Rabu, 05 April 2017

PENGANTAR KITAB RATAPAN



Penulis: Yeremia
Tema: Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan
Tanggal Penulisan: 586-585 SM

LATAR BELAKANG
Kitab ini tidak mempunyai judul dalam kitab Perjanjian Lama Ibrani, tetapi dikenal dengan kata pertamanya, yaitu "How". Judul "Nyanyian pemakaman" atau "Ratapan" diberikan oleh rabi-rabi bangsa Yahudi yang mula-mula. Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin "Ratapan Yeremia" PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.

PENULIS & TAHUN PENULISAN
Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini.[1] Bukti yang mendukung kesimpulan ini:
1.    Dari 2Taw. 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer. 7:29; 8:21; Yer. 9:1,10,20).
2.    Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
3.    Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer. 14:17; 18:13; Rat 1:15; Rat. 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.
Tahun penulisan : untuk tahun penulisan kita dapat melihat dari konteks Yerusalem, ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer. 41:1-44:30), di mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).[2]


TUJUAN
Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk:
1.    keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud.
2.    Pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
3.    Pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh.
Kejatuhan Yerusalem yang menghancurkan dalam tahun 587 SM menuntut penjelasan dan inilah yang diberikan oleh si penulis. Sebagian besar dari tanda-tanda yang kelihatan mengenai pilihan Tuhan atas Yehuda sudah dihancurkan (kota, Bait Allah, kebaktian-kebaktian dll.). Dengan berani penulis menghadapi kenyataan pahit dari dosa orang Yeuda, dan maksud Allah yang terssembunyi daalam pemurnian melalui penghakiman. Jawaban atas pertanyaan (yang sering diajukan oleh mereka yang berada dalam pencobaan) "Di manakah Tuhan?," dijawab oleh penulis dengan tantangan yang berarti dalam, yaitu: "Cobalah untuk mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh Tuhan".
"Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini atas Yerusalem,". Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat. 3:22-23,32).  Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.

BENTUK PENULISAN
Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan pertama (Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan ratapan Yerusalem (Rat. 1:12-22). Dalam ratapan kedua (Rat. 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (Rat. 3:1-66) mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (Rat. 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair sebelumnya.  Di dalam syair yang terakhir (Rat. 5:1-22), setelah pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.
Kitab ini merupakan suatu koleksi puisi yang tersusun rapi, sebagian besar ditulis dalam bentuk "nyanyian pemakaman" — kecuali pasal Rat. 5. Pasal Rat. 1-4 merupakan puisi "akrostik," setiap baik berikutnya dimulai dengan sebuah huruf dari alfabet Ibrani secara beraturan. (Terdapat sedikit pengecualian terhadap aturan ini dan pasal Rat. 3 merupakan puisi akrostik yang lebih lengkap). Boleh jadi pola ini sebagian dimaksudkan untuk memudahkan penghafalan dalam tata ibadah. Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3, yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat. 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga _Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga melaksanakan mencapai dua hal.
1.    Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
2.    Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.

CIRI-CIRI KHAS
Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.
1.    Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair- syair duka.
2.    Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas 22 ayat.
3.    Sedangkan 2Raj. 25:1-30 dan Yer. 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
4.    Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat. 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat. 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat. 5:16-22).
5.    Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat  (bd. Rat. 1:15 dengan Wahy 14:19), Rat. 2:1 dengan Mat. 5:35; Rat. 3:30 dengan Mat. 5:39; Rat. 3:45 dengan 1Kor. 4:13.

PENGGENAPAN DALAM PERJANJIAN BARU
Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom. 1:18-3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat. 23:37-38; Luk. 13:34-35; 19:41-44).

Pesan
1. Masa lalu yang penuh kemasyhuran, masa kini yang menyedihkan
o Kejayaan … kesengsaraan Rat. 3:18,19
o Kekayaan … kemiskinan Rat. 4:5
o Sukacita … kedukaan Rat. 5:15
2. Penyebab kesusahan
o Pemberontakan Yehuda terhadap Tuhan. Rat. 1:20; 4:6
o Pemimpin-pemimpin mereka yang tak bertanggung jawab. Rat. 2:14; 4:13
o Murka Allah yang tak dapat dihindari. Rat. 2:21, 22; 4:11
o Pemberontakan terhadap kebenaran Tuhan. Rat. 1:18
3. Jenis kesusahan
o Kelaparan dan kematian. Rat. 1:11; 2:21
o Hancurnya kota dan Bait Allah. Rat. 1:4; 2:6,7
o Hilangnya raja-raja dan pangeran. Rat. 4:7, 8,20
o Pecahnya hidup bermasyarakat. Rat. 5:1-5
o Penghinaan dari musuh. Rat. 2:15,16
o Pengucilan. Rat. 1:12,16,21
o Dipisahkan dari Tuhan. Rat. 2:9; 3:8,44
4. Reaksi terhadap kesusahan
o Keinginan untuk membalas. Rat. 3:64-66
o Keluhan kepada Tuhan. Rat. 2:13,20
o Perasaan tertekan. Rat. 3:20
o Pengakuan Allah sebagai hakim. Rat. 3:1-3,38
o Pengakuan dosa. Rat. 1:8; 5:17
o Pembaruan doa kepada Allah. Rat. 1:9,20; 5:21
o Sikap sabar dalam ketaatan. Rat. 3:26-30,39
5. Dasar pengharapan
o Kendali Tuhan atas nasib manusia. Rat. 2:17; 3:37
o Hukum Tuhan yang abadi. Rat. 5:19
o Keengganan Tuhan untuk menghukum. Rat. 3:33
o Kasih dan belas kasihan Tuhan. Rat. 3:22-25
6. Berita pengharapan
o Akhir pembuangan. Rat. 4:22
o Penghakiman atas musuh-musuh bangsa Yehuda. Rat. 4:21,22
o Kasih Tuhan yang tak kunjung padam. Rat. 3:21


Penerapan
o Musibah disebabkan oleh keinginan manusia untuk berbuat dosa, bukan karena keengganan Tuhan untuk menyelamatkan.
o Musibah dapat membuat putus asa, atau memperdalam kepercayaan kepada Tuhan sehingga cukup untuk memampukan kita dalam menghadapi penderitaan.
o Manakala tembok kehidupan kita mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan, kita dapat menambal keretakan itu atau menolong Allah untuk membangun kembali tembok.
o Tuhan seringkali mengangkat tanda-tanda kemurahan-Nya, sehingga iman dan kerinduan kita dapat berakar teguh di dalam Dia, tidak dalam lambang-lambang kehadiran-Nya.
o "Saya telah berdosa" boleh jadi merupakan kata-kata yang paling sukar dalam perbendaharaan kata seorang percaya; kata-kata itu juga merupakan yang paling kreatif.
o Tuhan tidak senang mendisiplin umat-Nya, tetapi disiplin untuk kebaikan merupakan satu aspek dalam hubungan orang tua dan anak.
o Kasih Tuhan akan mengalahkan semua penolakan kita kepada-Nya. Dia menunggu dan bekerja untuk mengembalikan kita kepada-Nya.

Tema-tema Kunci
1. Kejujuran dan harapan dalam penderitaan
Perhatikan bagaimana penulis secara terbuka dan jujur menggambarkan kesusahannya, kesepiannya, kesepian dan kedukaannya dll. (terutama dalam pasal 3). "Pasal penghubung" antara keputusasaaan dan pengharapan terdapat pada pasal Rat. 3:19-24. Cobalah untuk menafsirkan pasal ini dengan bahasa yang Anda mengerti.
2. Penulis mengindentifikasikan dirinya dengan umat
Hal ini jelas terlihat dalam kitab ini (misalnya Rat 2:11; 3:48-51) dan merupakan ciri-ciri yang sering terlihat daalam tulisan para nabi. Lihat, misalnya Amos 7:1,2; Yesaya 6:5; Yeremia 8:21,22. Bagaimana Yesus menunjukkan keprihatinannya terhadap umat yang hidup pada zaman-Nya dan kepada kita? Lihat Matius 23:27; Markus 10:45, Filipi 2:6-8; Ibrani 2:14-18.
3. Permohonan penulis kepada Allah
Permohonan terdapat dalam: misalnya Rat. 1:9, 11,22; 2:20; 3:56,64,66; 5:1,21. Dia memohon kepada Allah untuk bertindak dalam berbagai cara. Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari masing-masing himbauan tentang jalan pikiran dan pandangan penulis mengenai Allah?
4. Campur tangan Allah dalam mengembalikan manusia kepada-Nya
Rat. 5:21 dengan jelas menunjukkan hal ini. Pelajari juga Mazmur 85:4; Yeremia 31:18; Kisah Para Rasul 11:8; Roma 2:4. Dapatkah Anda menemukan ayat-ayat yang menekankan tentang tanggung jawab manusia untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan? Bandingkan ayat-ayat dalam Ratapan dengan Mazmur 119:59; Yesaya 55:6-9.

GARIS BESAR
1 RATAPAN ORANG BERKABUNG Rat. 1:1-22
Rat. 1:1-7           Kesunyian suasana duka
Rat. 1:8-11         Nasib kota yang penuh dosa
Rat. 1:12-20       Saat murka Allah yang besar
Rat. 1:21-22       Doa untuk pembalasan
2 ALLAH MELAWAN UMATNYA Rat. 2:1-22
Rat. 2:1-9           Allah, perusak yang sedang murka
Rat. 2:10-13       Keputusan orang yang tak berdaya
Rat. 2:14-17       Penghinaan musuh
Rat. 2:18-22       Permohonan pertolongan yang amat sangat
3 RATAPAN PRIBADI DAN DOA Rat. 3:1-66
Rat. 3:1-20          Allah, penyebab penderitaan
Rat. 3:21-39        Kepercayaan pada kebaikan Allah
Rat. 3:40-42        Panggilan untuk bertobat
Rat. 3:43-54        Akibat dosa
Rat. 3:55-60        Kepercayaan pada keadilan Allah
Rat. 3:61-66        Doa untuk pembalasan
4 YERUSALEM: DAHULU DAN SEKARANG Rat. 4:1-22
Rat. 4:1-12          Kebesaran masa lalu, aib masa kini
Rat. 4:13-20        Penghakiman atas para imam dan nabi
Rat. 4:21-22        Pembalasan atas Edom
5 DOA TERPADU MEMOHON PERTOLONGAN Rat. 5:1-22
Rat. 5:1-9            Bangsa tertindas
Rat. 5:10-14        Tidak ada pengecualian
Rat. 5:15-18        Sakitnya berada dalam keputusasaan
Rat. 5:19-22        Doa untuk pemulihan



[1]Penulisnya tidak dikenal. Kitab ini ditempatkan sesudah Yeremia dalam Septuaginta, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh hubungan sejarah kedua kitab tersebut. Pandangan penulis terhadap raja yang bertakhta pada masa itu (Rat. 4:20) dan mengenai ketergantungan kepada bangsa-bangsa lain berbeda dari pandangan Yeremia. Tetapi, penulis dan Yeremia (yang dijuluki "nabi cengeng") mempunyai temperamen yang serupa, dan keduanya melihat penghakiman Tuhan di balik tragedi yang mereka tulis (lih. Rat. 2:1-8). Jika kitab ini merupakan suatu kesatuan, sudah hampir pasti bahwa penulisnya hidup pada zaman yang sama dengan Yeremia.  
[2]Penentuan waktu penulisan secara tepat tergantung kepada apakah karangan ini ditulis oleh seorang atau beberapa penulis. Pendapat yang masuk akal ialah bahwa pasal Rat. 1-4 ditulis oleh seorang saksi mata pada waktu jatuhnya Yerusalem dan pemulaan masa Pembuangan (yaitu tahun 587 SM), dan bahwa pasal Rat. 5 ditambahkan pada tahun 550 SM waktu mereka sudah menjalani masa Pembuangan untuk beberapa waktu.

PENGANTAR KITAB YEREMIA



Penulis: Yeremia
Tema: Hukuman Allah Tidak Terelakkan bagi Yehuda yang Tidak Bertobat.
Tanggal Penulisan: + 585 — 580 SM

Latar Belakang
Pada permulaan masa ini Asyur dan Mesir merupakan dua kekuatan besar. Bangsa Asyur dikalahkan oleh Babel pada tahun 612 SM dan demikian halnya dengan Mesir yang dihancurkan di Karkemis pada tahun 605 SM. Sejak saat itu Yeremia terus menerus mendorong Yehuda untuk menyerah kepada Babel, untuk menerima segala konsekuensi dari dosa-dosa mereka yaitu Pembuangan. Dia tahu bahwa masa Pembuangan akan berakhir dengan pengampunan dan pemulihan Allah secara dramatis.
Pelayanan Yeremia sebagai nabi diarahkan kepada kerajaan selatan Yehuda, sepanjang 40 tahun terakhir dari sejarahnya (626-586 SM). Ia masih hidup untuk menyaksikan serbuan Babel ke Yehuda yang berakhir dengan kebinasaan Yerusalem dan Bait Suci. Karena tugas Yeremia ialah bernubuat kepada bangsa itu selama tahun-tahun akhir dari kemunduran dan kejatuhannya, dapatlah dimengerti bahwa, kitabnya penuh dengan kesuraman dan firasat buruk. Pada tahun 612 SM, Asyur dikalahkan oleh suatu koalisi Babel. Sekitar empat tahun setelah kematian Raja Yosia, Mesir dikalahkan oleh Babel pada pertempuran di Karkemis (605 SM; lih. Yer. 46:2). Pada tahun yang sama pasukan Babel di bawah pimpinan Nebukadnezar menyerang Palestina, merebut Yerusalem dan membawa sebagian pemuda pilihan dari Yerusalem ke Babel, di antara mereka terdapat Daniel dan ketiga sahabatnya. Penyerbuan kedua ke Yerusalem terjadi tahun 597 SM; ketika itu dibawa 10.000 orang tawanan ke Babel, di antaranya terdapat Yehezkiel. Selama ini nubuat Yeremia yang memperingatkan tentang hukuman Allah yang mendatang tidak diperhatikan. Kehancuran terakhir menimpa Yerusalem, Bait Suci, dan seluruh kerajaan Yehuda dalam tahun 586 SM.

Siapa Yeremia?
Nama Yeremia mungkin berarti "Allah meninggikan". Nama itu boleh jadi merupakan harapan orang-tuanya atas Israel, tetapi arti itu lebih mendekati apa yang diharapkan oleh mereka untuknya. Yeremia, putra seorang imam, lahir dan dibesarkan di Anatot, desa para imam (6 km di timur laut dari Yerusalem) selama pemerintahan Raja Manasye yang jahat. Yeremia memulai pelayanan sebagai nabi pada tahun ke-13 pemerintahan Raja Yosia yang baik, dan ia ikut mendukung gerakan pembaharuan Yosia. Akan tetapi, ia segera menyadari bahwa gerakan itu tidak menghasilkan perubahan yang sungguh-sungguh dalam hati bangsa itu; Yeremia mengingatkan bahwa jika tidak ada pertobatan nasional sejati, maka hukuman dan pemusnahan akan datang dengan tiba-tiba. Kitab nubuat ini menunjukkan bahwa Yeremia, sering kali disebut "nabi peratap," merupakan seorang yang membawa amanat keras namun berhati lembut dan hancur (mis. Yer. 8:21-9:1). Sifatnya yang lembut itu menjadikan penderitaannya makin mendalam ketika firman nubuat Allah ditolak dengan angkuh oleh kerabat dan sahabat, imam dan raja, dan sebagian besar bangsa Yehuda.
Pelayanan Yeremia
Yeremia menjadi nabi selama lebih dari empat puluh tahun: dari tahun ketiga belas Raja Yosia, yaitu tahun 627 SM sampai penghancuran kota Yerusalem dan permulaan masa pengasingan dalam tahun 587/6 SM. Yeremia dibesarkan pada masa pemerintahan Raja Manasye yang membelot dari Tuhan, dan melihat sedikit perbaikan pada zaman reformasi Yosia, tetapi tidak terjadi pertobatan secara nasional.
Seperti Yehezkiel, Yeremia memakai berbagai tindakan yang bersifat perumpamaan dan lambang untuk mengilustrasikan berita nubuatnya dengan lebih jelas: mis. ikat pinggang yang lapuk (Yer. 13:1-14), musim kering (Yer. 14:1-9), larangan oleh Allah untuk menikah dan mempunyai anak (Yer. 16:1- 9), penjunan dan tanah liat (Yer. 18:1-11), buli-buli yang dihancurkan penjunan (Yer. 19:1-13), dua keranjang buah ara (Yer. 24:1-10), kuk di pundaknya (Yer. 27:1-11), pembelian ladang di kota kelahirannya (Yer. 32:6-15), dan batu-batu besar yang disembunyikan dalam pelataran istana Firaun (Yer. 43:8-13). Pemahaman Yeremia yang jelas akan panggilannya sebagai nabi (Yer. 1:17), seiring dengan penegasan Allah yang berulang-ulang (mis. Yer. 3:12; 7:2,27-28; 11:2,6; Yer. 13:12-13; 17:19-20), memungkinkan dia untuk memberitakan nubuatnya dengan tegas dan setia kepada Yehuda kendatipun tanggapan yang terus diterimanya adalah permusuhan, penolakan, dan penganiayaan (mis. Yer. 15:20-21). Setelah kebinasaan Yerusalem, Yeremia dipaksa pergi ke Mesir di mana ia tetap bernubuat sampai kematiannya (Yer. 43:1-44:30).
Walaupun sepi dan ditolak seumur hidupnya, Yeremia termasuk nabi yang paling tegas dan berani. Kendatipun berhadapan dengan perlawanan yang berat, dengan setia ia melaksanakan panggilannya sebagai nabi untuk memperingatkan sesama warga Yehuda bahwa hukuman Allah makin dekat. Ketika merangkum kehidupan Yeremia, seorang penulis mengatakan: "Tidak pernah manusia fana memperoleh beban yang begitu meremukkan. Sepanjang sejarah bangsa Yahudi tidak pernah ada teladan kesungguhan yang begitu mendalam, penderitaan tak henti-hentinya, pemberitaan amanat Allah tanpa takut, dan syafaat tanpa kenal lelah dari seorang nabi seperti halnya Yeremia. Tetapi tragedi kehidupannya ialah: bahwa ia berkhotbah kepada telinga yang tuli dan menuai hanya kebencian sebagai balasan kasihnya kepada orang-orang senegerinya". Yeremia sering disebut "Nabi Kehancuran". Tetapi dia juga "Nabi yang Pengharapannya tak pernah goyah". Hukuman atas dosa tidak dapat dihindari, tetapi di atas semua itu Yeremia melihat bahwa Allah selalu menunggu untuk mengampuni.
   Yeremia membeberkan tiga dosa yang utama:
 o penyembahan berhala. Yer. 7:30-8:3; 19:1-15;
 o amoralitas. Yer. 5:1-9
 o nubuatan palsu: Yer. 7:3-11; 14:11-16; 23:9-40
 Ajaran Yeremia yang utama ialah bahwa tidaklah cukup hanya mengetahui dosa-dosa kita atau bahkan menyesalinya saja. Pertobatanlah yang dituntut oleh Allah.

PENULIS & WAKTU PENULISAN
Penulis kitab ini jelas disebut yaitu Yeremia (Yer. 1:1). Setelah bernubuat selama 20 tahun di Yehuda, Yeremia diperintahkan Allah untuk menuangkan amanatnya dalam bentuk tertulis; hal ini dilakukannya dengan mendiktekan nubuat-nubuatnya kepada Barukh, juru tulisnya yang setia (Yer. 36:1-4). Karena Yeremia dilarang menghadap raja, Barukh diutus untuk membacakan nubuat-nubuat itu di rumah Tuhan, dan setelah membacakannya kepada Raja Yoyakim. Raja itu menunjukkan sikap menghina kepada Yeremia dan firman Allah dengan menyobek-nyobek kitab gulungan itu dengan pisau lalu melemparkannya ke dalam api (Yer. 36:22-23). Yeremia kemudian mendiktekan kembali nubuat- nubuatnya kepada Barukh, kali ini ia mencantumkan lebih banyak daripada di gulungan pertama. Kemungkinan besar, Barukh menyusun kitab Yeremia dalam bentuk terakhirnya segera sesudah wafatnya Yeremia (+585 — 580 SM).

Bentuk & Tujuan
Kitab ini pada dasarnya merupakan kumpulan nubuat-nubuat Yeremia, yang terutama dialamatkan kepada Yehuda (pasal 2-29), tetapi juga kepada sembilan bangsa asing lainnya (pasal 46-51); nubuat-nubuat ini terutama dipusatkan pada hukuman, walaupun ada beberapa yang membahas pemulihan (lih. khususnya pasal 30-33). Nubuat-nubuat ini tidak secara teliti disusun menurut kronologi atau tema, sekalipun kitab ini menyajikan susunan menyeluruh sebagaimana yang tampak dalam Garis Besar di atas. Sebagian kitab ini ditulis dalam bentuk syair, sedangkan bagian lainnya dalam bentuk prosa atau cerita. Berita nubuatnnya terjalin dengan aneka kilasan sejarah dari:
1.    Kehidupan pribadi dan pelayanan sang nabi (mis. Yer. 1:1-19; 34:1-38:28; 40:1-45:5),
2.    Sejarah Yehuda terutama selama masa Raja Yosia (Yer. 1:1-6:30), Yoyakim (Yer. 7:1-20:18), dan Zedekia (Yer. 21:1-25:38; 34:1-22), termasuk runtuhnya Yerusalem (Yer. 39:1-18),
3.    Aneka peristiwa internasional yang melibatkan Babel dan bangsa-bangsa lainnya (Yer. 25:1-29:32; 46:1-52:34).
Kitab ini ditulis
1.    Untuk menyediakan suatu catatan abadi dari pelayanan dan berita nubuat Yeremia,
2.    Untuk menyatakan hukuman Allah yang pasti jadi dan tidak terelakkan ketika umat-Nya melanggar perjanjian dan bersikeras dalam pemberontakan terhadap Allah dan firman-Nya, dan
3.    Untuk menunjukkan keaslian dan kekuasaan firman nubuat. Banyak nubuat Yeremia tergenapi pada zamannya sendiri (mis. Yer 16:9; 20:4; Yer 25:1-14; 27:19-22; 28:15-17; 32:10-13; 34:1-5); nubuat lainnya yang meliputi masa depan yang amat jauh digenapi kemudian atau masih belum digenapi (mis. #/TB Yer 23:5-6; 30:8-9; 31:31-34; 33:14-16).

Ciri-Ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai kitab Yeremia:
1.    Kitab ini menjadi kitab terpanjang kedua dalam Alkitab, berisi lebih banyak kata (bukan pasal) daripada kitab lainnya selain Mazmur.
2.    Kehidupan dan pergumulan pribadi Yeremia selaku nabi diungkapkan dengan lebih mendalam dan terinci dibandingkan nabi PL lainnya.
3.    Kitab ini sarat dengan kesedihan, sakit hati, dan ratapan dari "nabi peratap" itu karena pemberontakan Yehuda. Kendatipun berita Yeremia itu keras, ia menderita kesedihan dan hancur hati yang mendalam karena umat Allah; namun kesetiaannya adalah terutama kepada Allah, dan ia merasa kesedihan yang paling dalam karena hati Allah terluka.
4.    Salah satu kata kunci ialah "murtad," (dipergunakan 8 kali) dan "tidak setia" (dipakai 9 kali), dan tema yang muncul terus ialah hukuman Allah yang tidak terelakkan lagi atas pemberontakan dan kemurtadan.
5.    Satu-satunya penyataan teologis yang terbesar di kitab ini ialah konsep "perjanjian baru" yang akan ditetapkan Allah dengan umat-Nya yang setia pada saat pemulihan kelak (Yer. 31:31-34).
6.    Syairnya mengesankan dan penuh perasaan seperti syair Alkitab lainnya, dengan kelimpahan metafora, ungkapan-ungkapan yang hidup dan bagian-bagian patut diingat.
7.    Rujukan terhadap Babel di dalam nubuat Yeremia (164) lebih banyak daripada di semua bagian lain di Alkitab.

Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Yeremia terutama di kutip dalam PB berkenaan dengan nubuatnya tentang "perjanjian baru" (Yer. 31:31-34). Sekalipun Israel dan Yehuda berkali-kali melanggar perjanjian-perjanjian Allah dan kemudian dihancurkan dalam hukuman akibat kemurtadan mereka, Yeremia menubuatkan suatu saat ketika Allah akan mengikat perjanjian yang baru dengan mereka (Yer. 31:31). PB menjelaskan bahwa perjanjian yang baru ini ditetapkan dengan kematian dan kebangkitan Kristus (Luk. 22:20; bd. Mat. 26:26-29; Mrk. 14:22- 25), dan kini digenapi di dalam gereja selaku umat perjanjian baru Allah (Ibr. 8:8-13) dan akan mencapai puncak kesempurnaan dalam penyelamatan Israel yang luar biasa (Rom. 11:27). Bagian-bagian lain tentang Mesias di Yeremia yang diterapkan kepada Yesus Kristus dalam PB adalah:
1.    Mesias sebagai gembala yang baik dan tunas Daud yang adil (Yer. 23:1-8; lih. Mat. 21:8-9; Yoh 10:1-18; 1Kor. 1:30; 2Kor. 5:21);
2.    Ratapan yang hebat di Rama (Yer. 31:15) digenapi saat Herodes berusaha membunuh bayi Yesus (lih. Mat. 2:17-18); dan
3.    Semangat Mesias akan kesucian rumah Allah (Yer. 7:11) ditunjukkan ketika Yesus menyucikan Bait Allah. (lih. Mat. 21:13; Mrk. 11:17; Luk. 19:4).

Pesan
1.    Proses Allah dalam Kehidupan Manusia (Yer 7:1-29)
Ayat-ayat ini mengandung ringkasan dari pesan Yeremia yang ditulis dengan jelas. Di sini kita melihat lima tahapan; melalui Yeremia, Allah:
o menuntut dan menggambarkan pertobatan yang sejati
o menyadarkan umat akan perasaan aman mereka yang tidak benar
o merinci dosa-dosa mereka
o menerangkan tentang isi Hukum yang benar
o memperingatkan tentang penghukuman yang tak dapat dihindari
2. Hidup Dalam Pertobatan Bukan Bergantung Pada Simbol Agama
 "Perbaikilah cara hidup dan tingkah lakumu." Pertobatan bukanlah semata-mata mengatakan "saya menyesal," tetapi perubahan sikap dan perbuatan. Perhatikan bagaimana orang Yehuda merasakan perasaan aman yang bodoh: "Ini adalah Rumah Tuhan," oleh karena kita memiliki Rumah Tuhan maka kita pun memiliki Allah. Kehadiran Allah secara nyata dibuktikan oleh sikap dan perbuatan kita, bukan dengan memiliki simbol-simbol keagamaan berupa salib atau Alkitab dan gereja. Yer 7:2-8  Inilah pendapat mereka: kita mempunyai Rumah Tuhan, oleh karena itu kita boleh bertindak semau kita. Pencurian, pembunuhan, perzinahan, kebohongan, bahkan penyembahan berhala… setelah itu kita pergi ke gereja untuk sedikit beribadat. Yer. 7:9-11.
Pada suatu ketika seorang Hindu menyampaikan pendapatnya di hadapan seorang misionaris Kristen, "Saya tidak akan pernah mengampuni Saudara, karena Saudara mengatakan bahwa kekristenan itu suatu agama". Kekristenan bukanlah hanya suatu agama dengan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi, berpuasa dan perayaan-perayaan serta doa-doa yang dipanjatkan. Kekristenan merupakan suatu jalan kehidupan. Kekristenan adalah kehidupan, kehidupan yang utuh. Di sinilah kegagalan yang menyedihkan yang dialami oleh bangsa Yahudi pada zaman Yeremia. Mereka semuanya "beragama". Mereka semua percaya kepada tuhan… segala macam tuhan. Pasal Yer 7 memperingatkan tentang hal-hal lahiriah dalam penampilan agama. Surat Yakobus yang pendek banyak mengulas hal ini.
3. Belajarlah Dari Sejarah
Pada waktu bangsa Israel memasuki Kanaan, didirikanlah Tenda Pertemuan di Silo, dan Silo tetap merupakan pusat penyembahan sampai pada zaman Hakim-hakim. Tetapi Mazmur 78:56-64 menggambarkan bahwa Silo dihancurkan ketika mereka memberontak, dan bangsa Yahudi seharusnya sekarang menyadari bahwa bangunan Rumah Tuhan sekalipun tidak dapat menyelamatkan mereka. Yer. 7:12-15
4. Ketaatan, bukti iman
Inti dari kesalehan bukanlah pengorbanan tetapi kerendahan hati, ketaatan dan cara hidup yang suci. Yer. 7:21-29. Banyak orang Kristen yang beranggapan salah dengan berharap bahwa jika mereka menjalani hidup yang baik, maka mereka akan hidup dalam kelimpahan, terpandang dalam masyarakat dan dihormati. Hal ini memang seringkali terjadi. Kitab Yeremia mengingatkan bahwa hal ini tidak selamanya demikian. Orang yang selalu dapat diandalkan karena berbicara benar boleh jadi akan menjadi bahan tertawaan.
5. Penghiburan Dari Allah
Selalu ada penghiburan: orang-orang Rekhab dengan kesetiaan mereka yang sederhana terhadap nenek moyang mereka merupakan pengecualian yang mendorong semangat. Jangan terlalu menekankan hal-hal yang suram (lihat Elia, 1Raj. 19:1-18). Yer. 35:1-19.


Tema-tema Kunci
1. Dosa
Orang mempunyai pengertian yang salah tentang dosa. Dosa merupakan suatu istilah keagamaan yang diartikan sebagai pengabaian kewajiban keagamaan. Oleh karena itu, Allah hanya berurusan dengan apa yang terjadi pada suatu hari dalam seminggu, dan apa yang terjadi pada enam hari lainnya bukan urusan-Nya! Bacalah dengan saksama semua pasal dan catatlah semua hal yang dianggap oleh Yeremia sebagai dosa manusia. Apa yang menjadi pertanda yang umum? Lihat Yohanes 16:5-11. Apa definisi dosa? Mengapa kita boleh berharap bahwa percaya kepada Yesus akan mengubah tingkah laku manusia?
Orang yang berkhotbah mengenai keselamatan boleh jadi mendapati bahwa dirinya disenangi, tetapi berkhotbah mengenai penghakiman… mengandung kemungkinan dipukuli dan dilempari batu serta dipenjarakan. Dapat menawarkan keselamatan bagi manusia merupakan hal yang indah. Tetapi hukuman dan penghakiman merupakan sisi lain dari koin yang sama yang merupakan bagian yang sama pentingnya dengan berita tentang penyelamatan Allah. Anugerah murahan adalah surga tanpa neraka, keselamatan tanpa pertobatan, kasih tanpa keadilan, kerasulan tanpa disiplin.
2. Penyembahan berhala: dosa dan lambang-lambang
Suatu hal yang aneh bahwa kita selalu ingin melihat sesuatu pada waktu beribadah. Oleh karena itu, agama-agama dunia biasanya memberikan sesuatu, misalnya patung-patung raksasa yang tersebar di seluruh Asia. Tetapi, perhatikanlah bagaimana lambang-lambang alkitabiah pada akhirnya berubah menjadi ilah-ilah. Pelajari kisah tentang ular tembaga (Bil. 21:4-9; 2Raj. 18:1-4). Pelajari sejarah Tabut Perjanjian (Kel. 25:10-22; 1Sam. 4:11). Perhatikan juga larangan Allah terhadap segala bentuk patung dewa untuk disembah (Kel. 20:4-6,22,23). Bagaimana semua ini berhubungan dengan kekristenan? Apakah ada bahaya dalam penggunaan salib waktu beribadah?
3. Allah adalah Penjunan (pasal 18)
Penjunan adalah orang yang membentuk tanah liat sehingga menjadi sebuah perabotan (Lihat khususnya Maz 2:1-9; Yes 45:9,10; 64:8,9; Rom 9:19-29.) Begitu juga manusia ibarat tanah liat yang dibentuk oleh seorang Penjunan yaitu Allah. Oleh karena itu setiap manusia harusnya memiliki sikap taat mutlak kepada Allah bukan memberontak. Karena bagaimana mungkin tanah liat memberontak kepada penjunan?
4. Keberhasilan
Bagian dari kitab Yeremia ini sebagian besar merupakan riwayat hidup. Kita melihat apa yang terjadi pada utusan Allah yang setia itu. Dia berhasil karena melakukan apa yang Allah perintahkan, tidak lebih dan tidak kurang; sebab apa yang dinubuatkannya menjadi kenyataan; sebab Allah terus memakainya sebagai utusan-Nya yang istimewa dan sebab Yeremia menyukakan hati Allah.
   Tetapi dilihat dari sudut manusiawi dia tidak terlalu berhasil. Yeremia ditentang oleh nabi-nabi lainnya, diserahkan oleh penguasa kepada orang banyak, diancam dan dipenjarakan.
5. Belajar Dari Nubuatan
Pelajaran dari buli-buli tanah liat
Yeremia menggunakan alat bantu visual. Buli-buli yang pecah merupakan lambang penghakiman. Reaksi terhadap kejadian itu seharusnya pertobatan. Hal itu tidak pernah terjadi. Sebaliknya iman Yeremia sendiri diserang. Dia dipenjarakan, dan berseru (Yer. 20:7-18) "Mengapa?" Harapannya ditelanjangi, kecuali harapannya terhadap Allah. Yer. 19:1-20:18
Insiden tentang kuk
Bukan saja tidak mendapat tanggapan dari rakyat, Yeremia malahan diperhadapkan dengan para "nabi" lain. Dapat diterka bahwa di antara tuduhan-tuduhan mereka terdapat "kecongkakan". Para pengkhotbah dewasa ini dapat mengalami perlakuan yang sama. Yer. 27:1-28:17

2. Perasaan Iba Yeremia
 Tetapi terdapat banyak pengkhotbah yang menyenangi neraka. Merka senang sekali berkhotbah tentang neraka. Yeremia bukanlah manusia seperti itu. Dia tentunya akan merasa senang untuk berpikir bahwa nubuatan Nabi Hananya tentang kedamaian akan digenapi: "Amin! Moga-moga Tuhan berbuat demikian!" (Yer. 28:6). Tetapi dia harus terus meyakinkan mereka bahwa hal ini bukan kehendak Allah.
   Pengkhotbah tidak boleh selalu memikirkan tentang neraka. Allah sendiri pun tidak demikian! Neraka harus dikhotbahkan… tetapi harus selalu didorong oleh rasa belas kasihan seperti yang dimiliki Yeremia, dan bukan karena perasaan culas.

GARIS BESAR
1 KITAB PENGHAKIMAN Yer. 1:1-25:38
2 PENGANTAR Yer. 1:1-19
Panggilan dan penugasan Yeremia
3 PENGANTAR PENGHAKIMAN Yer. 2:1-6:30
Yer. 2:1-3:5         Dakwaan
Yer. 3:6-4:4         Himbauan untuk bertobat
Yer. 4:5-31          Peringatan: penghakiman dari Babel
Yer. 5:1-31          Tidak diketemukan orang yang saleh
Yer. 6:1-30          Peringatan kembali: penghakiman dari Babel
4 KHOTBAH PENUNTUTAN Yer. 7:1-10:25
Yer. 7:1-29          Hal-hal di luar agama
Yer. 7:30-8:3       Penghakiman atas penyembahan berhala I
Yer. 8:4-22          Ketegaran hati pendosa
Yer. 9:1-26          Pasal penuh air mata
Yer. 10:1-16        Penghakiman atas penyembahan berhala II
Yer. 10:17-22      Peringatan akan ancaman penghancuran
Yer. 10:23-25      Doa hamba Tuhan I
5 HUKUMAN YANG AKAN DITERIMA Yer. 11:1-13:27
Yer. 11:1-17        Perjanjian dan kutukan
Yer. 11:18-23      Rencana jahat terhadap hamba Allah I
Yer. 12:1-17        Keluhan: Mengapa orang jahat hidup makmur?
Yer. 13:1-14        Ikat pinggang yang terkubur dan guci anggur yang rusak
Yer. 13:15-27      Ancaman pembuangan
6 BAYANGAN KEHANCURAN Yer 14:1-20:18
Yer. 14:1-15:21   Kekeringan, kelaparan dan perang
Yer. 16:1-21        Ketika Allah meninggalkan umat-Nya
Yer. 17:1-11        Nasib orang duniawi
Yer. 17:12-18      Doa hamba Allah II
Yer. 17:19-27      Pentingnya Hari Sabat
Yer. 18:1-12        Di rumah tukang periuk
Yer. 18:13-17      Tuduhan tukang periuk
Yer. 18:18-23      Rencana jahat terhadap hamba II
Yer. 19:1-15        Tanda dari periuk tanah liat
Yer. 20:1-6          Yeremia bertengkar dengan Imam Pasyur
Yer. 20:7-18        Keluhan hamba Allah
7 KEHIDUPAN DAN KEMATIAN Yer. 21:1-24:10
Yer. 21:1-14        Kapan hidup berarti mati dan mati berarti hidup
Yer. 22:1-30        Hukuman bagi raja-raja
Yer. 23:1-8          "Cabang yang Benar": tawaran pengampunan
Yer. 23:9-40        Nabi-nabi palsu
Yer. 24:1-10        Dua keranjang buah ara
8 KESIMPULAN Yer. 25:1-38
Yer. 25:1-14         Tujuh puluh tahun masa pembuangan
Yer. 25:15-38       Murka Allah