Selasa, 13 Desember 2016

BUKAN CINTA BIASA (Sebuah Refleksi Fenomenologis-Theologis-Kristologis)



Ditulis oleh: Made Nopen Supriadi, S.Th
”Yohanes 3: 16”
Karena Begitu Besar Kasih Allah Akan Dunia ini sehingga Ia mengaruaniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal.

Manusia Memiliki Cinta
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, Allah menciptakan manusia memiliki kehendak. Kehendak manusia bebas tetapi tetap ada dalam kuasa Allah. Manusia juga diberi hati nurani (counscience) untuk menimbang apa yang benar dan apa yang jahat, selain itu manusia juga diberikan otak untuk berpikir membuat sebuah rancangan, analisa dan konsep. Di dalam hati manusia inilah Allah menanamkan cinta kepada manusia, sehingga hati manusia menjadi wadah untuk mengerti kualitas cintanya. Cinta di dalam hati akan memberikan dorongan pikiran manusia sehingga manusia juga akan menunjukkan tindakan sesuai dengan kualitas cinta yang ada di dalam hatinya.
Apakah benar manusia ada cinta? Dalam sejarah kehidupan manusia telah terjadi perang antar sesama manusia, bahkan telah terjadi perang dunia I & II, dalam sejarah agama Kristen – Islam juga tejadi perang Salib ± 2 Abad, lalu masih ada manusia yang hidup dalam kelaparan, baru-baru ini muncul kelompok radikal yang bernama ISIS yang telah membunuh banyak manusia dengan kejam, dalam sejarah Indonesia juga telah terjadi penjajahan dari bangsa Portugis, Inggris, Belanda dan Jepang. Beberapa berita pada saat ini menyiarkan maraknya gembong narkoba merusak banyak kehidupan manusia, pembunuhan berencana oleh elit politik, kerusuhan dalam demonstrasi, dan pembunuhan anak kandung oleh orang tua dan sebaliknya serta fitnah dan caci maki antar golongan partai politik. Melihat keadaan demikian kita bisa saja mengatakan manusia telah kehilangan cinta, manusia tidak memiliki cinta dalam hatinya.
Namun disisi lain kita juga melihat manusia mau memberi makan anaknya, manusia masih mau bekerja keras menafkahi keluarga, manusia mau menolong sesamanya yang terkena musibah bencana alam, manusia rela mengorbankan harta bendanya bahkan dirinya kepada sesamanya dan manusia mau membela dan mati bagi bangasanya. Tindakan-tindakan manusia tersebut menunjukkan adanya rasa cinta dalam diri manusia. Lalu seorang psikolog bernama Abraham Maslow menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, hal tersebut menunjukkan adanya kebersamaan dalam kehidupan manusia. Jika kita melihat keadaan dunia yang pernah perang dunia I dan II namun muncul kedamaian, hal tersebut menunjukkan adanya rasa cinta dalam diri manusia. Melihat dua keadaan di atas seolah-olah menunjukkan bahwa pada saat yang bersamaan dalam hati manusia ada cinta dan benci. Cinta manusia seolah-olah mudah pudar dan kebencian juga seolah-olah bisa pudar. Hal ini menunjukkan bahwa manusia ada cinta namun cinta manusia mudah berubah oleh karena situasi inilah yang disebut love conditional.
Manusia diciptakan memiliki hati nurani,
Hati nurani manusia memiliki cinta,
Cinta manusia berbeda kualitasnya,
Kualitas cinta manusia tergantung dari keadaan.

Cinta & Dosa
            Dalam dunia fiksi kita bisa melihat kisah fiksi Zorro, kisah tersebut menceritakan bahwa ia mencintai warga yang miskin, lalu untuk menolong mereka ia merampok harta para bangsawan untuk dibagikan kepada rakyat miskin. Cinta kepada rakyatnya telah membuat seorang Zorro jatuh dalam dosa perampokan. Apakah benar tindakan cinta Zorro?
Dalam konteks perang dunia II ada negara-negara yang menjadi sekutu perang yang dibagi menjadi blok barat dan blok timur, mereka saling membantu perang karena sesama sekutunya namun cinta mereka kepada sekutu telah membawa mereka membunuh sesama manusia. Apakah benar tindakan cinta negara sekutu?
Dalam konteks agama muncul kelompok ISIS yang mencintai agama dan dengan dasar agama mereka membunuh banyak orang yang berseberangan fahamnya. Apakah benar demikian tindakan cinta terhadap agama?
Dalam konteks sains manusia menciptakan teknologi canggih, namun saying sekali teknologin itu terkadang tidak digunakan untuk mencintai manusia tetapi mengancam manusia, contoh pembuatan alat-alat militer dan bom nuklir yang menimbulkan ketakutan manusia.
Dalam konteks ekonomi manusia tidak terarah mencintai sesama namun mencintai keuntungan, sehingga manusia lebih bersikap cinta uang dan keuntungan daripada mencintai kemanusiaan, terkadang demi keuntungan mereka rela memberi upah yang kecil kepada bawahannya. Bahkan para pengusaha rela bersahabat hanya sesama pengusaha dan mengabaikan orang-orang yang tidak ada hubungan dengan bisnisnya. Apakah benar sikap cinta yang demikian?
Dalam konteks kehidupan pemuda dan remaja masa kini cinta memang telah mempertemukan antar sesama dan muncul persahabatan, tetapi cinta pada sahabat sering berunjung pada pembelaan yang bodoh, seperti dalam hal tawuran antar pelajar, mereka rela berkelahi hanya karena cinta sahabat, mereka berkelahi meskipun tahu fakata bahwa sahabatnya yang salah, justru membela yang salah. Apakah benar cinta yang demikian kepada sahabat?. Lebih dari itu banyak pemuda/i dikendalikan oleh cinta sehingga saling menyukai lawan jenis namun mereka justru terjerumus dalam pergaulan bebas dan seks bebas. Apakah benar cinta yang demikian?
Fakta-fakta diatas memperlihatkan ada permasalahan serius dengan cinta manusia. Apakah yang memperngaruhi manusia sehingga memiliki cinta yang menjerumuskan manusia dalam ketidakbenaran. Disinilah kita melihat ada hubungan antara cinta dan dosa. Dalam Reformed Theology dosa merusak total keadaan manusia, hati nurani, pikiran dan keinginan telah dirusak oleh dosa. Dosa membuat manusia tidak dapat melakukan kebaikan yang sungguh-sungguh baik, kebaikan manusia relative bahkan manusia diarahkan untuk tidak mau mengenal kebenaran. Jika dosa sudah merusak hati nurani manusia maka dosa juga merusak cinta dalam hati manusia. JIka dosa sudah merusak pikiran manusia maka pola pikir cinta manusia menjadi rusak. Jika dosa sudah merusak keinginan manusia maka cinta yang diingini manusia juga rusak. Oleh karena itu dosa merusak kualitas cinta dalam diri manusia. Cinta manusia menjadi relative tergantung pada keadaan, objek dan kepentingan. Dosa membuat manusia kehilangan ketulusan dalam mencintai karena cinta yang sejati mengarahkan manusia kepada cinta pada Tuhan dan sesama, namun jika manusia tidak cinta Tuhan maka ketika mencintai sesama motivasinya sudah tercemar, bukan lagi untuk Tuhan tetapi untuk kepentingan dirinya sendiri. Cinta dalam keberdosaan adalah cinta yang merusak. Cinta dalam keberdosaan tidak memuliakan Allah. Cinta dalam keberdosaan menghancurkan kehidupan dan cinta dalam keberdosaan bisa membawa manusia ke dalam maut.
Dosa merusak total manusia
Dosa merusak cinta dalam hati manusia
Cinta menjadi berbahaya jika dikuasai dosa.

Bukan Cinta Biasa
            Dalam Injil Yohanes 3: 16 menyatakan bahwa ”karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini”. Allah datang menyatakan cinta mengapa? Dalam Yohanes 5: 42 menyatakan bahwa ”tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah”. Alkitab menyatakan Allah adalah kasih (Lih. 1Yoh.4: 8). Dalam 1 Yohanes 4: 10 menyatakan bahwa ”Inilah kasih itu: bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita”. Alkitab menyatakan bahwa Cinta yang sejati hanya ada pada Allah di dalam Yesus Kristus. Cinta sejati hanya diberikan Allah di dalam Yesus Kristus. Jadi manusia benar-benar memiliki cinta sejati jika Allah menyatakan cinta-Nya kepada manusia. Jika Allah membuka hati, pikirian dan keinginan manusia pada cinta-Nya maka manusia baru mengerti arti cinta Allah padanya dan manusia baru mengerti bagaimana mencintai sesama-Nya seperti Allah mencintai-Nya.
            Dalam dosa manusia tidak dapat menemukan cinta sejati. Namun karena Allah yang mengasihi manusia, Allah memberikan sekaligus menunjukkan bagaimana sebenarnya cinta sejati itu. Oleh karena itu untuk mengerti cinta sejati yang datang dari Tuhan, hanya dengan melihat pada pribadi Tuhan Yesus Kristus. Saat melihat Pribadi dan Tindakan Tuhan Yesus Kristus maka kita menemukan Cinta Allah Bukan Cinta Biasa. Mengapa disebut Bukan Cinta Biasa?
1.      Cinta tersebut tidak dipengaruhi keadaan (Uncoditional of Love)
Yesus datang ke duania, kepada manusia berdosa, Yesus tidak menolak manusia yang berdosa, setiap manusia yang berdosa Yesus panggil dan Yesus memberikan kabar baik kepada mereka. Kabar baik keselamatan dan hidup kekal tidak untuk orang kaya, orang pintar, orang merasa baik dan orang yang bijaksana, tetapi Yesus memberikan kabar baik kepada seluruh manusia yang berdosa. Jadi Kalau ingin menunjukkan cinta yang sejati, maka tunjukkanlah sikap yang mau menerima orang yang berdosa, bukan menjauhi, bukan mencaci maki, bukan memusuhi tetapi mendatangi dan menerima mereka, serta beritakan kabar baik.
2.      Cinta tersebut menyatakan kebenaran (Revealed the Truth of Love)
Allah menyatakan cinta juga kebenaran, kebenaran mengikuti cinta, maka inilah cinta yang sejati. Cinta tanpa kebenaran itu adalah cinta palsu. Cinta di dalam kebenaran dan cinta menghadirkan kebenaran itu adalah cinta sejati, dan cinta yang demikian hanya dinyatakan oleh Allah di dalam Yesus Kristus. Cinta tanpa kebenaran maka cinta itu akan menghancurkan kehidupan manusia, cinta tanpa kebenaran cinta tersebut menjerumuskan manusia. Allah menyatakan cinta di dalam kebenaran yaitu Di dalam Yesus Kristus. Manusia yang dicintai Allah akan diperbaharui oleh Allah dan hidup dalam kebenaran, yaitu hidup sesuai firman Tuhan.
3.      Cinta tersebut Sempurna (perfect of Love)
Yesus mengasihi tidak setengah hati, Dia menyatakan siapa yang dikasihi-Nya akan diselamatkan dan mendapat hidup kekal. Ini menujukkan cinta Tuhan Yesus totalitas tidak setengah-setengah. Tuhan Yesus menujukkan totalitas cinta-Nya dengan rela mengorbankan seluruh hidup-Nya, Ia rela mati di kayu Salib untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Ia mati untuk membebaskan manusia dari hukuman Allah. Manusia yang memiliki cinta sejati tidak pernah setengah hati dalam melakukan tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan dalam hidupnya melalui lembaga-lembaga sekolah, Gereja dan persekutuan. Siapa yang memiliki cinta sejati memiliki kesungguh-sungguhan dalam mengerjakan tugas-tugasnya, belajar sungguh-sungguh dan percaya Tuhan sungguh-sungguh.
4.      Cinta tersebut membuat pendamaian (propitiation of Love)
Cinta Allah memulihkan hubungan manusia dengan Allah. Dengan cinta-Nya Allah mencari manusia yang terhilang sehingga manusia memperoleh hidup kekal. Yesus datang ke dunia menunjukkan bahwa Allah yang berinisiatif memulihkan hubungan dengan manusia.Manusia yang berdosa diampuni dosanya, sehingga manusia bisa merasakan kasih Tuhan, selanjutnya manusia yang sudah dipulihkan Tuhan memiliki tanggung jawab memulihkan hubungan dengan sesamanya. Siapa yang memiliki cinta sejati pasti mau memulihkan hubungan dengan sesamanya, cinta sejati dari Allah tidak membuat kita memelihara kebencian dalam diri kita, cinta sejati dari Allah justru membangun kedamaian dalam kehidupan manusia.
5.      Cinta tersebut bernilai kekal (Eternal of love)
Allah mengasihi manusia dengan kasih yang kekal, Kelahiran Yesus Kristus menunjukkan bahwa kasih yang kekal itu ingin Allah berikan. Cinta sejati Allah bernilai kekal, cinta tersebut tidak dipengaruhi dengan keadaan manusia. Cinta Allah tidak dibatasi waktu manusia. Kapan pun Allah bisa mengasihi manusia. Cinta kekal Allah ditunjukkan dalam tindakan Allah, yaitu siapa yang Ia cintai maka manusia tersebut memperoleh hidup kekal. Bagaimana dengan manusia? ini mengajarkan manusia, siapa yang memiliki cinta sejati maka ia akan setia sampai akhir hidupnya, jika manusia mempunyai cinta sejati maka ia akan setia sampai mati kepada Tuhan maupun kepada orang yang dikasihinya. 

Penutup
Cinta Allah bukan cinta biasa, karena cinta Allah tidak terpengeruh oleh keadaan (unconditional of love), cinta Allah menyatakan kebenaran (revealed the Truth of love), cinta Allah totalitas (totality of love), cinta Allah memulihkan (reconciliation of love) dan cinta Allah bernilai kekal (eternal of love). Manusia bisa memiliki cinta sejati jika Roh Kudus melahirbarukan manusia. Pembaharuan dari Allah akan membuat manusia dimampukan untuk melakukan hal-hal rohani yang nilainya sulit jika dinilai oleh manusia yang berdosa. Mencari yang berdosa, hidup diantara yang berdosa, melayani yang berdosa itulah menjadi keadaan hidup manusia yang memiliki cinta sejati dari Tuhan. Soli Deo Gloria

Jumat, 11 November 2016

DOKTRIN PEMILIHAN ALLAH


Oleh: Ev. Made N. Supriadi, S. Th
Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.
(Efesus 1: 4)
 Pemilihan adalah ajaran Alkitab dan bukan ajaran manusia, dan alasan inilah mengapa orang sering begitu sulit untuk menerimanya (Richard D. Philips).[1] Jika kita bergumul dengan doktrin pemilihan, seharusnya pertanyaan pertama adalah apakah hal itu diajarkan di dalam Alkitab? pertanyaannya bukan apakah anda belum mengerti atau apakah anda menyukainya. Gunakan rasio untuk meneliti dan mengkaji Alkitab dan gunakan perasaan dalam ketaatan dan pimpinan Roh Kudus. Jika rasio kita menemukan Alkitab mengajarkannya, maka ketaatan hati kita kepada Allah mengharuskan kita menerimanya. Dan melalui ketaatan pikiran kita, mengharapakan Allah untuk memimpin kita ke dalam pemahaman atas doktrin ini dan bersukacita di dalamnya.
Pembahasan mengenai doktrin pemilihan (election of God) dimulai dengan sebuah analogi, jika kita melihat pembangunan sebuah gedung, semakin tinggi gedung tersebut maka fondasi yang dibangunya semakin dalam sehingga bagunan tersebut menjadi kokoh. Begitu juga pemilihan Allah, manusia dipilih to hidup kekal maka pemilihan itu juga dimulai dari kekal. Maka benar kata firman Tuhan bahwa ”…Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan”. Karena di dalam Yesus Kristus kita akan hidup kekal di Sorga maka pemilihan itu tidak dimulai di dunia maka pemilihan itu dimulai dari kekekalan.
Richard D. Philips menuliskan: ”Rasul Paulus menunjukkan perhatian yang sama ketika ia membangun konsep keselamatan Kristen sesuai dengan rencana Allah. Jadi ia mulai dengan menggali dalam-dalam, membangun fondasi yang seteguh mungkin untuk sesuatu yang akan mencapai sorga. Allah memimpin kita, demikian Paulus mengajarkan, ke dalam kekekalan di masa depan, maka di dalam kekekalan masa lalulah Allah meletakan dasar untuk keamanan kita.”[2]
Doktrin pemilihan mengutip serangkaian tujuan yang ditetapkan Allah di dalam Kristus sebagai penyebab keselamatan pribadi kita. ”Mengapa seseorang menjadi Kristen? Karena ia percaya Injil”. Itu adalah kebenaran yang esensial. Tetapi kita bertannya kembali, ”Kenapa ia percaya sedangkan yang lain tidak? Apakah karena ada sesuatu di dalam orang Kristen yang lebih rohani, yang lebih baik dalam beberapa cara, yang memungkinkan mereka untuk percaya sementara orang lain mendengar berita yang sama tetapi tidak percaya?” Alkitab menjawab: ”Bukan! Ini bukan karena ada sesuatu di dalam diri mereka, tetapi karena ada sesuatu di dalam Allah, yaitu pemilihan-Nya yang kekal dan berdaulat atas individu-individu untuk menjadi milik-Nya sendiri melalui iman dalam Yesus Kristus.”
Ini adalah kabar baik bagi semua orang yang percaya, karena inilah fondasi dari keselamatan kita: bukan karena ada sesuatu di dalam diri kita, yang begitu lemah dan berubah-ubah, yang begitu campur aduk dalam afeksi kita, begitu tidak konstan dalam iman kita, tetapi pilihan Allah sendiri yang berdaulat dan tidak dapat diubah sejak kekekalan. Ia ”memilih kita sebelum dunia dijadikan.”

Arti Kata Pemilihan Dalam Efesus 1: 4
Alkitab berbicara mengenai pemilihan dari suatu arti seperti:
1.    Pemilihan orang-orang Israel sebagai umat Allah di PL (Ul. 4: 37’ 7: 6-8; 10: 15; Hos. 13: 5).
2.    Pemilihan orang-orang untuk beberapa jabatan atau pelayanan khusus (Ul. 18:5; 1Sam. 10: 2; Maz. 78: 70)
3.    Pemilihan orang-orang pada keselamatan (Mat. 22: 14; Rm. 11: 5; Ef. 1: 4).
Yang terakhir ini adalah pemilihan yang dibicarakan dalam hubungannya dengan predestinasi. Pemilihan ini dapat didefinisikan sebagai maksud Allah yang kekal untuk menyelamatkan beberapa keturunan manusia di dalam dan oleh Yesus Kristus. Secara khusu untuk mengerti arti kata pemilihan maka akan membahas secara khusus teks firman Tuhan dari Efesus 1: 4.
Efesus 1: 4 menyatakan salah-satu penyataan yang terang dari doktrin pemilihan. Dalam teks Yunani dituliskan ” kaqw.j evxele,xato h`ma/j evn auvtw/| pro. katabolh/j ko,smou ei=nai h`ma/j a`gi,ouj kai. avmw,mouj katenw,pion auvtou/ evn avga,ph|(” Kata pemilihan ditulis dengan kata evxele,xato (eselesato) merupakan kata kerja indicative aorist middle 3rd person singular dari kata dasar  evkle,gw Dalam Greek-English Lexicon of The New Testament mengartikan evkle,gomai choose, select Mk 13:20; Lk 9:35; 10:42; J 15:16; Ac 15:22, 25; Eph 1:4; Js 2:5.[3] Dalam teks tersebut kata evxele,xato (eselesato) ditulis dalam bentuk kata kerja indicative aorist yang menunjukkan bahwa kata kerja itu sudah selesai dilakukan dan dampaknya terasa sampai sekarang. Jadi pemilihan itu sudah dilakukan Allah dari semula sebelum dunia dijadikan dan pemilihan itu tidak hilang namun tetap dirasakan sampai sekarang.
Dalam bahasa Inggris ada dua kata yang perlu dipahami megenai pemilihan, pertama choosen dan election. Choosen dari kata dasar choose artinya memilih, memutuskan berdasarkan kehendak. Lalu election dari kata dasar elect artinya orang-orang yang terpilih atau kelompok golongan terpilih. Dalam Efesus 1: 4 menggunakan kata chose / choosen untuk menunjukkan keaktifan. Dalam teks tersebut jelas menunjukkan Allah yang aktif memilih dan memutuskan pemilihan tersebut baik waktu dan orangnya. Kata election menunjukkan kepasifan, jadi orang-orang yang sudah terpilih (election) merupakan tindakan dari pemilihan Allah (The choosen of God). Maka jelas mengapa dalam Theology Reformasi Injili memakai istilah election bukan choosen Karena itu untuk menunjukkan orang yang dipilih.
            Dalam bagian-bagian Alkitab yang lain seperti Markus 13: 20 menunjukkan istilah ”…orang-orang pilihan yang dipilih-Nya.” Dalam NIV dituliskan ” But for the sake of the elect, whom he has chosen.” Maka jelas bahwa orang-orang pilihan (the election) merupakan pilihan Allah yang memilih (choosen). Jadi Allah aktif memilih dan manusia pasif. Jika manusia terpilih karena keaaktifan Allah semata. Lalu dalam Lukas 9: 35 menunjukkan pemilihan Allah atas Anak-Nya Yesus Kristus. Yesus Kristus Anak Allah yang kekal (The Son of God of Eternality), Allah Bapa juga kekal, maka jika Allah Bapa menyatakan Yesus sebagai Anak-Nya maka itu pasti sudah terjadi dari kekal sampai kekal. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan itu sudah terjadi dalam kekekalan.
Dalam Yohanes 15: 16 menuliskan : ”Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu…” Dalam NIV menuliskan: ” You did not choose me, but I chose you.” Tuhan Yesus menyatakan bahwa para murid bukanlah penentu untuk mengikut Yesus tetapi Yesuslah yang menentukan siapa yang mengikut-Nya sesuai dengan pemilihan Yesus sendiri. Ungkapan ”tetapi Akulah yang memilih kamu.” Menunjukkan bahwa Tuhan Yesus pemilih murid-Nya (The choosen of Election). Richard D. Philips menuliskan: ”Yesus memilih mereka, padahal Ia mungkin saja dengan mudah membuat pilihan yang lain. Pemilihan-Nya yang menentukan kemuridan mereka”. Tuhan Yesus yang memanggil ke 12 murid dengan latar belakang berbeda, hal tersebut menunjukkan pemilihan tersebut tidak berdasarkan kualifikasi dari diri para murid tetapi Tuhanlah yang tahu.
 Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus telah ada dalam kekekalan. Alkitab memberikan cukup banyak bukti bahwa ada kovenan atau perjanjian di dalam kekekalan antara Allah Bapa dan Allah Anak, yang ditetapkan dalam pembicaraan prapenciptaan. Berikut penyataan Alkitab mengenai adanya perjanjian (kovenan) kekal:
Ibrani 13: 20 menyatakan: ” Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita.” Yohanes 17: 4 menyatakan: ” Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” 1Petrus 1: 19-20 menyatakan: ”19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.  20 Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.
Keputusan yang kekal ini disebut sebagai kovenan penebusan. Allah Bapa meletakan suatu tanggungan pada Allah Anak demi orang-orang yang dipilih sebelumnya. Sang Anak secara sukarela menerima tanggungan ini, yaitu bahwa Ia akan mengambil perkara mereka dan mati untuk mereka di atas salib. Sebagai imbalannya, Bapa menjanjikan kepada-Nya keselamatan bagi semua kaum pilihan, mereka yang dipilih dalam kekekalan untuk hidup kekal sebagai umat-Nya.
             Dalam Yesaya 46: 9-10 menyatakan: ”9 Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku,  10 yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan”. Ayat tersebut menunjukkan kedaulatan keputusan Allah. Dalam Perjanjian Lama kedaulatan keputusan kasih Allah dalam memilih umat Israel juga dinyatakan. Dalam Ulangan 7: 7-8 menyatakan: ”7 Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa?  8 tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir.
            Dalam Perjanjian Baru di dalam pemilihan Bapa sendiri yang berdaulat memberikan orang pilihan kepada Yesus Kristus untuk ditebus. Yohanes 6: 37-39 menyatakan: ”Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.” Edwin H. Palmeer menuliskan:
”Di sini terlihat jelas bahwa orang-orang yang akan dibangkitkan pada akhir zaman, semua orang percaya sejati, diberikan oleh Bapa kepada Kristus. Dan hanya mereka yang diberikan oleh Bapa kepada Kristus yang dapat datang kepada-Nya. Keselamatan sepenuhnya terletak ditangan Allah Bapa. Bapalah yang memeberikan mereka kepada Yesus untuk diselamatkan. Sekali mereka telah diberikan kepada Yesus, Yesus akan menjaga sehingga tak satu pun dari mereka yang akan terhilang. Maka keselamatan tergantung sepenuhnya kepada Bapa yang memberikan sejumlah orang yang diselamatkan kepada Kristus. Ini tidak lain adalah pemilihan tanpa syarat.”[4]
 Di dalam Roma 9: 10, Paulus menggunakan contoh Esau dan Yakub untuk menunjukkan pemilihan dan penolakan Allah sebelum mereka lahir. Dasarnya ialah rencana Allah tentang pemilihan yang jelas dinyatakan dalam Roma 9: 11 ”Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya.” Dari ayat-ayat tersebut sangat jelas bahwa pemilihan adalah kedaulatan Allah. Maka jika Allah berdaulat, Allah memilih siapa saja yang dikehendaki, pemilihan Allh tidak dibatasi oleh faktor-faktor fisik manusia dan pemilihan Allah tidak dapat ditolak. Soli Deo Gloria


[1] Richard D. Philips adalah hamba Tuhan senior di First Presbyterian Church of Carol Springs di Margate, Florida. [Richard D. Philips, Apakah Pemilihan dan Predestinasi itu?, (Surabaya: Momentum, 2013), 11]
[2] Richard D. Philips, Apakah Pemilihan dan Predestinasi itu?...., 5
[3] William F. Arnddt Dan F. Wilbur Gingrich, A Greek-English Lexicon Of The New Testament and other Early Chriatian Literature, (Chicago: The University of Chicago Press, 1982), 60  
[4] Edwin H. Palmeer. The Five Points of Calvinism, (Surabaya: Momentum, 2011), 33