Kamis, 07 Maret 2019

SISA ISRAEL: Sebuah Refleksi Terhadap Roma 10:16 – 11:24

Oleh: Made Nopen Supriadi, S.Th
           Banyak sikap bermunculan baik positif dan negatif terhadap Bangasa Israel saat ini?, bahkan ada yang menghubungkan Israel = Kristen. Lalu jika ada tindakan Israel terhadap Palestina maka, beberapa kelompok mengartikan sama dengan orang Kristen yang melakukan kejahatan. Benarkah demikian? Oleh karena itu kita akan memahami tentang sisa Israel dalam konteks Pemikiran Rasul Paulus. Sisa Israel dapat dimengerti dalam dua sudut pandang: Sisa Israel secara National dan Sisa Israel Secara Spiritual.
1. Secara National:
Israel merupakan keturunan Yakub. Allah mengubah nama Yakub menjadi Israel. Dan dari anak laki-laki Yakub hasil pernikahan Lea dan Rahel: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon, Gad, Asyer, Benyamin, Dan, Naftali, Yusuf (Manase dan Efraim). Tanah Kanaan dibagi menjadi 12 bagian sesuai denagn suku Israel, namun Suku Lewi tidak mendapat bagian tetapi harus berada disemua bagian suku-suku secara khusus bertugas sebagai imam. Terbentuknya kebangsaan Israel bermula saat keluar dari perbudakan di tanah Mesir, selama 40 tahun di Padang Gurun mereka akhirnya memasuki tanah Kanaan. Allah langsung memerintah bangsa Israel melalui para orang pilihan-Nya baik itu Nabi, Imam dan para Hakim, inilah sistem pemerintah Theokrasi. Setelah Musa meninggal kepemimpinan dialihkan kepada Yosua, setelah Yosua meninggal Israel dipimipin oleh Hakim-hakim. Lalu Bangsa Israel menginginkan seorang Raja maka disinilah sistem monarki dimulai. Allah menunjuk Saul menjadi Raja, lalu Daud dan Salomo, pada tahun 930 setelah Salomo meninggal maka Kerajaan terpecah menjadi dua, yaitu Israel Utara dan Israel Selatan. Israel Utara di pimpin oleh Yerobeam dan Israel Selatan dipimpin oleh Rehabeam. Kerajaan Israel Utara terdiri dari 10 Suku (Ruben, Simeon, Isakhar, Zebulon, Gad, Asyer, Dan, Naftali, Manase, Efraim) dan Kerajaan Israel Selatan 2 Suku (Yehuda dan Benyamin). Mereka hidup berdosa dihadapan Tuhan dan Tuhan pakai Kerajaan yang berdosa untuk menghukum mereka Israel Utara dihukum Allah memakai Kerajaan Asyur pada tahun 722 BC terjadi pembuangan dan Israel Utara tidak pernah kembali sisa yang ada inilah yang berkawin campur dengan bangsa disekitar tanah Kanaan mereka inilah yang disebut sebagai Orang Samaria. Lalu Israel Selatan juga tidak bertobat dari dosanya, membanggakan Bait Suci yang hanya simbol tempat ibadah. Akhirnya Tuhan memakai Kerajaan Babel 612 BC Kerajaan Babel berhasil mengalahkan Kerajaan Asyur. Sehingga Israel selatan mengalami 3 kali pembungan ke Kerajaan Babel. 1. Pada tahun 605 BC inilah Daniel dan kawan-kawan (orang-orang pandai dan berhikmat di angkut ke Babel). 2. Pada tahun 597 inilah 18.000 penduduk Israel Selatan dan di dalamnya ada Yehezkiel. 3. Pada tahun 586 Para raja diangkut ke Babel dan bait Suci dihancurkan disinilah Yeremia melihat kondisi menyedihkan dari Israel. Setelah kurang lebih 70 tahun mengalami pembuangan ke Babel. Pada tahun 539 Allah membangkitkan Kerajaan Persia yang dipimpin oleh Raja Koresh mengalahkan Babel dan melalui Raja Koresh mereka diijinkan pulang ke tanah Kanaan dan membangun daerah mereka, melalui para Nabi Tuhan yaitu Hagai, Zakharia dan Maleakhi bangsa Israel kembali memabngun Bait Allah, Tembok Yerusalem dan beribadah kepada Allah. Jadi inilah sisa Israel secara national pada Konteks Tuhan Yesus dan Rasul Paulus hidup.
2. Secara spiritual
Pada waktu Allah berinkarnasi ke dalam Dunia (Yoh. 1:12) Israel banyak menolak Yesus sebagai Mesias, karena konsep tentang Mesias saat itu seorang pembebas secara politis dan membangun Kejaraajan Isarel seperti pada masa Raja Daud. Penyaliban Yesus Kristus merupakan titik mula pembagian Israel secara spiritual dari sisa bangsa Israel yang pulang dari pembuangan. Jadi Siapakah sisa Israel secara Spiritual?
a.     Orang Israel yang dipilih menurut Kasih Karunia (Roma 11:5).
Istilah ”menurut pilihan kasih karunia” dalam bahasa Yunani ”Eklogen Xaristos / pemilihan berdasarkan Anugerah”. Mengapa Anugerah? Dalam Roma 11:1-4 Paulus memakai sejarah Elia di mana Tuhan masih menjaha 7.000 orang tetap percaya kepada-Nya saat Elia melihat seluruh umat Israel berpaling dari Tuhan. Hal inilah yang menunjukkan bahwa telah ada pemilihan Allah dalam hal iman kepada Allah. Dalam sejarah umat Isarel merupakan bangsa Pilihan. Pemilihan sebagai bangsa berlaku kepada semua keturunan genetik dari Abraham, tetapi pemilihan dalam konteks keselamatan hanya kepada personal yang diberikan kasih karunia oleh Allah. Umat Israel yang dipilih oleh Allah merupakan orang-orang yang akan percaya kepada Yesus Kristus. Dalam Roma 10:14-17 menunjukkan bagaimana Iman tersebut diberikan Allah. Ayat 17 ”jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (lat. Ergo ex fides auditu, auditus atem per Verbum Dei). Prof. A. Berkeley Mickelsen, B.D., Ph.D menuliskan: ”Bila manusia percaya kepada Kristus mereka berseru kepada-Nya. Tidak mungkin orang berseru jika orang itu tidak percaya. Tidak mungkin orang percaya tanpa mendengar. Tidak mungkin orang mendengar tanpa ada yang memberitakan. Tidak mungkin ada yang memberitakan jika tidak ada yang diutus.” Jadi hal ini menunjukkan bahwa karena Allahlah yang mengutus, maka ada pemberitaan, maka ada yang mendengarkan, maka ada yang percaya maka ada yang berseru. Calvin menyatakan iman hasil dari pemilihan. Oleh karena itu untuk menjelaskan hal ini, pikiran kita dalam iman Kristen harus siap berpikir secara supra-rasional dan rasional. Secara supra-rasional kita mengimani bahwa iman pun diberikan Allah bagi orang yang ditentukan untuk diselamatkan. Dan secara Rasional kita melihat fakta-fakta bahwa orang yang beriman mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamatnya (Lih. Rom. 10:9-11).
Secara manusia Paulus melihat saat berita tetang Kristus telah diperdengarkan ke seluruh Israel (Roma 10: 18). Istilah memang ”mereka telah mendengarnya”. Namun konteks ayat yang dikutip tersebut berdasarkan Mazmur 19:5 tentang alam semesta yang dipersonifikasikan menggemakan nama Tuhan. Menjawab pertanyaan tersebut Dave Hagelberg, M.Th menuliskan: ”Dalam Mazmur 19 ayat ini menunjuk pada kesaksian alam semesta mengenai kemuliaan Allah, suatu kesaksian  yang telah menjangkau seluruh dunia. Seolah-olah Paulus berkata, ”Ya, sama seperti kesaksian alam semesta sudah sampai ke ujung bumi, demikian juga berita tentang pengorbanan Mesias sudah mencapai seluruh Israel.” Jadi berita tentang Yesus Kristus tidak mungkin tidak didengar oleh bangsa Israel, karena mereka tidak ada alasan untuk berdalih bahwa mereka tidak pernah mendengar. Tetapi Paulus kembali menuliskan bahwa semua karena kedaulatan Allah. Dalam The Five Point of Calvinism yang disingkat dengan Akronim TULIP yaitu tentang Unconditional Election (pemilihan tanpa syarat).  Edwin H. Palmeer menjelaskan: ”Allah tidak pernah mendasarkan pilihan-Nya pada apa yang manusia pikirkan, katakan, lakukan atau pada keberadaan manusia.”. Jadi sisa Israel secara spiritual adalah keturunan Abraham yang percaya kepada Yesus Kristus.
b.    Orang Israel yang merasakan cemburu Ilahi (Roma 10:19, 11:11,14)
Kata cemburu dalam bahasa Yunani ”parazelosai” dari kata dasar ”parazeloo” kata ini ditulis hanya 4 x di dalam PB (Rom. 10:19, 11:11,14 dan 1 Kor. 10:22). Kata cemburu ini jika dipahami secara positif merupakan cara untuk menarik perhatian. Dave Hagelberg menuliskan sebuah kisah nyata:
”Suatu percakapan yang sungguh terjadi beberapa tahun yang lalu di dalam sebuah asrama di Israel. Beberapa orang duduk bersama-sama membicarakan hal-hal rohani. Mereka semua orang Yahudi, ekcuali satu orang. Ternyata hanya satu di antara mereka yaitu orang Yahudi yang belum percaya kepada Tuhan Yesus. Setelah diskusi yang panjang Orang yahudi yang belum percaya Yesus ini bertanya kepada beberapa orang Yahudi diruangan tersebut dan mereka mengakui percaya Yesus sebagai Mesias, lalu tiba kepada seorang bukan Yahudi dan ia percaya juga bahwa Yesus adalah Mesias. Lalu orang Yahudi yang belum percay ini berkata: ”kamu bukan orang Yahudi kenapa bisa percaya Yesus”. Ternyata orang itu mulai mengerti bahwa Yesus-Dai yang lahir di Betlehem sebagai orang Yahudi, yang dinubuatkan dalam Kitab Suci orang Yahudi, dikenal oelh orang bukan Yahudi. Sedangkan ia sebagai orang Yahudi asli belum mengenal Dia. Jadi kecemburuan yang dimaksud untuk mengantarkan orang kepada Yesus.
          Oleh karena itu Rasul Paulus juga mengingatkan agar orang yang percaya dari Non Yahudi jangan menyombongkan diri dengan iman yang diberikan oleh Tuhan (Roma 11: 16-24). Karena Allah berdaulat dapat mengembalikan siapa saja menjadi ranting dari pohon zaitun-Nya.
Penutup
Israel memiliki nilai istimewa secara historis, tetapi tidak secara soteriologis. Israel sejati ialah orang yang dipilih Allah masuk dalam keselamatan di dalam Yesus Kristus.
Soli Deo Gloria

"YO... AYO!!! MERAIH BINTANG" : Sebuah Refleksi Terhadap Mandat Budaya & Mandat Misi Dalam Membangun Masa Depan

Oleh: Made Nopen Supriadi, S.Th
Mari kita bahas tema ini secara filosofis!. Tema ini merupakan sebuah ”methapora”. ”Bintang” selalu menjadi ungkapan untuk menyatakan sesuatu yang tinggi dan indah, jadi saya menyimpulkan makna ”Yo... Ayo!!! Meraih Bintang!” dengan arti “”Ayo...!!! gapailah cita-citamu yang tinggi dan indah!”. Jadi keberhasilan yang dicapai bukan hanya sekedar mendapat kedudukan yang tinggi, gelar yang tinggi tetapi harus dibarengi dengan keindahan. Albert Eisntein (Ahli Fisika dari Jerman & AS: 1879-1955 M) menuliskan: ”Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value (Janganlah mencoba menjadi orang sukses. Jadilah orang yang bernilai).” Jadi Albert Eisntein juga memiliki pemikiran yang terpenting adalah menjadi orang bernilai, bukan hanya berhasil tetapi bernilai. Karena itu betullah yang dikatakan dalam Kitab Amsal 22:1 yang menyatakan: ”Nama baik (a good name) lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.
Menjadi pertanyaan besar buat kita ialah, mengapa kita harus meraih bintang? Untuk menjawab pertanyaan ini saya akan memberikan perspektif dalam Reformed Evangelical Theology yaitu mengenai konsep: Mandat Budaya (Culture Mandate) dan Mandata Misi (Evangelitation Mandate). 

1.     Mandat Budaya (Culture Mandate)
Dalam Kejadian 1:26 Allah menciptakan manusia untuk berkuasa atas isi bumi. Apa artinya berkuasa? Blaise Pascal (Ahli matematika, ahli fisika dan filsuf dari Perancis 1623-1662) mengatakan ”Keadilan dan kekuasaan harus berjalan beriringan. Jadi apa pun yang adil mungkin akan berkuasa dan apa pun yang berkuasa mungkin akan adil.” Jadi kekuasaan sangat penting dibarengi oleh keadilan, prinsip demikian juga dituliskan dalam Kejadian 2:15, Tuhan menciptakan dan menempatkan manusia di Taman Eden untuk dua hal yaitu mengusahakan dan memelihara taman itu.
Kata “mengusahakan” dalam bahasa Ibrani ‛âbad (abad) bisa berarti melayani (serve) dan kata “memelihara” dalam bahasa Ibrani shâmar (shamar) yang bisa berarti melindungi (protect), meneliti (observe), dan memelihara (preserve). Di dalam Taman Eden ini, Allah tidak membiarkan manusia tidak bekerja, tetapi manusia diperintahkan Tuhan untuk melayani dan melindungi/memelihara. Ini berarti ada campur tangan manusia di dalam dunia ciptaan Allah. Orang-orang Kristen harus mengintegrasikan iman Kristen di dalam setiap aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, hukum, pendidikan, dll sebagai reaksi untuk memuliakan Allah.
Aplikasi: Karena itu anak-anak Kristen harus bersemangat belajar, semangat kuliah, miliki kehausan untuk mendapatkan ilmu. Bangun kehidupan saat ini dengan ilmu yang telah dipelajari. Jangan kuliah hanya demi gelar dan hanya demi pujian semata. Kuliahlah karena kalian butuh ilmu, kuliahlah karena kalian butuh wawasan untuk membangun peradaban saat ini. Mari belajar dari seorang tokoh bernama Pdt. DR. Stephen Tong: beliau dikenal sebagai seorang Theolog, Filsuf, Komposer dan Arsitek. Beliau memiliki prinsip hidup ”Squeezeism” yang artinya ”memeras diri”. Hal tersebut dilakukan sebagai tanggung jawab dalam melakukan mandat budaya, beliau memiliki semangat membangun sebuah convetion hall tempat panggung orkestra yang bernilai internasional.

2.     Mandat Injil (Evangelitation Mandate)
Matius 28:18-20 & KPR 1:8. Mandat Injil, artinya orang-orang Kristen dipanggil untuk memberitakan Injil Kristus di tengah dunia berdosa. Menjadi saksi artinya harus menampilkan hidup yang bernilai. Oleh karena itu jika mandat misi dilaksanakan bersama dengan mandat budaya, kita akan mengerti bahwa pengetahuan yang kita dapati untuk membangun peradaban harus terarah pada satu titik yaitu Yesus diberitakan. Sehingga disinilah kita akan menjadi Ilmuwan yang bertanggung jawab, Pejabat yang tidak korupsi, dosen yang memberi ilmu, dokter yang mengutamakan kesehatan manusia baik miskin atau kaya, guru yang menajadi teladan. Semua itu dilakukan karena mandat misi menjadi arah bagi mandat budaya.
Lalu dalam zaman ”Post Modern” ini kita berhadapan dengan filsafat ”kesuksesan”. Sehingga makn ”sukses” telah diartikan sebagai keberhasilan, kemapanan dan ketenaran. Maka banyak Anak Kristen yang secara Materi dan Jabatan sukses tetapi tidak bernilai. Bagaimana dengan Tuhan Yesus, kesuksesan apa yang ia raih? Bagaimana dengan Rasul Paulus, kesuksesan apa yang mereka raih? Bagaimana dengan Para Murid Tuhan Yesus, kesuksesan apa yang mereka raih? Lalu nabi Yeremia & Yesaya, kesuksesan apa yang mereka raih? Perhatikan baik-baik, mereka terlihat gagal jika dinilai dalam perspektif dunia. Tetapi Mereka orang-orang yang yang berhasil dalam pandangan Allah. Jadi hidup kita jika ingin menjadi bintang, jadikanlah hidupmu bernilai bersama dengan pengetahuan yang dimiliki, sehingga melalui hidup kita Allah dimuliakan dan manusia dibangun peradabannya menjadi lebih baik.
Penutup
Alkitab dengan tegas menyatakan orang percaya harus semangat dalam membangun cita-cita dan mewujudkannya. Oleh karena itu harus semangat belajar dan berkarya. Tetapi ingat ilmu yang didapat arahkan kepada Kristus, karya yang dibuat arahkan kepada Kristus. Jika ilmu itu diarahkan kepada Kristus dengan benar, maka pastilah ilmu itu juga akan diarahkan kepada sesama dengan benar (Khotbah di KMK UNIVED, 14 September 2018). Soli Deo Gloria