Jumat, 25 September 2015

Subyektivisme (Sebuah Evaluasi Theologis-Filosofis)

 Oleh : Ev. Made N. Supriadi, S. Th
        Subyektivisme merupakan paham yang menekankan segala sesuatu berpusat pada manusia. Maka jika filosofi tersebut diterapkan dalam memahami kebenaran hasilnya ialah manusia menjadi tolak ukur bagi kebenaran,benar dan salah ditentukan oleh siapa yang menafsirkan kebenaran. Seorang penganut filosofi ini menyatakan semua kitab sama saja, yang paling penting itu bagaimana cara manusia menentukan benar dan salahnya. Saya menanggapi:
       Pertama: "prinsip kebenaran ialah universal, mutlak, koheren, komprehensif dan objektif. Maka kebenaran itu tidak akan mejadi universal n objektif karena ditentukan manusianya, karena setiap manusia memiliki pikiran yang berbeda maka kebenaran itu akan menjadi relatif tidak mutlak karena masing-masing diri merasa benar."
         Kedua: "filosofi subyektivisme tidak logis dan tidak akan pernah menjadi logis karena menstandarkan pada pribadi manusia yang kelogisannya berbeda-beda maka tidak ada standar logis".
     Ketiga: "Filosofi subyektivisme hanya akan menghancurkan penganutnya karena, filosofi menstandarkan pada pikiran dan hati manusia. Secara esensi pikiran dan hati manusia sudah rusak total (total depravity), jadi kebaikan apapun yang dilakukan manusia hanya baik sebatas bertemu subyek-subyek yang berlatar belakang sama paling tidak budayanya. Namun jika bertemu dgn subyek yg berbeda latar belakang maka konflik berpotensi besar hadir."
     Keempat: "Penganut paham subyektivisme ini sedang mengosongkan dirinya sehingga memiskinkan sosialisasi dan pengetahuannya, karena penganut ini sudah membatasi pada dirinya yang benar."
      Kelima: "paham ini sama saja mrnuhankan diri sendiri sehingga manusia merasa superior atas yang lain karena merasa memiliki kebenaran, sehingga menyamai Tuhan yang menjadi penentu benar dan salah melalui Alkitab. Salah seorang penganut ini menyatakan bahwa dirinya adalah Tuhan dan Roh manusia itulah Roh Kudus ini sungguh pemahaman panteisme yg berakar dari subyektivisme."
     Jadi kebenaran tetaplah kebenaran. Kebenaran tidak menjadi, karena kebenaran sudah benar karena kebenaran itu konsisten dan mutlak. Kebenaran tidak lokal tetapi universal dan komprehensif. Kebenaran itu mutlak tidak relatif & kebenaran it obyektif tidak subyektif. Soli Deo Gloria.

Tidak ada komentar: