menggunakan contoh Esau dan Yakub untuk
menunjukkan pemilihan dan penolakan Allah sebelum mereka lahir. Dasarnya ialah
rencana Allah tentang pemilihan yang jelas dinyatakan dalam Roma 9: 11 ”Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan
dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan
perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya.” Dari ayat-ayat tersebut
sangat jelas bahwa pemilihan adalah kedaulatan Allah. Maka jika Allah
berdaulat, Allah memilih siapa saja yang dikehendaki, pemilihan Allh tidak
dibatasi oleh faktor-faktor fisik manusia dan pemilihan Allah tidak dapat
ditolak. Soli Deo Gloria
[1] Richard D. Philips adalah hamba Tuhan senior di First Presbyterian
Church of Carol Springs di Margate, Florida. [Richard D. Philips, Apakah Pemilihan dan Predestinasi itu?, (Surabaya:
Momentum, 2013), 11]
[2]
Richard D. Philips, Apakah Pemilihan dan
Predestinasi itu?...., 5
[3]
William F. Arnddt Dan F. Wilbur Gingrich, A
Greek-English Lexicon Of The New Testament and other Early Chriatian Literature,
(Chicago: The University of Chicago Press, 1982), 60
[4] Edwin H. Palmeer. The Five Points of Calvinism, (Surabaya: Momentum, 2011), 33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar