Kamis, 07 Maret 2019

”PEMUDA YANG KUAT” Sebuah Refleksi dari Surat 1 Yohanes 2:14b

Oleh: Made Nopen Supriadi, S.Th

        Dalam perang antara Uni Soviet dan Sekutu ada pasukan yang dinamakan ”The Messengger” pasukan ini bertugas untuk membawa pesan, salah satu tugasnya ialah pergi ke daerah pertempuran untuk menentukkan titik kordinat dimana pesawat pembawa bom harus menjatuhkan bomnya. Oleh karena itu ini resiko yang besar, jika sudah menentukkan titik kordinat pasukkan tersebut harus segera kembali mencari tempat yang aman, jika tidak ia bisa kena bom, atau bisa saja tertembak oleh musuh. Oleh karena itu pasukan ini haruslah benar-benar orang yang kuat secara fisik, kuat secara mental dan memiliki tenaga untuk berlari. 

Konteks Teks
Yohanes menuliskan perintah baru yaitu: ”mengasihi sesama”. Perintah tersebut juga ditujukan kepada Pemuda (young man).
Apakah kekuatan yang dimaksud oleh Yohanes?
Kata ”kuat” dalam bahasa Yunani ”iscuroi” (iskhuroi) dari kata ”iskhuros” (iskhuros) yang artinya:
- Strong = Fisik
- Mighty = Sifat
- Powerfull = Daya
Bagaimanakah Pemuda harus mengarahkan kekuatannya? 

1.     Pemuda Mengarahkan Kekuatan untuk ”belajar Firman Tuhan”.

a. Yohanes menulis Surat 1 Yohanes kepada jemaat di Efesus, Asia Kecil. Saat itu banyak penyesat hadir, Yohanes menamakan kelompok-kelompok penyesat itu dengan istilah ”anti-Kristus”, salah satu kelompok tersebut ialah kelompok ”doketisme” yang mengajarkan bahwa Kristus tidak sungguh-sungguh jadi manusia itu hanya hayalan saja.
b. Yohanes melihat ada kelompok ”gnostik” di Efesus yang juga mengancam Gereja, mereka mengajarkan bahwa tubuh tidak penting yang penting adalah roh. Sehingga moralitas menjadi bobrok karena menilai tubuh tidak penting. Nilai kasih menjadi rendah.
        Keadaan demikian mendorong Yohanes mengingatkan para pemuda agar memperhatikan perintah baru, yaitu: ”mengasihi sesama seperti dirimu sendiri”. Di sini Yohanes mengarahkan Pemuda untuk belajar firman agar tidak tersesat. Yohanes mengarahkan pemuda agar pakai tenaga mereka untuk sungguh-sungguh belajar firman Tuhan.
        Saat melayani di STTAB saya menetapkan agar semua anak-anak studi fakultatif artinya belajar mandiri. Namun ketika saya tinggalkan satu jam saya kembali ke Asrama dan melihat ada yang tertidur ada yang sibuk melamun. Saya panggil mereka semua, lalu saya tanyakan satu-persatu, saya mengerti ternyata betapa susahnya untuk dapat menggunakan energy untuk belajar, tetapi ketika olahraga semua rasa ngantuk hilang, semua bisa pakai energi.
       Yesus Kristus di usia 12 tahun telah memiliki hikmat dan pengetahuan yang luar biasa tentang firman Tuhan, lalu di usia 30 tahun, pengetahuannya akan firman Tuhan sangat dalam, tetapi apakah murid-murid siap menerimanya, untuk diajari prinsip-prinsip rohani justru para murid tidak terlalu peduli, tetapi ketika melihat mujizat semua sangat suka. Jadi hal demikian menunjukkan tidak mudah menuntun pemuda pakai kekuatan untuk belajar firman Tuhan.
       Saya punya prinsip: ”Siang di atas tanah, malam di atas kertas” (GKII). ”Siang memegang pena, malam memegang buku. (STTAB). ”Siang pegang pena lihat anak, malam pegang buku lihat anak” (STTAB & Berkeluarga).Tuhan mengijinkan anda punya kekuatan, tetapi Tuhan tidak menghendaki anda malas, Tuhan menghendaki anda rajin mempelajari firman-Nya”.
 
2. Pemuda Mengarahkan Kekuatan Untuk ”Melakukan Firman Tuhan”
          Dalam Surat 1 Yohanes, tradisi penyembahan terhadap dewi kesuburan (diana) mengancam gereja, apalagi pemuda. Dalam penyembahan tersebut mengadakan pelajuran bakti, moralitas demikian mengancam generasi muda, karena itu Yohanes mengingatkan mereka agar hidup melakukan firman Tuhan. Apa yang dipelajari agar dilakukan jika tidak pemuda hanya tahu firman tetapi hidupnya hancur karena tidak melakukan firman.
          Jika kita tahu bahwa kendaraan perlu dipanaskan agar kerja mesin baik, tetapi jika kita tidak lakukan maka kita merusak kendaraan tersebut. Kita tahu pentingnya olahraga, tetapi kita tidak mau lakukan maka kita sedang merusak tubuh ini. Tuhan Yesus telah mengingatkan para murid agar membangun rumah di atas batu bukan di atas pasir, firman Tuhan bukan hanya didengar tetapi harus dilakukan.
          Banyak para pemuda yang memakai kekuatan untuk berbuat kejahatan di masa muda, merusak diri dengan obat-obatan di masa muda, merusak hidup dengan pergaulan bebas di masa muda, setelah fisik hancur oleh penyakit, setelah mental rusak oleh dosa, baru bertobat dan mau lakukan firman. Maka di sini tenaga yang begitu luar biasa gagal di pakai untuk lakukan firman, saat sakit, lemah baru mau komitmen lakukan firman. Bagaimana Injil bisa diberitakan dengan baik. Perhatikan John Wesly saat tubuh, mental dan tenaganya sehat ia berikan hidupnya untuk melayanui Tuhan, sehingga pemberitaan Injil maksimal. Saat John Calvin masih muda usia 27 ia telah menulis buku Institutio ia masih punya power yang kuat ia pakai pahami filsafat dengan baik, pahami hukum dengan baik, pahami Alkitab dengan baik dan telah menuliskan karya yang luar biasa yaitu buku ”Institutio”.
          Para pemuda jangan selalu berpikir tunggu sudah sakit mau komitmen lakukan firman, tunggu sudah dipenjara baru komitmen lakukan firman, tunggu sudah hancur moral baru menyesal dan lakukan firman, sebelum semua itu terjadi alangkah berhikmatnya jika engkau lakukan firman dari sekarang.
”Tuhan mengijinkan anda punya kekuatan, tetapi Tuhan tidak menghendaki anda jahat, Tuhan menghendaki anda melakukan kebenaran”

3. Pemuda Mengarahkan Kekuatan Untuk ”Membangun Gereja”
          Yohanes melihat saat di Efesus tawaran untuk menjadi tentara Romawi sangat besar, tenaga yang kuat dan fisik yang kuat sangat tepat untuk menjadi tentara, hal demikian mengancam kelanjutan gereja.
          Banyak orang tua ketika melihat fisik anaknya bagus, tinggi 175, berat ideal, kekar maka pikiran orang tua selalu mengarahkan kamu jadi polisi, kamu jadi tentara, kamu jadi pramugarai/pramugara, kamu jadi pilot,…. Lalu untuk gerehja mana? Saat ini sangat sulit menemukan ada orang tua yang merindukan anak-anaknya yang punya fisik, power dan skill untuk membangun gereja, semua masih ingin membangun kepentingan masing-masing, jika yang berpotensi semua pergi maka gereja tinggal orang-orang tua.
          Apakah kalian berpikir demikian? Saat bercermin apa penilaian kalian tentang diri kalian? Kalian pasti pernah menilai saya cocok jadi konsultan, saya cocok jadi diplomat, saya cocok jadi polisi, saya cocok jadi hakim, jadi dokter dll… Adakah yang menilai saya mau jadi hamba Tuhan, saya mau membangun gereja ini, saya mau membagikan Injil.
          Yesus Kristus siap meninggalkan orang tuannya dan memilih berada di Bait Suci, Ia memilih untuk berdiskusi dengan para orang tua tentang kebenaran. Yesus Kristus siap serahkan nyawan-Nya agar kerajaan Allah di bangun.
          Gereja ini butuh kalian generasi muda, gereja ini kalian untuk mempertahankan Injil, jangan kalian mau berada di gereja jika mendapat kesenangan, jangan kalian mau ada di gereja jika gereja mengikuti keinginan hati kalian. Harusnya kalian ada di gereja karena kalian mau membangun pelayanan, kalian ada di gereja karena mau memakai kekuatan kalian untuk melayani.
”Tuhan mengijinkan anda punya kekuatan, tetapi Tuhan tidak menghendaki anda merusak gereja, Tuhan menghendaki anda membangun gereja.”
Penutup
Tuhan memberikan potensi ”kekuatan” bagi pemuda, untuk Belajar Firman Tuhan, Melakukan Firman Tuhan, dan Membangun Gereja bagi Kemuliaan-Nya.(Khotbah Minggu Pemuda di GMI Getsemani Bengkulu)
Soli Deo Gloria

SISA ISRAEL: Sebuah Refleksi Terhadap Roma 10:16 – 11:24

Oleh: Made Nopen Supriadi, S.Th
           Banyak sikap bermunculan baik positif dan negatif terhadap Bangasa Israel saat ini?, bahkan ada yang menghubungkan Israel = Kristen. Lalu jika ada tindakan Israel terhadap Palestina maka, beberapa kelompok mengartikan sama dengan orang Kristen yang melakukan kejahatan. Benarkah demikian? Oleh karena itu kita akan memahami tentang sisa Israel dalam konteks Pemikiran Rasul Paulus. Sisa Israel dapat dimengerti dalam dua sudut pandang: Sisa Israel secara National dan Sisa Israel Secara Spiritual.
1. Secara National:
Israel merupakan keturunan Yakub. Allah mengubah nama Yakub menjadi Israel. Dan dari anak laki-laki Yakub hasil pernikahan Lea dan Rahel: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon, Gad, Asyer, Benyamin, Dan, Naftali, Yusuf (Manase dan Efraim). Tanah Kanaan dibagi menjadi 12 bagian sesuai denagn suku Israel, namun Suku Lewi tidak mendapat bagian tetapi harus berada disemua bagian suku-suku secara khusus bertugas sebagai imam. Terbentuknya kebangsaan Israel bermula saat keluar dari perbudakan di tanah Mesir, selama 40 tahun di Padang Gurun mereka akhirnya memasuki tanah Kanaan. Allah langsung memerintah bangsa Israel melalui para orang pilihan-Nya baik itu Nabi, Imam dan para Hakim, inilah sistem pemerintah Theokrasi. Setelah Musa meninggal kepemimpinan dialihkan kepada Yosua, setelah Yosua meninggal Israel dipimipin oleh Hakim-hakim. Lalu Bangsa Israel menginginkan seorang Raja maka disinilah sistem monarki dimulai. Allah menunjuk Saul menjadi Raja, lalu Daud dan Salomo, pada tahun 930 setelah Salomo meninggal maka Kerajaan terpecah menjadi dua, yaitu Israel Utara dan Israel Selatan. Israel Utara di pimpin oleh Yerobeam dan Israel Selatan dipimpin oleh Rehabeam. Kerajaan Israel Utara terdiri dari 10 Suku (Ruben, Simeon, Isakhar, Zebulon, Gad, Asyer, Dan, Naftali, Manase, Efraim) dan Kerajaan Israel Selatan 2 Suku (Yehuda dan Benyamin). Mereka hidup berdosa dihadapan Tuhan dan Tuhan pakai Kerajaan yang berdosa untuk menghukum mereka Israel Utara dihukum Allah memakai Kerajaan Asyur pada tahun 722 BC terjadi pembuangan dan Israel Utara tidak pernah kembali sisa yang ada inilah yang berkawin campur dengan bangsa disekitar tanah Kanaan mereka inilah yang disebut sebagai Orang Samaria. Lalu Israel Selatan juga tidak bertobat dari dosanya, membanggakan Bait Suci yang hanya simbol tempat ibadah. Akhirnya Tuhan memakai Kerajaan Babel 612 BC Kerajaan Babel berhasil mengalahkan Kerajaan Asyur. Sehingga Israel selatan mengalami 3 kali pembungan ke Kerajaan Babel. 1. Pada tahun 605 BC inilah Daniel dan kawan-kawan (orang-orang pandai dan berhikmat di angkut ke Babel). 2. Pada tahun 597 inilah 18.000 penduduk Israel Selatan dan di dalamnya ada Yehezkiel. 3. Pada tahun 586 Para raja diangkut ke Babel dan bait Suci dihancurkan disinilah Yeremia melihat kondisi menyedihkan dari Israel. Setelah kurang lebih 70 tahun mengalami pembuangan ke Babel. Pada tahun 539 Allah membangkitkan Kerajaan Persia yang dipimpin oleh Raja Koresh mengalahkan Babel dan melalui Raja Koresh mereka diijinkan pulang ke tanah Kanaan dan membangun daerah mereka, melalui para Nabi Tuhan yaitu Hagai, Zakharia dan Maleakhi bangsa Israel kembali memabngun Bait Allah, Tembok Yerusalem dan beribadah kepada Allah. Jadi inilah sisa Israel secara national pada Konteks Tuhan Yesus dan Rasul Paulus hidup.
2. Secara spiritual
Pada waktu Allah berinkarnasi ke dalam Dunia (Yoh. 1:12) Israel banyak menolak Yesus sebagai Mesias, karena konsep tentang Mesias saat itu seorang pembebas secara politis dan membangun Kejaraajan Isarel seperti pada masa Raja Daud. Penyaliban Yesus Kristus merupakan titik mula pembagian Israel secara spiritual dari sisa bangsa Israel yang pulang dari pembuangan. Jadi Siapakah sisa Israel secara Spiritual?
a.     Orang Israel yang dipilih menurut Kasih Karunia (Roma 11:5).
Istilah ”menurut pilihan kasih karunia” dalam bahasa Yunani ”Eklogen Xaristos / pemilihan berdasarkan Anugerah”. Mengapa Anugerah? Dalam Roma 11:1-4 Paulus memakai sejarah Elia di mana Tuhan masih menjaha 7.000 orang tetap percaya kepada-Nya saat Elia melihat seluruh umat Israel berpaling dari Tuhan. Hal inilah yang menunjukkan bahwa telah ada pemilihan Allah dalam hal iman kepada Allah. Dalam sejarah umat Isarel merupakan bangsa Pilihan. Pemilihan sebagai bangsa berlaku kepada semua keturunan genetik dari Abraham, tetapi pemilihan dalam konteks keselamatan hanya kepada personal yang diberikan kasih karunia oleh Allah. Umat Israel yang dipilih oleh Allah merupakan orang-orang yang akan percaya kepada Yesus Kristus. Dalam Roma 10:14-17 menunjukkan bagaimana Iman tersebut diberikan Allah. Ayat 17 ”jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (lat. Ergo ex fides auditu, auditus atem per Verbum Dei). Prof. A. Berkeley Mickelsen, B.D., Ph.D menuliskan: ”Bila manusia percaya kepada Kristus mereka berseru kepada-Nya. Tidak mungkin orang berseru jika orang itu tidak percaya. Tidak mungkin orang percaya tanpa mendengar. Tidak mungkin orang mendengar tanpa ada yang memberitakan. Tidak mungkin ada yang memberitakan jika tidak ada yang diutus.” Jadi hal ini menunjukkan bahwa karena Allahlah yang mengutus, maka ada pemberitaan, maka ada yang mendengarkan, maka ada yang percaya maka ada yang berseru. Calvin menyatakan iman hasil dari pemilihan. Oleh karena itu untuk menjelaskan hal ini, pikiran kita dalam iman Kristen harus siap berpikir secara supra-rasional dan rasional. Secara supra-rasional kita mengimani bahwa iman pun diberikan Allah bagi orang yang ditentukan untuk diselamatkan. Dan secara Rasional kita melihat fakta-fakta bahwa orang yang beriman mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamatnya (Lih. Rom. 10:9-11).
Secara manusia Paulus melihat saat berita tetang Kristus telah diperdengarkan ke seluruh Israel (Roma 10: 18). Istilah memang ”mereka telah mendengarnya”. Namun konteks ayat yang dikutip tersebut berdasarkan Mazmur 19:5 tentang alam semesta yang dipersonifikasikan menggemakan nama Tuhan. Menjawab pertanyaan tersebut Dave Hagelberg, M.Th menuliskan: ”Dalam Mazmur 19 ayat ini menunjuk pada kesaksian alam semesta mengenai kemuliaan Allah, suatu kesaksian  yang telah menjangkau seluruh dunia. Seolah-olah Paulus berkata, ”Ya, sama seperti kesaksian alam semesta sudah sampai ke ujung bumi, demikian juga berita tentang pengorbanan Mesias sudah mencapai seluruh Israel.” Jadi berita tentang Yesus Kristus tidak mungkin tidak didengar oleh bangsa Israel, karena mereka tidak ada alasan untuk berdalih bahwa mereka tidak pernah mendengar. Tetapi Paulus kembali menuliskan bahwa semua karena kedaulatan Allah. Dalam The Five Point of Calvinism yang disingkat dengan Akronim TULIP yaitu tentang Unconditional Election (pemilihan tanpa syarat).  Edwin H. Palmeer menjelaskan: ”Allah tidak pernah mendasarkan pilihan-Nya pada apa yang manusia pikirkan, katakan, lakukan atau pada keberadaan manusia.”. Jadi sisa Israel secara spiritual adalah keturunan Abraham yang percaya kepada Yesus Kristus.
b.    Orang Israel yang merasakan cemburu Ilahi (Roma 10:19, 11:11,14)
Kata cemburu dalam bahasa Yunani ”parazelosai” dari kata dasar ”parazeloo” kata ini ditulis hanya 4 x di dalam PB (Rom. 10:19, 11:11,14 dan 1 Kor. 10:22). Kata cemburu ini jika dipahami secara positif merupakan cara untuk menarik perhatian. Dave Hagelberg menuliskan sebuah kisah nyata:
”Suatu percakapan yang sungguh terjadi beberapa tahun yang lalu di dalam sebuah asrama di Israel. Beberapa orang duduk bersama-sama membicarakan hal-hal rohani. Mereka semua orang Yahudi, ekcuali satu orang. Ternyata hanya satu di antara mereka yaitu orang Yahudi yang belum percaya kepada Tuhan Yesus. Setelah diskusi yang panjang Orang yahudi yang belum percaya Yesus ini bertanya kepada beberapa orang Yahudi diruangan tersebut dan mereka mengakui percaya Yesus sebagai Mesias, lalu tiba kepada seorang bukan Yahudi dan ia percaya juga bahwa Yesus adalah Mesias. Lalu orang Yahudi yang belum percay ini berkata: ”kamu bukan orang Yahudi kenapa bisa percaya Yesus”. Ternyata orang itu mulai mengerti bahwa Yesus-Dai yang lahir di Betlehem sebagai orang Yahudi, yang dinubuatkan dalam Kitab Suci orang Yahudi, dikenal oelh orang bukan Yahudi. Sedangkan ia sebagai orang Yahudi asli belum mengenal Dia. Jadi kecemburuan yang dimaksud untuk mengantarkan orang kepada Yesus.
          Oleh karena itu Rasul Paulus juga mengingatkan agar orang yang percaya dari Non Yahudi jangan menyombongkan diri dengan iman yang diberikan oleh Tuhan (Roma 11: 16-24). Karena Allah berdaulat dapat mengembalikan siapa saja menjadi ranting dari pohon zaitun-Nya.
Penutup
Israel memiliki nilai istimewa secara historis, tetapi tidak secara soteriologis. Israel sejati ialah orang yang dipilih Allah masuk dalam keselamatan di dalam Yesus Kristus.
Soli Deo Gloria