Oleh:
Made Nopen Supriadi, S.Th
Roma 9:3
Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi
saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.
Dalam
moment 73 tahun RI merdeka, ada sebuah peristiwa terjadi di Atambua (NTT)
seorang anak SMP dengan sigap memanjat tiang bendera, karena tali bendera
putus. Dengan kerelaan dan pengorbanan ia memanjat tiang bendera yang tinggi.
Nyawanya bisa bahaya jika ia lelah lalu jatuh, tetapi demi Upacara
Kemederdekaan Indonesia ia rela membahayakan dirinya.
Kata ”terkutuk” dalam bahasa Yunani ”anatema” ditulis sebanyak 6x dalam PB,
menunjuk kepada seorang yang ada di bawah
hukuman Allah. Kata ”terpisah”
dalam bahasa Yunani ”ego apo”. Kata ”ego” artinya aku. Dan kata ”apo”
ditulis sebanyak 646x dalam PB, memiliki arti ”terpisah dari, mulai dari, berasal dari,dari / menyatakan sumber suatu
barang, jauh dari.” Jadi Rasul
Paulus dalam konteks ini ingin menunjukkan bahwa Ia siap berkorban bahkan
meskipun menjadi seorang yang terkutuk / terpisah dari Kristus asalkan
saudara-saudara sebangsanya secara jasamani dapat diselamatkan / rasul Paulus
siap menukar keselamatannya dengan saudara sebangsanya (Paulus dikutuk umat
Israel selamat). Wycliffe Commentary
menuliskan ”Paulus memiliki perasaan yang demikian mendalam terhadap bangsanya
sehingga dia memakai bahasa yang berarti keinginan yang tidak mungkin tercapai
(bentuk imperfect dalam bahasa
Yunani): aku mau terkutuk dan terpisah
dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmaniah.”
Ungkapan Rasul Paulus ini sama seperti ungkapan Musa ketika memohon agar Tuhan
mengampuni umat Israel yang telah menyembah Patung Lembu Emas (Lih. Kel. 32:31-32).
Mengapa
Paulus rela dan siap menjadi orang yang dihukum Allah demi umat Israel? Karena
Paulus melihat status dan berkat yang diberikan Allah kepada umat Israel (Li. Rm. 9:4-5), yaitu: mereka telah
diangkat menjadi anak, mereka telah menerima kemuliaan, perjanjian, taurat,
ibadah dan keturunan Bapa-Bapa Leluhur yang telah menurunkan Mesias sebagai
manusia. Jadi karena Paulus melihat banyak hal istimewa diberikan Allah namun
mereka tidak percaya kepada Yesus sebagai Mesias, sehingga Rasul Paulus mau
menjadikan dirinya terkutuk asal mereka bisa diselamatkan.
Dalam Theologia Reform diajarkan yaitu Mandat
Budaya (culture mandate /
Kej. 1:28) dan Mandat Misi (evangelical
mandate / Matius 28:19-20). Mandat budaya adalah upaya mengintegrasikan Iman Kristen dalam setiap aspek kehidupan baik
politik, ekonomi, sosial, hukum, pendidikan, dll. Sedangkan Mandat Misi
artinya orang-orang Kristen dipanggil untuk
memberitakan Injil Kristus di tengah dunia berdosa (Stephen Tong). Rasul Paulus
melakukan Mandat Budaya dan Mandat Misi, ia memakai segala potensi dalam
dirinya untuk mengasihi Tuhan dan bangsanya: ilmunya, skillnya dan semangatnya
ia berikan untuk melaksanakan Mandat Budaya. Dan juga Rasul Paulus melakukan
mandat misi dengan menginjili baik orang Yahudi dan juga orang Yunani.
Perenungan!!!
Apa
yang sudah kita berikan bagi bangsa Indonesia??? Sudahkah potensi diri yang
terbaik kita kembangkan untuk memajukan segala aspek kehidupan di Indonesia???
Atau masihkah kita menjadikan potensi diri itu hanya untuk ajang kesombongan???
Apa arti gelar sarjana kita saat ini bagi Indonesia??? Apakah gelar sarjana
hanya untuk kesombongan diri??? Lalu mengertikan kita mengapa kita harus hidup
di Indonesia dengan suku-suku yang berbeda??? Dan pernahkah berpikir tentang
madat Misi bagi suku-suku di Indonesia???. Saat ini kita tidak lagi berperang fisik
dengan penjajah, namun jiwa dan raga kita tidak boleh mundur untuk tetap
berjuang bagi negara Indonesia. Bagimu neg’ri jiwa raga kami: Jiwa berbicara
tentang rohani, intelektualitas dan emosionalitas. Dan Raga berbicara tentang
fisik yang kelihatan. Saat ini kita gunakan untuk apa jiwa dan raga kita dalam
konteks hidup di Indoensia??? Apakah yang akan anda berikan bagi Indonesia
ini???. (Khotbah di PERKANTAS Bengkulu, Agustus
2018)
Soli Deo Gloria.